Pengukuran kompetensi interpersonal Kompetensi interpersonal pada remaja

mengembangkan kemampuan remaja untuk mengkoordinasikan emosi, kognisi, tingkah laku baik dalam adaptasi jangka pendek maupun proses perkembangan jangka panjang. Sedangkan menurut Nashori 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal adalah 1. Berifat eksternal, yaitu kontak dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya, aktivitas dan partisipasi sosial. 2. Bersifat internal, jenis kelamin, kepribadian, dan kematangan pada diri individu. Selain faktor-faktor diatas, peneliti juga mengambil faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal berdasarkan penelitian terdahulu. Yaitu mengenai tipe-tipe loneliness. Penelitian ini dilakukan oleh Buhrmester et al. 1988 yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tipe-tipe loneliness, yaitu state loneliness dan trait loneliness terhadap kompetensi interpersonal. Dari penjelasan di atas, peneliti memilih konsep diri, kepribadian, dan tipe-tipe loneliness sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal. Faktor-faktor tersebut akan peneliti angkat menjadi independent variabel dalam penelitian ini.

2.1.4 Pengukuran kompetensi interpersonal

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur komunikasi interpersonal, peneliti menggunakan alat ukur baku yang dibuat oleh Buhrmester et al. dalam Paulk, 2008 yaitu Interpersonal Competence Quetionnaire ICQ. Pada skala ini berjumlah 40 item yang terdiri dari lima aspek yaitu, initiation, negative assertion, disclosure, emotional support dan conflict management.

2.1.5. Kompetensi interpersonal pada remaja

Masa remaja merupakan masa yang penting bagi individu untuk menentukan masa depannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock 1999 bahwa masa remaja merupakan masa yang penting, karena pada usia antara 12 dan 16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian dan menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa di mana mereka ingin tahu tentang segala sesuatu yang mereka belum tahu, termasuk di dalamnya adalah tentang bagaimana mereka melakukan hubungan interpersonal yang baik agar mereka bisa diterima oleh lingkungan mereka. Pada saat memasuki masa remaja, seseorang cenderung menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-temannya dibandingkan bersama orang tuanya Santrock, 2002. Selanjutnya Santrock 2002 juga menjelaskan bahwa hubungan yang baik antarteman sebaya penting bagi perkembangan sosial yang normal. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “melebur” ke dalam suatu jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak kenakalan dan masalah. Dalam suatu penelitian menjelaskan bahwa hubungan yang buruk di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja. Dan pada penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis di antara teman-teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif pada tengah baya Santrock, 2002. Dari penjelasan tersebut sangat penting bagi para remaja untuk memiliki hubungan yang efektif dengan teman sebayanya. Agar hubungan pertemanan dengan teman sebaya dapat berjalan efektif maka para remaja di tuntut untuk memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. Individu yang mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua kemampuan ini akan membuat individu tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian para remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya sehingga perilaku buruk atau kasus-kasus kenakalan remaja dan konflik diantara hubungan teman sebaya dapat dihindarkan. Disimpulkan dari pendapat beberapa ahli Psikologi bahwa masa remaja memang rentan terhadap munculnya berbagai konflik Shantz Hartup, 1992. Terdapat berbagai alasan yaitu pengaruh gelombang hormon pada masa remaja, remaja mulai mengantisipasi tuntutan peran masa dewasa, perkembangan kemampuan kognitif remaja yang mulai memahami ketidakkonsistenan dan ketidaksempurnaan orang lain dan mulai melihat persoalan-persoalan yang terjadi sebagai persoalan pribadi daripada memberikannya pada otoritas orang tua, remaja mengalami transisi tahapan perkembangan dan perubahan-perubahan menuju kematangan yang meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penting untuk remaja memiliki kemampuan interpersonal dalam mencegah persoalan atau konflik yang terjadi di masa remajanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buhrmester et al. 1988 yang membuktikan bahwa kompetensi interpersonal pada remaja berperan penting dalam keberhasilan seorang remaja dalam menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini mencapai popularitas kelompok teman sebaya dalam keberhasilan atau kesuksesan remaja dalam menjalin hubungan. Selain itu juga membuat interaksi dengan orang lain menyenangkan dan penuh pengalaman yang nyaman. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa kompetensi interpersonal sangat penting bagi remaja, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi interpersonal pada remaja. 2.2 Konsep Diri Self Concept 2.2.1 Pengertian konsep diri