Pedesaan Peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi social keagamaan di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu

yang adem ayem dan penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat pedesaan itu, oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gameinschaft paguyuban. Jadi keguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai masyarakat desa itu tenang, harmonis, rukun, dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem. Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam hal ini kita sering jumpai gejala-gejala yang sering diistilahkan dengan: 1. Konflik Pertengkaran Pada kenyataannya masyarakat pedesaan penuh dengan masalah dan ketegangan. Karena setiap hari mereka hidup berdekatan dengan tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menimbulkan pemicu yang paling banyak penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan. 2. Kontroversi Pertentangan Pertentangan bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan adat istiadat, psikologi atau dalam hubungan guna-guna black magic. Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontroversi dari sudut kebiasaan masyarakat. 3. Kompetisi Pertandingan Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia biasa yang memiliki sifat bersaing. Wujud persaingan bisa positif jika tujuannya untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan produk atau output hasil. Dan bisa berwujud hal negatif jika bersingan hanya berhenti pada sikap iri dan kegiatan yang tidak bermanfaat yang dapat menimbulkan fitnah sehingga dapat menciptakan ketegangan pada masyarakat.

I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat

Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga aspek yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada prilaku manusia. Berkaitan dengan hal ini, Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan masyarakat. Golongan-golongan masyarakat itu antara lain : 1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat yang terbelakang. Lokasinya berada di aerah terisolasi, sistem masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnya pun belum banyak berkembang. Disamping alasan-alasan tersebut, unsur-unsur ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan, sangat erat dengan kehidupan petani. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani. Faktor cuaca, faktor pertumbuhan tanaman, faktor binatang, baik sebagai alat pembantu maupun sebagai hama, faktor subur tidaknya tanah, dan sebagainya merupakan faktor- faktor yang berada diluar jangkauan petani. Oleh sebab itu, mereka mencari kekuatan dan kemampuan diluar dirinya yang dipandang mampu dan dapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akan menimpa dirinya. Maka, diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap sebagai tolak bala atau menghormati dewa. Menyediakan sesajen bagi Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pelindung sawah dan lading, pada waktu akan panen menjadi keharusan bagi mereka, agar hasil panenya berlimpah. Dengan pengamatan selintas, pengaruh agama terhadap golongan petani cukup besar. Jiwa keagamaan mereka relatif lebih besar karena kedekatannya dengan alam. 2. Golongan nelayan. Karakter pekerja golongan nelayan hamper sama dengan karakter golongan petani. Mata pencahariannya bergantung pada keramahan alam. Jika musimnya sedang bagus, tidak ada badai, boleh jadi hasil tangkapan ikannya melimpah. Biasannya pada waktu-waktu tertentu ada semacam upacara untuk menghormati penguasa laut yang pada masyarakat Indonesia dikenal sebagai Nyi Roro Kidul. Menurut konsep Nottingham, baik golongan petani atau golongan nelayan termasuk tipe masyarakat terbelakang, yang nilai-nilai sakral sangat memasuki sistem nilai masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada mereka, hendaklah dengan cara yang sederhana dan memakai contoh- contoh yang biasa diambil dari lingkungan alamnya. 3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Golongan pengrajin dan pedagang kecil hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani. Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada hukum alam. Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Mereka tidak menyandarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti. 37

J. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pada skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan studi tentang partisipasi masyarakat petani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Propinsi Banten yang di tulis oleh Dindin Abidin, menurutnya tingkat partisipasi ketiga kelompok masyarakat tersebut secara umum dalam katagori sedang, hal ini terlihat dari olahan data secara statistik dimana angka menunjukan 64,7 berada pada katagori sedang, pada katagori tinggi hanya 11,7 dan 23,7 berada pada katagori rendah. 38 Dari skripsi ini terlihat bahwa persamaannya adalah sama-sama membicarakan mengenai partisipasi atau peran yang dilakukan khususnya oleh masyarakat nelayan. Perbedaanya adalah skripsi ini membahas mengenai peran masyaraka tani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum, sedangkan skripsi saya membahas tentang peran masyarakat nelayan dalam mengembangkan organisasi keagamaan. 37 Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 h. 131-133 38 Dindin Abidin, Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2003, h.vi, tidak dipublikasikan 2. Pada skripsi yang berjudul Peran Lembaga Keagamaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI yang di tulis oleh Anglyane E. Pinontoan, menurutnya peran lembaga sosial keagamaan dalam penanggulangan kemiskinan sangat penting sehingga eksistensinnya perlu dipertahankan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada organisasi sosial tersebut. Umumnya mereka yang berpartisipasi dan terlibat di dalamnya adalah orang-orang Kristen yang merasa terpanggil dalam pelayanan, baik mereka para pengurus, direktur maupun staf lembaga YPKS. Partisipasi dikalangan mereka muncul karena adannya persaan solider, untuk membantu anggota masyarakat yang tidak mampu miskin yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai luhur keagamaan untuk mengasihi sesame manusia. 39 Persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama membahas mengenai lembaga keagamaan. Perbedaanya adalah lembaga keagamaan yang di ambil pada pembahasan saya adalah lembaga keagamaan islam, sedangkan pada skripsi ini adalah lembaga keagamaan Kristen. 3. Pada skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu yang di tulis oleh Nuraini, menurutnya kehidupan masyarakat nelayan Mouroami mempunyai pengaruh agama yang kuat bagi kehidupan mereka. Bagi nelayan mouroami yang mengatakan agama mempunyai pengaruh itu dikarenakan mereka mempunyai dasar keagamaan yang kuat pada masa kecil hingga sekarang, baik itu mereka peroleh dari keluarga, lingkungan sekolah atau dari teman-temannya, bagi mereka agama sangat berperan 39 Anglyane E.Pinontoan, Peran Lembaga Sosial Keagamaan dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI. Skripsi Universitas Indonesia , Depok, 1992, h.vii dalam memotivasi diri untuk berusaha tetap berperilaku baik. 40 Pada persamaan skripsi ini yaitu sama-sama melibatkan unsur keagamaan. Perbedaanya, skripsi ini lebih mendalami pembahasan mengenai agamanya sedangkan pada pembahasan saya agama hanya ditulis secara garis besarnya saja.

K. Kerangka Berfikir

Pada umumnya banyak yang berfikir bahwa masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mengesampingkan nilai-nilai keagamaan, tetapi pada masyarakat eretan wetan yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan, di desannya mereka memiliki berbagai organisasi keagamaan seperti pondok zakat. Dari pengamatan tersebut pastinya ada keterlibatan antara masyarakat nelayan dengan organisasi pondok zakat, sehingga peneliti berkeinginan untuk melihat bagaimanakah peran masyarakat nelayan dalam pengembangan organisasi pondok zakat di desannya. Hasilnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa tidak semua masyarakat nelayan mengesampingkan nilai-nilai keagamaannya. 40 Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h. 61 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sumber : https:www.google.commapsvtdata Gambar 3.1 Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Eretan-Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Adapun alasan peneliti dalam memilih Desa Eretan Wetan sebagai tempat peneliatian berkenaan dengan letak geografis desa yang secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai.

2. Waktu penelitian

penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap, dimulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan