Repertoar Musik Gambang Kromong

Berkembang, Pek Bouw Tan Bunga Bow Tan Nan Putih, Kong Djie Lok, Djien Kwie Hwee Pulang Kembalinya Pahlawan bernama Siek Jin Kwie. 11 Lagu-lagu yang biasanye kite nyanyiin itu, awalnya lagu tradisional dulu, boleh dibilang sebagai lagu wajib sebelum nyanyiin lagu-lagu yang laen. Itu kite lakuin supaya penonton tau lagu-lagu tradisional Betawi biarpun cuma sekilas nah kira-kira tiga lagu dah, abis itu baru lagu-lagu modernnya kita nyanyiin. 12

6. Kelengkapan Penyajian Musik Gambang Kromong

a Aspek Magis Dahulu pada setiap akan melangsungkan pementasan musik Gambang Kromong dilakukan ritual khusus, yang diyakini jika tidak melakukan ritual tersebut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan baik itu dari pemain dan penonton atau dari si penanggap. Ritual yang dilakukan berupa membakar kemenyan, setelah itu alat musik Gong dikepul-kepulkan asap kemenyan kemudian setelah dikepulkan asap, Gong dipukul sebanyak tiga kali dan setelah itu barulah musik Gambang Kromong dapat dimainkan. Akan tetapi dengan perkembangan zaman, sekarang ini tidak ada ritual khusus yang dilakukan pada saat akan pentas, seperti halnya pada zaman dulu. 13 Karena zaman sekarang sudah tidak mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal, selain itu ada 11 Gambang Kromong,” artikel diakses pada 6 januari 2012 dari http:www.jakarta.go.idwebencyclopediadetail637Gambang-Kromong. 12 Wawancara Pribadi dengan Wiwi Sriwijaya, Jakarta Timur, pada 10 Desember 2011. 13 Wawancara Pribadi dengan Wiwi Sriwijaya, Jakarta Timur, pada 10 Februari 2012. anggapan jika melakukan ritual semacam itu akan membuat seseorang musyrik karena mempercayai suatu hal yang ghai, dan mempercayai hal tersebut dan jika tidak dilakukan ritual itu maka para pemain, penonton dan penaggap akan terkena musibah. b Kostum Kostum yang biasa digunakan pada setiap pementasan kelompok musik gambang kromong selalu mengenakan baju atau seragam, masing-masing kelompok mempunyai dua atau tiga jenis seragam, yaitu: 14 1. Kebaya Encim, yaitu kebaya dengan bordiran di kerah dan biasanya warna kebayanya tidak ditentukan, akan tetapi ditentukan menurut keinginan masing-masing. 2. Ujung Serong adalah pakaian untuk laki-laki yang digunakan oleh pemimpin kelompok musik yaitu pakaian serba hitam, peci, celana, baju, dan sandal yang digunakan seluruhnya berwarna hitam. 3. Sadariah, merupakan pakaian yang dipakai oleh pemain alat berupa, celana bahan atau celana dengan motif kotak-kotak, baju koko, sandal jepit, serta sebagai pelengkap meletakkan sarung yang dilipat diletakkan dileher. 14 Wawancara Pribadi dengan Wiwi Sriwijaya, Jakarta Timur, pada 10 Februari 2012.

B. Kelompok Musik Gambang Kromong Mustika Forkabi

Kelompok musik Mustika Forkabi berawal dari sebuah organisasi masyarakat yang bernama Forum Komunikasi Anak Betawi FORKABI. Salah satu tujuan organisasi ini untuk melestarikan kebudayaan Betawi. Oleh karena ingin melestarikan kebudayaan Betawi, mereka terpikir akan membuat kelompok musik. Oleh karena tujuan mereka ingin melestarikan suatu kebudayaan dan karena adanya hubungan kekerabatan antara organisasi Forkabi dengan Masyarakat, maka terbentuklah suatu kelompok musik yang mereka beri nama Mustika Forkabi dan pada tanggal 1 Oktober 2003 kelompok musik ini diresmikan. Pada umumnya pemain dan pemimpin dalam kelompok musik ini tidak lain berasal dari keluarga atau kerabat dari organisasi Forkabi sendiri, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat lainnya 15 .

1. Pemimpin Kelompok Musik Gambang Kromong

Didalam kelompok musik gambang kromong ada pembagian peranan yaitu pemain dan pemimpin. Kedua peranan ini sangat berkaitan erat. Selain itu pada setiap kelompok pasti ada pemimpinnya. Pemimpin yang ada pada kelompok gambang kromong memiliki dua pengertian, yakni; pemimpin dalam kelompok dan pemimpin dalam suatu pertunjukkan musik Gambang Kromong. Pemimpin disini memiliki dua pengertian yaitu pemimpin dalam suatu permainan pada pementasan musik dan pemimpin dalam kelompok musik itu. Pemimpin kelompok musik Gambang Kromong adalah pemilik 15 Wawancara Pribadi dengan Wiwi Sriwijaya, Jakarta Timur, pada 26 Februari 2011.