Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan
tinggi Antena BTS dan MS dan jumlah BTS ditunjukkan pada Lampiran B.4 dan B.5
. Secara umum nilai persentasi optimasi Laju Handover meningkat sebagaimana bertambahnya tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS serta dengan
bertambahnya jumlah BTS. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk
masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 61,3050; 67,1821 dan 73,1675. Sedangkan untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga
11 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing- masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 58,7484; 65,8165 dan
72,1020. Untuk kedua pertambahan tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS, persentasi optimasi Laju Handover tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua
BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat
menghemat biaya penyambungan switching.
C. Model Propagasi Hata
Data Laju Handover untuk metode Algoritma Soft Handover Hysteresis Threshold terhadap tinggi Antena BTS dan Antena MS untuk model propagasi Hata
ditunjukkan pada Lampiran B.7 dan B.8. Pola kecenderungan Laju Handover untuk
metode Hysteresis Threshold dapat ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 4.32a dan 4.32b.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.32a Tinggi Antena BTS dengan Laju Handover Hysteresis Threshold Model Hata
Gambar 4.32b Tinggi Antena MS dengan Laju Handover Hysteresis Threshold Model Hata
Grafik pada kedua gambar 4.7a dan 4.7b memperlihatkan Laju Handover untuk 2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS dengan
metode Hysteresis Threshold. Ketinggian tinggi Antena BTS maupun Antena MS bukan merupakan variabel
yang langsung mempengaruhi Laju Handover, karena parameter Handover dipengaruhi oleh selisih perbedaan Active Set dan Handover akan terjadi jika jumlah
Active Set pada saat k+1 lebih kecil dari pada jumlah Active Set pada saat k.
0,0000 0,0050
0,0100 0,0150
0,0200
20 25
30 35
40 45
50 55
60 65
70 75
80 85
90 95
100 105
110 115
120
L a
ju H
a n
d o
v e
r
Tinggi Antena BTS meter Hysteresis Threshold
2-BTS 3-BTS
4-BTS
0,0000 0,0050
0,0100 0,0150
1, 1,
5 2,
2, 5
3, 3,
5 4,
4, 5
5, 5,
5 6,
6, 5
7, 7,
5 8,
8, 5
9, 9,
5 10,
10, 5
11, L
a ju
H a
n d
o v
e r
Tinggi Antena MS meter Hysteresis Threshold
2-BTS 3-BTS
4-BTS
Universitas Sumatera Utara
Kontribusi peningkatan Laju Handover dari sisi pertambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS merupakan kontribusi dari sisi peningkatan daya sinyal penerimaan.
Ketika daya sinyal penerimaan telah meningkat melebihi nilai Threshold dengan pertambahan tinggi Antena masing-masing BTS maka variasi Active set pada k dan
k+1 lebih didominasi oleh jumlah BTS. Dalam rangka menjaga kestabilan pelayanan maka sistem akan terus mencari BTS-BTS dengan daya sinyal yang terbaik dan lebih
stabil. Oleh karenanya jumlah Active Set dalam sistem akan selalu berfluktuasi dan Variasi fluktuasi ini akan semakin tinggi tatkala jumlah BTS yang tersedia dalam
sistem lebih banyak pula.
Dari data Lampiran diperoleh bahwa untuk pertambahan ketinggian Antena BTS
dari 20 meter hingga 120 meter maka Laju Handover rata-rata untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0188; 0.0088 dan 0.0052.
Sementara untuk pertambahan ketinggian Antena MS dari 1,0 meter hingga 11,0 meter maka Laju Handover rata-rata untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga
dan dua BTS adalah; 0.0112; 0.0082 dan 0.0047.
Gambar 4.33a. Tinggi Antena BTS dengan Laju Handover Locally Optimal Model Hata
0,0000 0,0010
0,0020 0,0030
0,0040
20 25
30 35
40 45
50 55
60 65
70 75
80 85
90 95
100 105
110 115
120
L a
ju H
a n
d o
v e
r
Tinggi Antena BTS meter Locally
Optimal
2-BTS 3-BTS
4-BTS
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.33b. Tinggi Antena MS dengan Laju Handover Locally Optimal Model Hata
Dengan kualitas Link Radio yang sama sebagaimana data pada Lampiran B.7 dan B.8 maka Laju Handover keluaran algoritma Hysteresis Threshold juga masih
dapat dioptimalkan. Data Optimal pada Lampiran B.7 dan B.8 merupakan Laju
Handover hasil optimasi dengan metode Locally Optimal terhadap keluaran algoritma Hysteresis Threshold. Pola kecenderungan Laju Handover hasil optimasi ditunjukkan
dengan Gambar 4.33a dan 4.33b. Kedua Gambar 4.33a dan 4.33b memperlihatkan Laju Handover Optimal untuk
2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS. Besar Laju Handover Optimal untuk 2, 3 dan 4 BTS telah lebih rendah dibandingkan dengan
besar Laju Handover keluaran metode Hysteresis Threshold. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 maka besar Laju Handover Optimal
untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0031; 0,0032 dan 0,0000. Berikutnya, untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga 11
meter maka Laju Handover Optimal untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah 0.0030; 0.0009 dan 0,0000.
Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan
tinggi Antena BTS dan Antena MS dan jumlah BTS ditunjukkan pada Lampiran B.7
0,0000 0,0010
0,0020 0,0030
0,0040
1, 1,
5 2,
2, 5
3, 3,
5 4,
4, 5
5, 5,
5 6,
6, 5
7, 7,
5 8,
8, 5
9, 9,
5 10,
10, 5
11, L
a ju
H a
n d
o v
e r
Tinggi Antena MS meter Locally Optimal
2-BTS 3-BTS
4-BTS
Universitas Sumatera Utara
dan B.8. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 meter
maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 74,0218; 63,8126 dan 100.0000.
Sedangkan untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga 11 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing umlah BTS
empat, tiga dan dua BTS adalah; 73,61290; 88,6760 dan 100.0000. Untuk kedua pertambahan tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS, persentasi
optimasi Laju Handover tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata
dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.
4.2.3 Analisa Perubahan Nilai Hysteresis Terhadap Parameter Kinerja Sistem
Data keluaran simulasi parameter kinerja sistem terhadap perubahan nilai Hysteresis Add berdasarkan model-model propagasi dan variasi jumlah BTS
ditunjukan pada Lampiran B di bagian B.3, B.6 dan B.9.
4.2.3.1 Hubungan Perubahan Nilai Hysteresis Terhadap Laju Drop Call dan
Penurunan Link Radio
A. Model Propagasi Lee
Hubungan perubahan nilai Hysteresis dengan Laju Drop Call dan Penurunan
Link Radio dengan model propagasi Lee ditunjukkan pada Lampiran B.3. Dari data
Lampiran tersebut diperlihatkan bahwa perubahan nilai Hysteresis tidak berpengaruh sama sekali terhadap Drop Call dan Link Radio. Namun demikian, Laju Drop Call
dan Penurunan Link Radio berpengaruh ketika jumlah BTS bertambah. Dari data Lampiran diperoleh bahwa ketika jumlah BTS dalam sistem adalah 2
BTS maka terjadi Drop Call dalam sistem dengan Laju Rata-rata Drop Call sebesar 0,3050, hal ini disebabkan karena level daya penerimaan sinyal dari kedua BTS pada
saat-saat tertentu nilainya berada di bawah nilai Threshold. Namun ketika jumlah
Universitas Sumatera Utara