Validasi Parameter Active Set Terhadap Nilai Hysteresis Add dengan

4.3 Validasi Parameter Active Set Terhadap Nilai Hysteresis Add dengan

Algortima Hysteresis Threshold untuk 2 BTS Untuk menguji kesesuaian hasil simulasi berdasarkan model propagasi empiris ini maka sebagian dari nilai parameter kinerja algortima soft handoff divalidasi dengan nilai parameter kinerja algoritma soft handoff pembanding hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelusuran literatur maka diperoleh karakteristik data keluaran kinerja algoritma soft handoff berupa Active Set sebagai fungsi dari nilai Hysteresis Add dengan model jaringan 2 BTS Singh, N. P. et al. 2010. Instrumen yang dijadikan sebagai indikator berkenaan dengan perkiraan relatif kesesuaian dengan hasil penelitian sebelumnya adalah Relative Error Mardeni, R. 2012. Relative Error δ didefenisikan dengan persamaan 4.1 δ = | �− � ������ | | � | � 100 4.1 dimana : δ = relative error V = nilai pembanding V approx = nilai perkiraan Pada Tabel 4.7 ditunjukkan data perbandingan ukuran rata-rata Active Set fungsi Hysteresis Add untuk 3 model propagasi empiris model Lee, Hata dan Okumura yang diperoleh dari hasil simulasi dengan data ukuran rata-rata Active Set model propagai stokastik yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Singh, N.

P. et al. 2010. Dari Tabel diperoleh bahwa dari ketiga model propagasi emprik maka

nilai rata-rata ukuran Active Set model propagasi Emprik Hata lebih mendekati nilai rata-rata ukurann Active Set model propagasi stokastik dengan rata-rata error relatif sebesar 6,1797 kemudian diikuti dengan model propagasi Lee sebesar dengan rata- rata error relatif sebesar 12,5733 selanjutnya oleh model propagasi Okumura dengan rata-rata error relatif sebesar 15,2466 . Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Perbandingan Ukuran Rata-rata Active Set dan Relative Error untuk 2 BTS Lee Okumura Hata Lee Okumura Hata 2 1.2160 1.0792 1.1335 1.0763 11.2500 6.7862 11.4885 4 1.2410 1.1246 1.2632 1.1530 9.3795 1.7853 7.0911 6 1.2670 1.1355 1.3839 1.2237 10.3788 9.2301 3.4175 8 1.2900 1.1398 1.4912 1.2978 11.6434 15.5992 0.6047 10 1.3140 1.1364 1.5889 1.3676 13.5160 20.9220 4.0791 12 1.3390 1.1349 1.6702 1.4312 15.2427 24.7367 6.8857 14 1.3600 1.1342 1.7363 1.4918 16.6029 27.6665 9.6912 Rataan 1.2896 1.1264 1.4667 1.2916 12.5733 15.2466 6.1797 Ukuran rata-rata Active Set Empirik Stokastik Relative error Hyst Add dBm Pada Gambar 4.55 ditunjukkan karakteristik perbandingan ukuran Active Set untuk kedua model propagasi empiris dan model propagasi Stokastik. Masing-masing model menggunakan Algoritma Hysteresis Threshold dengan jumlah site 2 BTS. Dengan merujuk pada nilai perbandingan kinerja sistem pada Tabel 4.6 dan error relatif maka model propagasi Hata lebih sesuai dan lebih teliti mewakili model propagasi untuk kondisi parameter masukan seperti pada Tabel 4.1, karena berkontribusi pada penurunan link radio yang relatif kecil, variasi rata-rata Active Set terhadap nilai optimalnya tanpa terjadi drop call dan laju handover juga relatif kecil serta menghasilkan error relatif yang terkecil. Gambar 4.55 Karakteristik Perbandingan Ukuran Active Set Model Emprik dan Stokastik untuk Algoritma Hysteresis Threshold Untuk 2 BTS 0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000 1,6000 1,8000 2,0000 2 4 6 8 10 12 14 U ku ra n Ac tiv e S et Hysteresis Add dBm Stokastik Lee Okumura Hata Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis terhadap hasil keluaran simulasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Telah berhasil dikembangkan algoritma soft handover hysteresis threshold yang pada awalnya mobile station MS hanya mampu dilayani oleh maksimum 2 BTS menjadi algoritma soft handover hysteresis threshold, dimana MS telah mampu dilayani hingga maksimum 4 BTS. 2. Dengan mengatur pertambahan ketinggian antena BTS maupun ketinggian antena MS serta penambahan jumlah BTS telah berhasil meningkatkan kualitas link radio dan menurunkan laju drop call. 3. Dengan mengatur pertambahan ketinggian antena BTS maupun ketinggian antena MS serta nilai hysteresis add maka ukuran rata-rata active set untuk masing-masing model propagasi empiris telah dapat ditingkatkan. Peningkatan ukuran active set pada sistem cdma ini telah meningkatkan kehandalan pelayanan komunikasi terutama penghindaran dari terjadinya pemutusan panggilan atau kehilangan jaringan pelayanan komunikasi. 4. Dengan mengoptimasi hasil keluaran algoritma hysteresis threshold dengan algoritma locally optimal telah diperoleh ukuran active set dan laju handover yang optimal dengan kualitas kuat sinyal yang tetap sama sebagaimana sebelum dilakukan optimasi. 5. Besar persentasi pengurangan active set hasil optimasi yang telah diperoleh dengan pertambahan ketinggian Antena BTS dan Antena MS serta nilai hysteresis add merupakan persentasi banyaknya kanal radio yang dapat digunakan kembali oleh user lain sebagai kanal berkomunikasi yang baru. Hal ini telah meningkatkan efisiensi dalam penggunaan kanal radio dari sistem cdma itu sendiri. Demikian halnya dengan parameter laju handover, dimana besar persentasi pengurangan laju handover hasil optimasi merupakan persentasi Universitas Sumatera Utara