ambulans dari minibus menjadi sedan AVP. Program ini Dalam praksisnya karena masih terkendala dengan dana, layanan
gratisnya baru untuk tujuan RSUD Sentot Patrol dan RSUD Bhayangkara Losarang, sementara untuk wilayah yang lebih jauh
dari kedua RSUD itu ditarik biaya sesuai jaraknya sebagai infaq pengganti bensin.
d. Divisi Pemberdayaan Ekonomi
Divisi pemberdayaan Ekonomi adalah divisi keempat dalam struktur majelis pelaksana Pondok zakat al-Ikhlas, Divisi ini
pada kepengurusan pondok zakat jilid II dipegang oleh Samani, SPd I dkk.
Sesuai keputusan Rapat Kerja Pondok zakat II pada tanggal 28 Juni 2009, divisi ini sebagaimana putusan Raker I
memproyeksikan untuk pengadaan koperasi simpan pinjam atau pendirian unit-unit usaha dalam rangka pendampingan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah. Ide dasar dari rencana atau proyeksi ke tujuan ini adalah bahwa idealnya dana zakat yang
disalurkan kepada masarif zakat yang delapan ashnaf tersebut tidak semuanya bersifat konsumtif atau sekali habis, tetapi sebagian atau
kalau bisa lebih banyak lagi prosentasenya disalurkan untuk program-program yang bersifat produktif. Program yang melatih
fakir-miskin menjadi mandiri dan tidak bergantung pada uluran tangan atau bantuan orang lain, Sehingga hasil akhirnya bagaimana
menjadikan mustahiq zakat menjadi muzakki, begitu seterusnya. Program dan agenda yang besar ini setelah di diskusikan
dan dimusyawarahkan dengan keluarga besar Al-Ikhlas akhirnya disepakati untuk memilih lembaga pemberdayaan masyarakat
ekonomi lemah dalam bentuk Baitul Mal Wa Tamwil BMT Al- Ikhlas yang dalam operasionalnya bersifat mandiri di bawah
Yayasan Al-Ikhlas Eretan. Adapun dalam operasionalisasi dan pendanaan awalnya, Pondok zakat Al-Ikhlas melakukan support
penuh dengan menyerahkan dana alokasi divisi ini yang diendapkan sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 sebesar 70 Juta
rupiah kepada BMT Al-Ikhlas. Dimulai dari dana stimulan inilah, BMT Al-Ikhlas mulai berkiprah sejak tahun 2011 melakukan
pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah yang ada di desa Eretan wetan.
67
4. Progam kerja
Dalam setiap organisasi pasti memiliki progam kerja, begitu juga dengan Pondok zakat. Progam-progam Kerja diantarannya adalah:
a. Ketua
1 Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses jalannya
pelaksanaan pondok zakat al-ikhlas 2
Merencanakan pengembangan, pengumpulan dan pendayagunaan dana pondok zakat Al-ikhlas
3 Melakukan koordinasi kedalam dan keluar Pondok zakat Al-ikhlas
b. Sekertaris
1 Pengadaan sarana administrasi dan kesekertariatan Pondok zakat
Al-ikhlas 2
Melakukan sosialisasi mengenai keberadaan Pondok zakat Al- ikhlas
3 Membuat logo atau identitas serta jadwal kerja pengurus Pondok
zakat Al-ikhlas
67
Casmin, op.cit., h. 14-15
c. Bendahara
1 Melakukan usaha penggalian dana yang halal dan tidak mengikat
2 Menghimpun dan mengelola dana yang masuk maupun yang
keluar pada Pondok zakat Al-ikhlas d.
Divisi operasional kelembagaan 1
Mengelola anggaran operasional kelembagaan 2
Pengadaan kotak amal Pondok zakat Al-ikhlas e.
Divisi kesejahteraan umum 1
Validasi data mustahik zakat 2
Distribusi bantuan langsung baik berupa uang maupun paket bantuan kepada mustahik
f. Divisi pengembangan sosial keagamaan
1 Inventarisasi musholla, madrasah lembaga keagamaansosial
yang butuh bantuan fisik 2
Pemberian tunjangan ustadzustadzah 3
Pemberian santunan orang sakit dan kaum dhu’afa 4
Pemberian santunan kepada pralaya dari kaum dhua’fa 5
Pemberian bantuan paket sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu
6 Pengadaan khitanan dan penikahan missal
g. Divisi pemberdayaan ekonomi
1 Menghimpun dan mengelola dana 12,5 bagian riqob
Memberikan pinjaman modal bagi usaha kecil.
68
5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok zakat
Salah satu ciri khas penanganan zakat di Desa Eretan-Wetan adalah dilakukan secara terkordinir, sehingga dapat dipastikan apa yang
68
Tim penyusun. op. cit., h. 21
diterima dan seberapa besar atau banyaknya jumlah beras atau uang kepada mustahik sedesa Eretan adalah sama rata, pola ini kita namai pola
distribusi silang yang merupakan karya rintisan pertama dilingkungan wilayah kabupaten Indramayu. Pola ini menempatkan Pondok zakat,
melanjutkan rintisan yang sudah dijalankan di masjid al-ikhlas sebagai sentral informasi dan pelaksanaan zakat baik fitral maupun maal dengan
mengkordinir dan mendata pendapatan beras fitrah dari masing-masing musholla kemudian mengkalkulasi dan membaginya secara sama rata
kepada masing-masing mustahik sedesa eretan, dengan mensubsidi musholla yang kurang dan menarik bagian musholla yang berlebih.
Dalam menjalankan tugas pengelolaan dan pendistribusian zakat pengurus pondok zakat Al-ikhlas membangun jalinan kerja sama dengan
masjid dan musholla sedesa Eretan wetan baik berkenaan dengan data mustahik atau saat pendistribusiannya.
69
C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini
Masyarakat di Kabupaten Indramayu umumnya mendiami wilayah pesisir pantai utara pulau jawa, tepatnya jawa barat. Beberapa kecamatan yang
wilayahnya memanjang menyisir pantai Indramayu dimulai dari kecamatan Anjatan, Kandanghaur, Sindang, Indramayu dan Juntinyuat.
70
Penelitian ini difokuskan pada Desa Eretan-Wetan kecamatan Kandanghaur kabupaten
Indramayu. Secara geografis letak Desa Eretan berbatasan langsung dengan laut
jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, sehinga menurut pak casmin salah seorang informan yang berperan sebagai sekretaris di lembaga
pondok zakat Eretan-Wetan Menurutnya, bahwa hal inilah yang menjadi
69
Casmin. op. cit., h. 17
70
Budiaman, “Strategi Adaptasi Masyarakat Nelaya Dalam Menghadapi Masa Lanjut Usia”. Skripsi Universitas Indonesia. Depok, 2002, h.21
alasan mengapa masyarakat Eretan banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Menurut data yang ada bahwa tercatat 80 masyarakat Eretan-Wetan
berprofesi sebagai nelayan Masyarakat nelayan di desa Eretan-Wetan pada umumya sama dengan
nelayan-nelayan di daerah lainnya, namun masyarakat nelayan di desa Eretan- Wetan menurut peneliti dapat digolongkan menjadi dua golongan, pertama
golongan masyarakat nelayan yang memiliki kapal besar dan masyarakat nelayan yang memiliki kapal kecil. Masyarakat nelayan yang memiliki kapal
besar biasanya memiliki modal yang banyak sehingga kapal yang mereka gunakan dapat menampung anak buah kapal dan hasil tangkapan dalam
jumlah yang banyak. Selain itu, masa berlayar kapal besar lebih lama dan lebih jauh dibandingkan dengan kapal-kapal kecil. Sedangkan masyarakat
nelayan yang memiliki kapal kecil sebaliknya, yaitu memiliki modal yang kecil serta jumlah anak buah kapal dan hasil tangkapan yang relatif sedikit.
Kegiatan menangkap ikan ke laut pada umumnya di lakukan oleh kaum laki-laki, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih bujangan.
Kegiatan tersebut tidak memandang usia, melainkan kondisi fisiklah yang menentukan. Biasannya penduduk laki-laki yang sudah berusia 15 tahun boleh
ikut menangkap ikan ke laut.
71
Mereka lebih memilih berangkat untuk menangkap ikan pada sore hari, karena pada waktu ini di anggap sebagai waktu yang efektif dan
strategis. Dari kedua anggota kelompok nelayan tersebut, mereka memiliki waktu lama yang berbeda dalam proses penangkapan ikan. Pada umumnya
kelompok yang memiliki kapal kecil hanya mencari ikan paling lamannya 2-6 hari dan yang besar bisa mencapai 10 hari sampai berbulan-bulan. Dan untuk
menangkap cumi dan sontong biasannya dilakukan oleh kelompok yang
71
Budhisantoso, dkk., Kehidupan Masyarakat NelayanKabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, h. 38