membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Konsep organisasi keagamaan yang dipakai adalah adalah suatu pendekatan, kegiatan, atau sistem kehidupan yang irrasional. Organisasi
keagamaan yang khusus mengurus upacara dan hubungan dengan Tuhan yang dinamakan tarekat jalan menuju kebenaran. Kelompok masyarakat yang
religius atau agama secara teologis yang telah menjadi antropologis itu, mengembangkan segenap sistem budayanya dari ajaran ajaran tuhan atau
wahyunya yang diungkap dalam kitab suci. Roland Robertson, membuat suatu model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homogenitas dan
heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:
1. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe:
yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik, dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.
2. Pada masyarakat yang memiliki homogenitas agama, juga ada dua tipe:
yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat
primitif. Usaha Organisasi:
1. Di bidang agama, melaksanakan dakawah islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan. 2.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas. 3.
Di bidang Sosial Budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang Ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menik-mati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
34
H. Pedesaan
1.
Desa Secara umum, desa selalu dipandang sebagai daerah yang masih
belum maju, belum modern, atau berbagai pencitraan lainnya yang menunjukan keterbelakangan. Demikian pula masyarakatnya. Dalam
pergaulan dan percakapan sehari-hari seringkali kita dengar ungkapan- ungkapan yang bernada merendahkan orang desa. Sikap atau pandangan
semacam ini dapat menciptakan presepsi dalam diri kita bahwa masyarakat desa kurang berharga untuk menjadi objek studi. Sebaliknya dari kesan dan
pandangan semacam itu, desa dan masyarakatnya sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Siapa yang tidak mengakui bahwa orang desalah yang
menghasilkan pangan bagi kita semua.
35
Memang pada umumnya, pengertian desa sering dikaitkan dengan pertanian, terlepas dari jenis dan tingkat kemajuan sistem pertaniannya.
Diantara pakar sosiologi pedesaan, cukup banyak pula yang menyetujui pengertian semacam itu, Namun pada intinnya mereka berpendapat bahwa
desa adalah lingkungan yang wargannya memiliki hubungan yang akrab dan informal.
Agar lebih jelas dan lengkap, seorang pakar sosiologi pedesaan dari Amerika Serikat, Paul H. Landis dalam bukunnya rular life in process. Di
antara sekian ahli Sosiologi Pedesaan, P. H. Landis ini memilki definisi yang lebih lengkap. Ia mengemukakan tiga definisi mengenai desa, tergantung pada
tujuan analisisnya. Untuk tujuan analisis statistic, desa adalah suatu
34
Ilham Nugraha, Agama dan Organisasi Agama, 2012, http:hanz-one.blogspot.com
35
Rahardjo, sosiologi pedesaan, jakarta, universitas terbuka, 2001 , h.2.1
lingkungan yang peduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisi social-psikologis, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya memiliki
hubungan yang saling akrab dan serba informal satu sama lain. Sedangkan untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang penduduknya hidup dari pertanian. Selain dari definisi-definisi di atas, terdapat pendefinisian lainnya
yang bias
dijadikan pegangan.
Definisi ini
dikemukakan oleh
Koentjaraningrat. Secara garis besarnya, dia membedakan dua komunitas, yakni komunitas besar kota, Negara bagian, Negara, dan lainnya, Dan
komunitas kecil desa, rukun tetangga, dan lainnya. Batasannya mengenai desa adalah: “komunitsa kecil yang menetap tetap di suatu tempat”.
Komunitas disamping menunjukan ikatan sosio-emosional di antara angotanya, juga menunjukan adanya ikatan antara anggota tersebut dengan
suatu daerah tertentu. Maka, definisi koentjaraningrat tersebut dapat mencakup desa pertanian maupun non-pertanian misalnya desa nelayan.
36
Sedangkan menurut Paul H. Landis : desa adalah dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa. b.
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan. c.
Cara berusaha ekonomi adalah agraris yang paling umum sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
2.
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota
36
Ibid., h.3.3-3.5