Model Propagasi Hata Hubungan Perubahan Nilai Hysteresis Terhadap Laju Handover Metode

Gambar 4.52 Laju Handover Optimal Terhadap Nilai Hysteresis Locally Optimal Model Okumura Data Laju Handover pada Lampiran B.6 menunjukkan bahwa besar Laju Handover Optimal baik untuk 2, 3 maupun 4 BTS lebih rendah dibandingkan dengan besar Laju Handover keluaran metode Hysteresis Threshold. Laju Rata-rata Handover Optimal untuk pertambahan nilai Hysteresis untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0054; 0,0029 dan 0,0000. Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan nilai Hysteresis ditunjukkan di bagian Optimasi Laju Handover pada Lampiran B.6. Nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 79,7342; 86,6604 dan 100,0000. Persentasi optimasi Laju Handover rata-rata tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.

C. Model Propagasi Hata

Data Simulasi yang menunjukkan hubungan nilai Hysteresis dengan Laju Handover untuk metode Algoritma Soft Handover Hysteresis Threshold dengan 0,0000 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060 2 3 4 5 6 7 8 9 10 La ju H a n d o v e r Hysteresis dBm Metode Locally Optimal 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara model propagasi Hata ditunjukkan pada Lampiran B.9. Untuk melihat pola kecenderungan Laju Handover untuk metode Hysteresis Threshold dapat ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 4.53. Gambar 4.53 Laju Handover Terhadap Nilai Hysteresis Hysteresis Threshold Model Hata Grafik pada gambar 4.53 memperlihatkan Laju Handover untuk 2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan nilai Hysteresis dengan metode Hysteresis Threshold. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketinggian Antena BTS maupun Antena MS bukanlah variabel utama atau variabel yang secara langsung mempengaruhi Laju Handover maka demikian halnya dengan variabel Hysteresis juga bukan merupakan variabel utama mempengaruhi Laju Handover. Hal tersebut disebabkan karena parameter Handover dipengaruhi oleh selisih perbedaan Active Set. Handover akan terjadi jika jumlah Active Set pada saat k+1 lebih kecil dari pada saat k. Dari data Drop Call pada Lampiran B.9 ditunjukkan bahwa baik ketika jumlah BTS dalam sistem ada 2, 3 maupun 4 BTS tidak terjadi Drop Call pada setiap kenaikan nilai Hysteresis. Hal ini menunjukkan bahwa level penerimaan daya sinyal dari BTS-BTS yang melayani MS telah berada di atas nilai Threshold. Dengan bertambahnya nilai Hysteresis maka keleluasaan variasi daya diantara BTS-BTS yang 0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250 2 3 4 5 6 7 8 9 10 L a ju H a n d o v e r Hysteresis dBm Hysteresis Threshold 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara melayani MS masih tetap dipertahankan tanpa menyebabkan peristiwa Handover. Oleh karenanya dengan bertambahnya nilai Hysteresis Laju Handover cenderung mengecil. Dari data perhitungan terhadap Laju Handover pada Lampiran B.9 diperoleh bahwa untuk pertambahan nilai Hystersis maka Laju Handover rata-rata untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0180; 0.0131 dan 0.0053. Oleh karena rentang perubahan Active Set untuk 4 BTS lebih lebar ditambah dengan keleluasaan variasi daya diantara BTS-BTS akibat pertambahan nilai Hysteresis maka Laju Handover 4 BTS lebih besar dibandingkan dengan 3 dan 2 BTS. Dengan kualitas Link Radio yang sama sebagaimana data Link Radio pada Lampiran B.9 maka Laju Handover keluaran algoritma Hysteresis Threshold dapat dioptimalkan. Data Optimal di bagian Lampiran B.9 merupakan Laju Handover optimal hasil optimasi Locally Optimal terhadap keluaran algoritma Hysteresis Threshold untuk model propagasi Hata. Gambar 4.54 memperlihatkan Laju Handover Optimal untuk 2, 3 dan 4 BTS terhadap pertambahan nilai Hysteresis. Gambar 4.54 Laju Handover Optimal Terhadap Nilai Hysteresis Locally Optimal Model Hata 0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025 0,0030 0,0035 0,0040 2 3 4 5 6 7 8 9 10 L a ju H a n d o v e r Hysteresis dBm Metode Locally Optimal 2-BTS 3-BTS 4-BTS Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data Laju Handover pada Lampiran B.9 menunjukkan bahwa besar Laju Handover Optimal baik untuk 2, 3 maupun 4 BTS lebih rendah dibandingkan dengan besar Laju Handover keluaran metode Hysteresis Threshold. Laju Rata-rata Handover Optimal untuk pertambahan nilai Hysteresis untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 0.0019; 0,0000 dan 0,0000. Besar nilai persentasi hasil optimasi Laju Handover terhadap penambahan nilai Hysteresis ditunjukkan di bagian Optimasi Laju Handover pada Lampiran B.9. Nilai persentasi rata-rata optimasi Laju Handover untuk masing-masing jumlah BTS empat, tiga dan dua BTS adalah; 89,4997; 100,00 dan 100,00. Persentasi optimasi Laju Handover rata-rata tertinggi ketika jumlah BTS dalam sistem ada dua atau tiga BTS. Dengan diperolehnya Laju Handover yang Optimal maka jumlah Handover rata-rata dalam sistem telah dapat dikurangi dan pengurangan ini tentunya dapat menghemat biaya penyambungan switching.

4.2.4 Perbandingan Parameter Kinerja Sistem Dari Model-Model Propagasi

Untuk memudahkan pengamatan perbandingan kinerja maka nilai rata-rata parameter kinerja sistem dari masing-masing model-model propagasi berdasarkan pengelompokan jumlah BTS dikumpulkan dalam satu tabel. Tabel 4.6 merupakan hasil kumpulan nilai rata-rata parameter kinerja sistem berupa Laju Drop Call, Laju Penurunan Link Radio, Ukuran Active Set dan Laju Handover dari masing-masing model propagasi berdasarkan pengelompokan jumlah BTS. Untuk mendapatkan urutan yang lebih baik diantara model-model propagasi berdasarkan nilai parameter kinerja sistem maka ditentukan urutan prioritas penilaian. Urutan penilaian dimulai dari Laju Rataan Drop Call atau Laju Rataan Penurunan Link Radio, Jumlah Rataan Active Set Hysteresis Threshold dan Locally Optimal dan Laju Rataan Handover Hysteresis Threshold dan Locally Optimal. Penilaian dari parameter Laju Drop Call menjelaskan bahwa ketika Laju Drop Call mempunyai nilai lebih besar dari nol maka hal ini menunjukkan terputusnya panggilan MS. Perulangan keterputusan panggilan akan bertambah sering seiring Universitas Sumatera Utara