Sejarah Pondok zakat Al-ikhlas
Program ini dilanjutkan pada masa pemerintahan Kuwu Nano Suwarno 1998-2008 melakukan studi banding dengan tujuan desa yang
sama. Saat itu tim terdiri dari Bapak Patoni Kaharudin Alm sebagai ketua, dengan anggota Nano Suwarno, Sopyan Tsauri, Saefudin Zuhri, dan
Sumarso. Dari studi banding yang kedua ini didapat informasi kalau desa Putuk Rejo yang berada di Propinsi Jawa Timur ini berpenduduk 6000 jiwa,
sebagaian besar dari penduduknya adalah suku Madura, dengan mata pencaharian sebagai petani. Di desa Putuk Rejo ini ada lembaga musyawarah
yang melibatkan aparat pemerintah desa, tokoh agama dan masyarakat yang bernama MUAD Musyawarah Ulama dan Aparat Desa yang merumuskan
kebijakan-kebijakan pengelolaan zakat. Musyawarah yang melibatkan pihak pemdes, ulama dan tokoh
masyarakat ini diadakan satu bulan sekali. Dari musyawarah rapat ini dapat dirumuskan kebijakan dalam pengelolaan dan pengalokasian zakat untuk
masyarakat. Informasi yang didapat dari studi banding ini bahwa dari seluruh dana yang masuk, 25 untuk alokasi pendidikan masyarakat,
sementara yang 70 untuk pembangunan fisik dan santunan sosial bagi fakir-miskin, sisanya yang 5 untuk bagian amilin.
Hasil dari studi banding ke desa putuk rejo ini, karena beberapa alasan belum dapat diterapkan di desa Eretan, hal ini dikarenakan karakter
dan SDM masyarakatnya yang berbeda. Badan Zakat resmi bentukan pemerintah desa pun dalam setiap periodenya selalu ada, tercatat dalam
investigasi penulis dua kepengurusan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqah BAZIS desa Eretan yang terakhir adalah BAZIS desa Eretan
periode 1999-2004 dengan ketua H. Suharto, kemudian dilanjutkan periode setelahnya 2004-2008 dengan ketua Dasuki Dinussalam. Pada prakteknya
Bazis desa saat itu hanya mengelola zakat fitrah saat hari raya idul fitri, sementara zakat mal belum tergarap secara maksimal sehingga
keberadaannya sebagai lembaga pengelola dana zakat, infaq, dan shodaqah
kurang efektif. Setelah berdirinya Pondok zakat Al-Ikhlas pada tahun 2006, BAZIS desa akhirnya meleburkan diri di dalamnya.
Usaha yang juga cukup penting dari perjuangan masyarakat Eretan untuk merintis dan mendirikan lembaga zakat adalah saat komisi bidang
keagamaan yang diwakili Bapak Mustaram Shiddiq dengan makalah yang ditulis Sumarso dalam pleno persiapan sebelum diskusi dalam Forum
Komunikasi Keluarga Eretan di PPSDP Jakarta pada tanggal 24 Mei 2005 di masjid Al-Furqon merumuskan dan mempresentasikan salah satu skala
prioritas komisi keagamaan adalah mendirikan lembaga amil zakat di samping pengadaan perpustakaan untuk masjid dan musholla dalam rangka
pemberdayaan dan peningkatan kualitas masyarakat Eretan. Rumusan ini pada akhirnya juga dikukuhkan dalam pleno Bedah
Problema dan Solusi desa Eretan di Jakarta pada tanggal 26-27 Mei 2005, dan akhirnya ditetapkan menjadi agenda di komisi keagamaan FKKE
Forum Komunikasi Keluarga Eretan. Permasalahan kemiskinan adalah sesuatu yang pelik dan kompleks,
bahkan sering terjadi kemiskinan menimbulkan efek domino, seperti tindak criminalkejahatan,
kekerasan, prostitusi,
juga kebodohan
dan keterbelakangan. Permasalahan ini terjadi dan dialami dalam setiap sejarah
manusia. Eretan sebagai komunitas masyarakat yang heterogen pun pernah mengalaminya, Peristiwa tindak anarkhis itu terjadi di tengah-tengah
masyarakat Eretan yang mayoritas penduduknya berada di bawah garis kemiskinan utamanya sebagai nelayan kecil. Pada pertengahan Ramadhan
1426 H Oktober 2005 tepatnya pada hari jum’at, karena merasa kecewa dengan pemerintah desa yang dianggap tidak adil dan merata dalam
distribusi dana BLT, masyarakat miskin marah dengan merusak balai desa Eretan dan fasilitas desa lainnya. Hal ini menimbulkan keprihatinan semua
pihak, dengan difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas bekerja sama dengan FKKE Jabodetabek diadakan acara Halal bihalal pasca lebaran idul fitri 1426 H,
yang salah satu sesinya adalah pembentukan lembaga pemberdayaan masyarakat lemah.
Dalam acara Halal Bihalal yang dimoderatori Masnun Sarnawi, SAg dengan notulen dan coordinator seksi acara, Casmin AR. saat itu banyak
saran dan usulan yang disampaikan mengenai kesetujuan dan pentingnya membentuk lembaga pemberdayaan ekonomi lemah dengan memanfaatkan
dana zakat yang ada. Tercatat yang menyampaikan usul dan harapannya saat itu perwakilan dari FKKE Jabodetabek, Drs. H. Marita Triono, MM Auditor
Depkeu, Dra. H. Yati Setiati Dosen UNJ Jakarta. Adapun dari masyarakat Eretan domisili, Drs. H. Tosin Kaharyanto, MPd Kepsek SMPN Patrol, H.
Mansur Idris DPRD Kab. Indramayu, Acih Sumiarsih, dll. Acara halal bihalal yang difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas ini
membuat kesepakatan untuk membentuk tim yang akan menindak lanjuti sampai terwujudnya lembaga zakat yang diharapkan. Dalam forum itu juga
H. Marita selaku ketua umum FKKE Jabodetabek menawarkan studi banding ke Rumah Zakat Indonesia RZI di Bandung. Dalam sejarah
masyarakat Eretan lembaga amil zakat yang dideklarasikan setelah pertemuan-pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan nama Pondok zakat
Al-Ikhlas Eretan.
64