c Rebana Hadroh
Sama halnya dengan rebana ketimpring akan tetapi ukuran rebana hadroh lebih besar. Garis tengahnya rata-rata
30 cm. rebana hadroh terdiri dari tiga jenis. Pertama, disebut Bawa, irama pukulannya cepat, dan berfungsi sebagai
komando. Kedua, disebut Ganjil atau Seling dan berfungsi saling mengisi dengan bawa. Ketiga, disebut Gedug yang
berfungsi sebagai bas. Karena itu adapula yang menyebutnya “rebana gedug”.
20
d Rebana Ngarak
Sesuai dengan namanya, rebana ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan. Rebana ngarak biasanya
mengarak mempelai pengantin laki-laki menuju kerumah mempelai pengantin perempuan. Syair lagu rebana ngarak
biasanya shalawatan. Syair shalawat itu biasanya diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diwan Hadroh.
Karena berfungsi mengarak, itulah rebana ngarak tidak statis di satu tempat saja.
21
C. Asal Mula dan Perkembangan Musik Gambang Kromong
Gambang Kromong tercipta ketika orang-orang Tionghoa peranakan sudah semakin banyak di kota ini. Di waktu senggang mereka memainkan
lagu-lagu Tionghoa dari kampung halaman moyang mereka di Cina dengan instrumen gesek Tionghoa su-kong, the-hian, dan kong-a-hian, bangsing
20
Yahya , Profil Seni Budaya Betawi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004, h. 26.
21
Yahya, Profil Seni Budaya Betawi, h. 24.
suling, kecrèk, dan ningnong, dipadukan dengan gambang. Gambang diambil dari khazanah instrumen Indonesia digunakan menggantikan fungsi
iang-khim, yakni semacam kecapi Tionghoa, tetapi dimainkan dengan semacam alat pengetuk yang dibuat dari bambu pipih.
Orkestra Gambang sekitar tahun 1880-an mulai ditambah dengan kromong, kendang, kempul, gong, dan kecrek. Dari situlah terciptalah
Gambang Kromong. Sebutan Gambang Kromong sendiri di ambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Bilahan Gambang yang
berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari
perunggu atau besi, berjumlah 10 buah sepuluh pencon. Perangkat musik ini merupakan sebuah produk hasil akulturasi dari budaya Tionghoa dengan
pribumi.
22
Gambang Kromong sendiri mulai tersebar dari pusat kota Batavia dan sejak saat itu musik Gambang Kromong mulai tersebar bukan hanya dikenal
dipenjuru kota saja melainkan di Jakarta, di bagian Utara Bogor, Tangerang dan Bekasi jabotabek. Oleh karena itu kawasan-kawasan tersebut sekarang
merupakan area budaya.
23
Lagu-lagu yang dibawakan Gambang Kromong Belakangan ini selalu lagu-lagu yang berjenis khasanah Cina dan Betawi. Seperti lagu-lagu
instrumental phobin berjudul Ma Tsu Thay, Kong Ji Lok, Phe Pan Tauw, Ban Kie Hwa, Phe Boo Tan, Ban Liauw,
dan “lagu sayur” berjudul, antara
22
Indrasadguna , “Sekilas Tentang Gambang Kromong”, artikel diakses pada 13 mei 2011 dari
http:www.wikipedia.com.
23
Tabe Jali, “Gambang Kromong, “ Tabloid Suara Forkabi: Aspiratif, Interaktif, Kreatif. Edisi 23TH.IIISeptember 2010, h. 15.
lain, Cente Manis, Kramat Karem, Sirih Kuning, Glatik, Nguknguk, Surilang, Lenggang Kangkung, Kudebel, Stambul Jampang, Jali-jali dan
Kembang Siantan. Gambang Kromong sangat terbuka akan menerima pengembangan.
Itulah sebabnya sekarang ini banyak orang mengenal Gambang Kromong dengan sebutan Gambang Kromong kombinasi atau modern. Dikatakan
kombinasi karena susunan alat musik asli ditambah dengan alat musik Barat, seperti gitar, gitar melodi, bass, organ, saksofon, drum, dan
sebagainya. Gambang Kromong kombinasi inilah yang dapat memenuhi semua keinginan penonton karena dapat dibawakan jenis lagu dangdut,
kroncong, pop, bahkan gambus. Seniman musik pop pun bisa mempopulerkan lagu-lagu Gambang
Kromong, seperti Benyamin S., Ida Royani, Lilis Suryani, Herlina Effendi dan lain-lain. Sementara itu tokoh gambang kromong yang masih terkenal
hingga saat ini adalah Liem Lian Pho Pemimp in Rombongan “Selendang
D elima”, Suryahanda Pemimpin Rombongan “Naga Mustika”, Samen,
Acep, Marta Pemimpin Rombong an “Putra Cijantung”, yang mana
sebelumnya itu dipimpin oleh Nya’at, Amsar Pemimpin Rombongan
“Setia Hati” dari Bendungan Jago, Samad Modo Pemimpin Rombongan “Garuda Putih”, L. Yu Hap, Tan Kui Hap, dan Jali Jalut.
24
Kesenian tradisional Betawi tidak selamanya berada pada posisi yang aman dan tentram. Ada saatnya kesenian tradisional ini mengalami kejayaan
dan ada saatnya mengalami kemunduran. Berbagai faktor yang mendorong
24
Yahya dan Nurzain, Profil Seni Budaya Betawi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004, h. 6-7.