dan B.8. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 meter
maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 74,0218; 63,8126 dan 100.0000.
Sedangkan untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga 11 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing umlah BTS
empat, tiga dan dua BTS adalah; 73,61290; 88,6760 dan 100.0000. Untuk kedua pertambahan tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS, persentasi
optimasi Laju Handover tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata
dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.
4.2.3 Analisa Perubahan Nilai Hysteresis Terhadap Parameter Kinerja Sistem
Data keluaran simulasi parameter kinerja sistem terhadap perubahan nilai Hysteresis Add berdasarkan model-model propagasi dan variasi jumlah BTS
ditunjukan pada Lampiran B di bagian B.3, B.6 dan B.9.
4.2.3.1 Hubungan Perubahan Nilai Hysteresis Terhadap Laju Drop Call dan
Penurunan Link Radio
A. Model Propagasi Lee
Hubungan perubahan nilai Hysteresis dengan Laju Drop Call dan Penurunan
Link Radio dengan model propagasi Lee ditunjukkan pada Lampiran B.3. Dari data
Lampiran tersebut diperlihatkan bahwa perubahan nilai Hysteresis tidak berpengaruh sama sekali terhadap Drop Call dan Link Radio. Namun demikian, Laju Drop Call
dan Penurunan Link Radio berpengaruh ketika jumlah BTS bertambah. Dari data Lampiran diperoleh bahwa ketika jumlah BTS dalam sistem adalah 2
BTS maka terjadi Drop Call dalam sistem dengan Laju Rata-rata Drop Call sebesar 0,3050, hal ini disebabkan karena level daya penerimaan sinyal dari kedua BTS pada
saat-saat tertentu nilainya berada di bawah nilai Threshold. Namun ketika jumlah
Universitas Sumatera Utara
BTS yang melayani ada 3 dan 4 BTS maka Laju Drop Call menurunan menjadi nol. Pada saat jumlah BTS dalam sistem adalah 3BTS maka tatkala level daya sinyal yang
diterima dari dua BTS berada di bawah nilai Threshold maka pada saat yang sama BTS ketiga bertindak sebagai penyedia daya dengan level daya berada di atas nilai
Threshold. Tatkala jumlah BTS dalam sistem adalah 4 BTS maka hal ini menjadikan sistem lebih handal karena tersedianya BTS yang berfungsi sebagai back up atas
BTS-BTS yang mensuplai dengan level daya di bawah nilai Threshold. Ditunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah BTS dalam sistem maka bertambah pula
Perbaikan Link Radio sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.34. Besar rata-rata Laju Penurunan Link Radio untuk masing-masing 2, 3 dan 4 BTS dalam sistem
adalah 0,1092; 0,0927 dan 0,0907.
Gambar 4.34 Penurunan Link Radio Terhadap Nilai Hysteresis dan Jumlah BTS Model Lee
B. Model Propagasi Okumura
Hubungan perubahan nilai Hysteresis dengan Laju Drop Call dan Penurunan
Link Radio dengan model propagasi Okumura ditunjukkan pada Lampiran B.6. Dari
data lampiran diperlihatkan bahwa perubahan nilai Hysteresis tidak berpengaruh sama sekali terhadap Drop Call dan Link Radio. Laju Drop Call bernilai nol untuk
setiap perubahan nilai Hysteresis dan jumlah BTS, sedangkan Penurunan Link Radio
0,0000 0,0200
0,0400 0,0600
0,0800 0,1000
0,1200
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Pe nur
una n
Link R
a d
io
Hysteresis dBm
2-BTS 3-BTS
4-BTS
Universitas Sumatera Utara
mengecil ketika ketika jumlah BTS dalam sistem bertambah. Hal ini disebabkan karena tersedianya banyak pilihan untuk mendapatkan daya sinyal terima dengan
level daya tertinggi dari semua BTS-BTS dalam sistem yang nilainya telah berada di atas level Threshold. Gambar 4.35 menunjukkan Laju Penurunan Link Radio dengan
bertambahnya jumlah BTS dalam sistem. Besar rata-rata Laju Penurunan Link Radio untuk masing-masing 2, 3 dan 4 BTS dalam sistem adalah 0,0505; 0,0442 dan
0,0432.
Gambar 4.35 Penurunan Link Radio Terhadap Nilai Hysteresis dan Jumlah BTS Model Okumura
C. Model Propagasi Hata