Perbandingan Parameter Kinerja Sistem Dari Model-Model Propagasi

Berdasarkan data Laju Handover pada Lampiran B.9 menunjukkan bahwa besar Laju Handover Optimal baik untuk 2, 3 maupun 4 BTS lebih rendah dibandingkan dengan besar Laju Handover keluaran metode Hysteresis Threshold. Laju Rata-rata Handover Optimal untuk pertambahan nilai Hysteresis untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0019; 0,0000 dan 0,0000. Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan nilai Hysteresis ditunjukkan di bagian Optimasi Laju Handover pada Lampiran B.9. Nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 89,4997; 100,00 dan 100,00. Persentasi optimasi Laju Handover rata-rata tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua atau tiga BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.

4.2.4 Perbandingan Parameter Kinerja Sistem Dari Model-Model Propagasi

Untuk memudahkan pengamatan perbandingan kinerja maka nilai rata-rata parameter kinerja sistem dari masing-masing model-model propagasi berdasarkan pengelompokan jumlah BTS dikumpulkan dalam satu tabel. Tabel 4.6 merupakan hasil kumpulan nilai rata-rata parameter kinerja sistem berupa Laju Drop Call, Laju Penurunan Link Radio, Ukuran Active Set dan Laju Handover dari masing-masing model propagasi berdasarkan pengelompokan jumlah BTS. Untuk mendapatkan urutan yang lebih baik diantara model-model propagasi berdasarkan nilai parameter kinerja sistem maka ditentukan urutan prioritas penilaian. Urutan penilaian dimulai dari Laju Rataan Drop Call atau Laju Rataan Penurunan Link Radio, Jumlah Rataan Active Set Hysteresis Threshold dan Locally Optimal dan Laju Rataan Handover Hysteresis Threshold dan Locally Optimal. Penilaian dari parameter Laju Drop Call menjelaskan bahwa ketika Laju Drop Call mempunyai nilai lebih besar dari nol maka hal ini menunjukkan terputusnya panggilan MS. Perulangan keterputusan panggilan akan bertambah sering seiring Universitas Sumatera Utara dengan pertambahan Laju Drop Call. Keterputusan panggilan MS berada diantara 2000 kali pengukuran level daya sinyal penerimaan yang berjarak dari 1 meter sampai 2000 meter. Level daya sinyal penerimaan pada titik-titik terjadinya Drop Call dari semua BTS yang melayani nilainya semuanya berada di bawah level Threshold. Penilaian dari parameter Laju Penurunan Link Radio merupakan nilai peluang penerimaan daya sinyal yang terbesar diantara BTS. Ketika Laju Penurunan Link Radio lebih besar dari 0,5 hal ini menandakan bahwa daya sinyal terbesar yang diterima MS dari BTS-BTS yang melayani, nilai daya sinyal tersebut mendekati nilai Threshold dan ini mengindikasikan kualitas sinyal menurun. Sebaliknya ketika Laju Penurunan Link Radio lebih kecil dari 0,5 hal ini menyatakan bahwa daya sinyal terbesar yang diterima MS dari BTS-BTS yang melayani, nilai sinyal tersebut menjauh di atas nilai Threshold dan ini mengindikasikan kualitas sinyal membaik. Penilaian dari parameter Ukuran Active Set menunjukkan jumlah kanal Radio yang berasal dari BTS-BTS untuk melayani MS agar komunikasi tetap tetap terjaga. Semakin besar jumlah Active Set maka semakin banyak BTS yang menangani komunikasi MS maka semakin handallah pelayanan komunikasi. Namun dengan diperolehnya ukuran Active Set yang Optimal maka jumlah rata-rata Active Set dalam sistem dapat dikurangi dan pengurangan ini akan melepaskan sebagian kanal radio sehingga memberikan kesempatan bagi user yang lain untuk menggunakan kanal tersebut. Hal ini tentunya akan meningkatkan efisiensi pemakaian kanal dari sistem. Penilaian parameter Laju Handover menunjukkan frekuensi pelepasan kanal Radio dari BTS-BTS. Ketika Laju Handover bertambah besar maka fluktuasi pelepasan kanal akan semakin sering hal ini akan meningkatkan biaya switching penyambungan dan semikian juga sebaliknya. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan. Dari data pada Tabel 4.6 diperoleh urutan model propagasi yang berkontribusi pada perbaikan parameter kinerja sistem yang lebih optimal : a. Berdasarkan Universitas Sumatera Utara perubahan tinggi Antena BTS dan Antena MS maka urutannya adalah model propagasi Hata urutan 1 kemudian model propagasi Okumura urutan 2 dan model propagasi Lee urutan 3 baik ketika jumlah BTS dalam sistem ada 2, 3 maupun 4 BTS; b. Berdasarkan perubahan nilai Hysteresis Add; i. Ketika jumlah BTS dalam sistem ada 2 maka urutannya adalah model propagasi Hata urutan 1 kemudian model propagasi Okumura urutan 2 dan model propagasi Lee urutan 3; ii. Ketika jumlah BTS dalam sistem ada 3 dan 4 BTS maka urutannya adalah model propagasi Hata urutan 1 kemudian model propagasi Lee urutan 2 dan model propagasi Okumura urutan 3 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Data Perbandingan Kinerja Sistem Antar Model Propagasi Threshold Hysteresis Locally Optimal Optimasi Threshold Hysteresis Locally Optimal Optimasi Lee 0,2304 0,24163 0,7942 0,7698 3,0747 0,0077 0,0051 33,5798 3 Okumura 0.0897 0,1553 1,2522 0,9104 27,2981 0,0109 0,0029 73,1675 2 Hata 0,0000 0,0232 1,3851 1,0000 27,7983 0,0052 0,0000 100,0000 1 Lee 0,1866 0,22123 1,0998 0,8306 24,4800 0,0150 0,0048 68,0635 3 Okumura 0,0735 0,1447 1,8282 1,4073 23,0258 0,0179 0,0059 67,1821 2 Hata 0,0000 0,0169 1,9705 1,53773 21,9831 0,0088 0,0032 63,8126 1 Lee 0,1783 0,21946 2,4006 1,6114 32,8753 0,0175 0,0038 78,3034 3 Okumura 0,0684 0,1429 2,8718 2,2189 22,7344 0,0199 0,0077 61,3050 2 Hata 0,0000 0,0164 2,5587 1,5526 39,3209 0,0118 0,0031 74,0218 1 Lee 0,1808 0,2069 0,9062 0,8193 9,5443 0,0086 0,0039 55,0829 3 Okumura 0,0667 0,1282 1,3202 0,9334 29,2996 0,0099 0,0028 72,1020 2 Hata 0,0000 0,0187 1,3656 1,0000 26,7708 0,0047 0,0000 100,0000 1 Lee 0,1504 0,1879 1,2712 1,0030 21,0977 0,0149 0,0046 68,8241 3 Okumura 0,0482 0,1185 1,9240 1,4736 23,4115 0,0172 0,0059 65,8165 2 Hata 0,0000 0,0130 1,9366 1,1403 41,1187 0,0082 0,0010 88,6760 1 Lee 0,1440 0,1862 2,4309 1,6024 34,0804 0,0174 0,0037 78,7705 3 Okumura 0,0428 0,1170 2,9049 2,2550 22,3737 0,0186 0,0077 58,7484 2 Hata 0,0000 0,0126 2,5070 1,5429 38,4568 0,0112 0,0030 73,6129 1 Lee 0,3050 0,1092 1,1256 0,9999 11,1666 0,0113 0,0001 98,7255 3 Okumura 0,0000 0,0505 1,371 1,0000 27,1697 0,0090 0,0000 100,0000 2 Hata 0,0000 0,0025 1,2244 1,0000 18,3259 0,0053 0,0000 100,0000 1 Lee 0,0000 0,0927 1,5547 1,0128 34,8513 0,0179 0,0003 98,5750 2 Okumura 0,0000 0,0442 1,9042 1,3535 28,9208 0,0190 0,0029 84,6604 3 Hata 0,0000 0,0014 1,5945 1,0000 37,2840 0,0131 0,0000 100,0000 1 Lee 0.0000 0,0907 2,0739 1,3078 36,9401 0,0235 0,0028 88,0076 2 Okumura 0,0000 0,0432 2,4550 1,6322 33,5160 0,0268 0,0054 79,7342 3 Hata 0,0000 0,0014 2,0238 1,2756 36,9715 0,0180 0,0019 89,4997 1 Jml BTS Laju Rataan Drop Call Laju Penurunan Link Radio Model Propagasi Tinggi Antena MS 1.0 meter - 11.0 meter Hysteresi s Add 1.0 dBm-10.0 dBm Urutan Terbaik Parameter Vari abel 2 3 4 2 3 4 2 3 4 Ukuran Rat aan Active_Set Laju Rataan Han dover Tinggi Antena BTS 20 meter-120 meter Universitas Sumatera Utara

4.3 Validasi Parameter Active Set Terhadap Nilai Hysteresis Add dengan

Algortima Hysteresis Threshold untuk 2 BTS Untuk menguji kesesuaian hasil simulasi berdasarkan model propagasi empiris ini maka sebagian dari nilai parameter kinerja algortima soft handoff divalidasi dengan nilai parameter kinerja algoritma soft handoff pembanding hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelusuran literatur maka diperoleh karakteristik data keluaran kinerja algoritma soft handoff berupa Active Set sebagai fungsi dari nilai Hysteresis Add dengan model jaringan 2 BTS Singh, N. P. et al. 2010. Instrumen yang dijadikan sebagai indikator berkenaan dengan perkiraan relatif kesesuaian dengan hasil penelitian sebelumnya adalah Relative Error Mardeni, R. 2012. Relative Error δ didefenisikan dengan persamaan 4.1 δ = | �− � ������ | | � | � 100 4.1 dimana : δ = relative error V = nilai pembanding V approx = nilai perkiraan Pada Tabel 4.7 ditunjukkan data perbandingan ukuran rata-rata Active Set fungsi Hysteresis Add untuk 3 model propagasi empiris model Lee, Hata dan Okumura yang diperoleh dari hasil simulasi dengan data ukuran rata-rata Active Set model propagai stokastik yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Singh, N.

P. et al. 2010. Dari Tabel diperoleh bahwa dari ketiga model propagasi emprik maka

nilai rata-rata ukuran Active Set model propagasi Emprik Hata lebih mendekati nilai rata-rata ukurann Active Set model propagasi stokastik dengan rata-rata error relatif sebesar 6,1797 kemudian diikuti dengan model propagasi Lee sebesar dengan rata- rata error relatif sebesar 12,5733 selanjutnya oleh model propagasi Okumura dengan rata-rata error relatif sebesar 15,2466 . Universitas Sumatera Utara