utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Setiap community sentiment memiliki unsur:
1. Seperasaan
2. Sepenanggungan
3. Saling memerlukan
Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka
menganggap dirinya sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya “tujuan kami”, “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Setiap anggota
menjalankan peranannya sesuai dengan posisi kedudukannya masing-masing. Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari
komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologisnya.
23
C. Masyarakat Nelayan fishing communities
Terdapat beberapa pengertian nelayan diantarannya adalah: 1.
Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar-Hoeve, di jakarta tahun 1989. Pengertian nelayan ialah: “orang yang secara aktif
23
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007, hal 83-86
melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung seperti para penebar dan penarik jarring, maupun tidak langsung seperti juru mudi
perahu layar, nakoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal ikan, sebagai mata pencaharian.”
2. Sedangkan menurut buku pedoman teknik pembangunan perumahan
nelayan, yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum, direktorat jendral cipta karya, direktorat perumahan, pengertian n
elayan ialah: “orang yang mata pencahariannya sebagai penangkap ikan laut, sungai, danau,
sebagai pengolahan industry ikan seperti membuat petis, krupuk, dan lain- lain.
3. Menurut buku penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh balai pustaka di jakarta, tahun 1989, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata
pencaharian utamannya dari usaha menangkap ikan di laut.
24
4. Dalam buku ketentuan kerja pengumpulan dan penyajian data statistik,
nelayan di definisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air.Hal
ini berarti orang yang membuat jaring, istri, anak serta orang tua nelayan yang tidak aktif dalam oprasi penangkapan ikan tidak di masukkan dalam
katagori nelayan.
Dari keempat definisi ke atas bahwasannya banyak dari mereka yang mendefinisan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam oprasi penangkapan ikan. Dengan demikian orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat
perlengkapan ke dalam perahukapal tidak dikatagorikan sebagai nelayan. Sedangkan ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap
24
Endah candra, Permukiman Nelayan, Skripsi pada Pascasarjana Universitas Indonesia, jakarta, h. 4-5, tidak dipiblikasikan
ikan dikatagorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak aktif secara langsung melakukan penangkapan ikan.
Menurut Alfredo Sfeir Younis dalam pollnac, sektor penangkapan ikan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, sektor perikanan berskala besar,
pada umumnya diorganisasikan dengan cara serupa perusahaan agro industry dinegara-negara maju dan lebih padat modal, memberikan pendapatan lebih
tinggi serta kebanyakan untuk ikan kaleng dan ikan beku serta untuk pasaran ekspor. Kedua, sektor perikanan berskala kecil, umumnya terletak di daerah
pedesaan dan pesisir dengan cirri khas bertumpang tindih dengan kegiatan lain seperti perternakan, pertanian dan budi daya ikan. Umumnya tidak
menggunakan mesin dan ikan yang dihasilkan umumnya untuk konsumsi masyarakat setempat.
Pola hidup nelayan sedikit banyak diliputi oleh ketidakpastian penghasilan, karena aktivitas penangkapan ikan sangat tergantung pada alam.
Disamping sifat usahannya pun dianggap sebagai milik bersama. Kedua hal ini yang sering mewarnai ketidakpastian penghasilan mereka, disisi lain factor
musim pun sangat berpengaruh.
25
Selain itu, citra mengenai nelayan di Indonesia umumnya mengisahkan hal yang sama, yaitu tentang kemiskinan, struktur sosial-budaya
yang masih tradisional, struktur nelayan produsen yang kurang
menguntungkan, hambatan dari KUD Mina, kurang berperannya TPI tempat pelelangan ikan, atau juga pola manajemennya yang masih sederhana.
26
Berdasarkan pengalamannya nelayan membagi musim menjadi empat musim, yaitu: pertama, diawali musim kapat, yakni antara bulan September-
November dimana angin bertiup dari arah barat dan Timur Laut dan laut bergelombang. Kedua, musim keenam, dimana angin bertiup dari arah barat,
gelombang besar diiringi hujan dan keruhnya air laut, musim ini berlangsung
25
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, op.cit., h. 35-38
26
Herman hidayat, Masyarakat Indonesia, jilid XIII Nomer 2, Jakarta: Lipi, 1986, h. 229
antara bulan desember sampai februari. Ketiga, musim kowulo, antara bulan maret sampai mei, dimana laut tenang, angin bertiup pagi hari dari tenggara
dan siang hari dari Timur Laut. Keempat, musim petaruh antara bulan juni sampai Agustus, dengan kondisi angin sama dengan musim sebelumnya,
tetapi laut bergelombang kecil. Mu sim yang di anggap sebagai “Musim
Paceklik” adalah pada saat Musim barat musim keenam antara bulan Desember sampai Februari. Pada musim ini hampir semua nelayan tidak
melakukan operasi penangkapan ikan dikarenakan laut bergelombang besar disertai hujan dan keruhnya air laut.
27
D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini
Dari definisi masyarakat nelayan yang kita bahas sebelumnya, bahwasannya dalam arti umum masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
mata pencahariannya menangkap ikan dan hasil-hasil laut lainnya, dengan menggunakan laut sebagai wadahtempatnya. Kemudian, dilihat dari
prilakunnya dilapangan, masyarakat nelayan dapat dibedakan menjadi: a.
Masyarakat nelayan tradisional Kelompok nelayan ini merupakan mayoritas dari jumlah penduduk
yang hidup di daerah pesisir pulau-pulau terpencil, yang jumlahnya lebih dari 40 juta. Sehari hari mereka melaut hanya sekedar mencari makan bagi
keluargannya. Siklus kehidupan para nelayan tradisional ini berlangsung turun temurun. Dibeberapa daerah dipantai selatan, dan utara jawa, riau,
Sumatra timur, dan utara, Maluku, dan irian jaya
27
Syamsir salam dan amir fadhilah. loc. cit., h. 35-38