2.3.4 Aspek-aspek trait kepribadian big five
Kepribadian big five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, yang
dilihat melalui lima buah domain kepribadian. Berikut penjelasan aspek-aspek dalam pendekatan kepribadian big five.
Menurut Goldberg dalam Donellan, 2006 aspek-aspek trait kepribadian big five, yaitu:
1. Extraversion, yang terdiri dari sifa-sifat: friendliness, gregariousness, assertiveness, activity level, excitement seeking, cheerfulness
2. Agreebleness, yang terdiri dari sifat-sifat: trust, morality, altruism, cooperation, modesty, sympathy
3. Conscientiousness, yang terdiri dari sifat-sifat: self-efficacy, orderliness, dutifulness, achievemen striving, self-discipline, cautiousnesss
4. Neuroticism, yang terdiri dari sifat-sifat: anxiety, anger, depression, self-consciousness, immoderation, vulnerability
5. Openness, yang terdiri dari sifat-sifat: imagination, artistic interest, emotionality, adventurousness, intellect, liberalism
Sedangkan menurut Costa dan McCrae dalam Cloninger, 2004 aspek-aspek trait kepribadian big five adalah sebagai berikut:
1. Extraversion E Extraversion E sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor
tinggi pada skor ekstraversion E cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain
itu, individu tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor
E rendah. Ekstraversion dicirikan dengan kecenderungan yang positif seperti memiliki antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan
banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang lain.
Ekstraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama serta domain dalam lingkungannya.
Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan
untuk mengungkapkan perasaan. 2. Agreebleness A
Agreebleness membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tak mengenal balas kasih. Individu dengan skor yang lebih mengarah pada
aspek ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima,
dan baik hati. Aspek ini juga disebut dengan social adaptibility yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu
mengalah dan menghindari konflik interpersonal. Sedangkan pada individu dengan tingkat agreebleness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak
ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.
3. Conscientiousness C
Conscientiousness C digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian dan disiplin diri. Aspek ini dapat
juga disebut dengan dependability, impulse control dan will to achieve. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada aspek ini adalah
pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam aspek ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas,
dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.
4. Neuroticism N Individu dengan skor tinggi pada aspek Neuroticsm N, memiliki
kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stres.
Seseorang yang miliki neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi,
sedangkan individu dengan skor yang rendah, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.
5. Openness to Experience O Aspek ini membedakan antara individu yang memilih variasi dibandingkan
dengan individu yang menutup diri serta individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan hal-hal dan orang-orang yang
mereka kenal. Individu yang harus menerus mencari perbedaan dan pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada aspek openness.
Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu
tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai
perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu yang tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, dan tidak
menyukai adanya perubahan. Dari aspek-aspek diatas, peniliti memilih menggunakan aspek trait
kepribadian big five dari Goldberg dalam Donellan, 2006. Peneliti memilih aspek tersebut karena pengelompokkan sifat-sifat yang digunakan lebih
mudah untuk dipahami dan diadministrasikan untuk struktur trait kepribadian big five.
2.3.5 Pengukuran trait kepribadian big five