Model Propagasi Lee Hubungan Tinggi Antena BTS dan Antena MS dengan Laju Handover

masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 38,4568; 41,1187 dan 26,7708. Dengan diperolehnya ukuran Active Set yang Optimal maka jumlah rata-rata Active Set dalam sistem dapat dikurangi dan pengurangan ini akan melepaskan sebagian kanal radio sehingga memberikan kesempatan bagi user yang lain untuk menggunakan kanal tersebut. Hal ini tentunya akan meningkatkan efisiensi pemakaian kanal.

4.2.2.4 Hubungan Tinggi Antena BTS dan Antena MS dengan Laju Handover

Metode Algoritma Hysteresis Threshold dan Locally Optimal

A. Model Propagasi Lee

Data Laju Handover untuk metode Algoritma Soft Handover Hysteresis Threshold terhadap tinggi Antena BTS dan Antena MS untuk model propagasi Lee ditunjukkan pada Lampiran B.1 dan B.2. Pola kecenderungan Laju Handover untuk metode Hysteresis Threshold dapat ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 4.28a dan 4.28b. Gambar 4.28a. Tinggi Antena BTS dengan Laju Handover Hysteresis Threshold Model Lee 0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250 0,0300 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 La ju H an dov er Tinggi Antena BTS meter Hysteresis Threshold 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara Gambar 4.28b. Tinggi Antena MS dengan Laju Handover Hysteresis Threshold Model Lee Grafik pada kedua gambar 4.28a dan 4.28b memperlihatkan Laju Handover untuk 2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS dengan metode Hysteresis Threshold. Ketinggian tinggi Antena BTS maupun Antena MS bukan merupakan variabel yang langsung mempengaruhi Laju Handover, karena parameter Handover dipengaruhi oleh selisih perbedaan Active Set dan Handover akan terjadi jika jumlah Active Set pada saat k+1 lebih kecil dari pada jumlah Active Set pada saat k. Namun secara umum, pertambahan ketinggian Antena BTS dan Antena MS juga memberi kontribusi peningkatan Laju Handover. Kontribusi peningkatan Laju Handover dari sisi pertambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS merupakan kontribusi dari sisi peningkatan daya sinyal penerimaan. Ketika daya sinyal penerimaan telah meningkat melebihi nilai Threshold dengan pertambahan tinggi Antena BTS maupun Antena MS maka variasi Active set pada k dan k+1 lebih didominasi oleh jumlah BTS. Dalam rangka menjaga kestabilan pelayanan maka sistem akan mencari BTS-BTS dengan daya sinyal yang terbaik dan lebih stabil. Oleh karenanya jumlah Active Set dalam sistem akan selalu berfluktuasi 0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250 0,0300 1 ,0 1 ,5 2 ,0 2 ,5 3 ,0 3 ,5 4 ,0 4 ,5 5 ,0 5 ,5 6 ,0 6 ,5 7 ,0 7 ,5 8 ,0 8 ,5 9 ,0 9 ,5 10, 10, 5 11, La ju H an dov er Tinggi Antena MS meter Hysteresis Threshold 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara dan Variasi fluktuasi ini akan semakin tinggi tatkala jumlah BTS yang tersedia dalam sistem lebih banyak pula. Dari data Lampiran B.1 dan B.2 diperoleh bahwa untuk pertambahan ketinggian Antena BTS dari 20 meter hingga 120 meter maka Laju Handover rata-rata untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0175; 0.0150 dan 0.0077. Sementara untuk pertambahan ketinggian Antena MS dari 1,0 meter hingga 11,0 meter maka Laju Handover rata-rata untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0174; 0.0149 dan 0.0086. Gambar 4.29a. Tinggi Antena BTS dengan Laju Handover Locally Optimal Model Lee 0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 La ju H an dov er Tinggi Antena BTS meter Locally Optimal 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara Gambar 4.29b. Tinggi Antena MS dengan Laju Handover Locally Optimal Model Lee Dengan kualitas Link Radio yang sama sebagaimana data pada Lampiran B.1 dan B.2 maka Laju Handover keluaran algoritma Hysteresis Threshold juga masih dapat dioptimalkan. Data Laju Handover Optimal pada Lampiran B.1 dan B.2 merupakan Laju Handover hasil optimasi dengan metode Locally Optimal terhadap keluaran algoritma Hysteresis Threshold. Pola kecenderungan Laju Handover hasil optimasi ditunjukkan dengan Gambar 4.29a dan 4.29b. Kedua Gambar 4.29a dan 4.29b memperlihatkan Laju Handover Optimal untuk 2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan tinggi Antena BTS dan MS. Besar Laju Handover Optimal untuk 2, 3 dan 4 BTS lebih rendah dibandingkan dengan besar Laju Handover keluaran metode Hysteresis Threshold. Laju Handover Optimal Untuk 4 BTS lebih stabil dibandingkan dengan Laju Handover Optimal untuk 3 dan 2 BTS. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 maka besar Laju Handover Optimal untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0038; 0,0048 dan 0,0051. Adapun untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga 11 meter maka Laju Handover Optimal untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah 0.0037; 0.0046 dan 0,0039. 0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 1 ,0 1 ,5 2 ,0 2 ,5 3 ,0 3 ,5 4 ,0 4 ,5 5 ,0 5 ,5 6 ,0 6 ,5 7 ,0 7 ,5 8 ,0 8 ,5 9 ,0 9 ,5 10, 10, 5 11, La ju H an dov er Tinggi Antena MS meter Locally Optimal 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan tinggi Antena BTS dan Antena MS juga jumlah BTS ditunjukkan pada Lampiran B.1 dan B.2. Secara umum nilai persentasi optimasi Laju Handover meningkat sebagaimana bertambahnya tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS serta dengan bertambahnya jumlah BTS. Untuk pertambahan ketinggian antena BTS dari 20 meter hingga 120 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 78,3034; 68,0635 dan 33,5798. Sedangkan untuk pertambahan tinggi Antena MS dari 1 meter hingga 11 meter maka nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 78,7705; 68,8241 dan 55,0829. Untuk kedua pertambahan tinggi Antena BTS maupun tinggi Antena MS, persentasi optimasi Laju Handover tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada empat BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.

B. Model Propagasi Okumura