Pembuatan selulosa bakteri – pva Pembuatan membran selulosa bakteri kering – pva + vitamin C Karakterisasi membran selulosa bakteri – pva sebelum dan sesudah radiasi

Gambar 18. Cara pengujian kekuatan tarik Kekuatan tarik merupakan sifat yang penting untuk polimer yang akan mengalami perlakuan fisik dalam aplikasinya. Seperti halnya membran selulosa bakteri, parameter ini perlu di uji untuk mengetahui ukuran kekuatan membran selulosa bakteri. Berikut adalah gambar diagram karakteristik kekuatan tarik dan perpanjangan putus dari beberapa jenis material. Gambar 19. Diagram karakteristik kekuatan tarik dan perpanjangan putus beberapa jenis material. Perpanjangan putus elongation adalah persentasi peningkatan panjang materi sebelum mengalami putus. Perpanjangan putus dihitung pada sampel yang mengalami perputusan pada bagian tengah sampel yang telah diberi tanda sepanjang 1 cm, seperti yang ditunjukkan pada ilustrasi Pegangan untuk menahan sampel berikut. Persentasi perpanjangan putus merupakan hasil pengurangan panjang akhir dengan panjang awal dibagi dengan panjang awal dan dikalikan 100 persen. Gambar 20. Ilustrasi penetapan perpanjangn putus Rumus Kekuatan Tarik : r = A F = txl F x 100 Keterangan: r = kekuatan tarik kgcm 2 F = beban untuk memutuskan sampel kg A = luas sampel yang mengalami tarikan cm 2 t = tebal sampel cm l = lebar sampel cm Rumus Perpanjangan Putus : E = Lo Lo - La x 100 Keterangan : E = perpanjangan putus L a = panjang sampel pada saat putus cm L o = Panjang sampel awal cm 3. Fraksi gel Selulosa bakteri – pva hasil iradiasi hidrogel dipotong dengan ukuran 4 x 5 cm 2 kemudian ditimbang W O . Hidrogel dimasukkan kedalam stainless steel net. Untuk menghilangkan fraksi yang larut, hidrogel di ekstraksi di waterbath pada suhu 80 – 90 C selama 8 jam. Setelah itu hidrogel di otoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dikeringkan pada suhu 60 C, 80 C, 100 C sampai bobot konstan. Fraksi gel dihitung dengan persamaan : Fraksi gel = Wo Wt x 100 Keterangan : W o = bobot hidrogel sebelum fraksi gel W t = bobot hidrogel keringsetelah diekstraksi 4. Uji keasaman dan kebasaanpH Cara : pH masker ditentukan dengan menggunakan pH meter, yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. 5. Uji pelepasan vitamin C 1 Pembuatan membran difusi Membran yang digunakan adalah kertas Whatman no. 1 yang diimpregnasikan dengan cairan Spangler yang dimodifikasi. Komposisi cairan Spangler adalah sebagai berikut : Asam Palmitat 10 Asam Oleat 15 Asam Stearat 5 Minyak Kelapa 15 Paraffin 10 Kolesterol 5 Lilin Putih 15 Bahan untuk Spangler dilebur dan diaduk homogen. Dimasukkan ke dalamnya kertas Whatman no.1 dengan diameter 2,5 cm selama 15 menit. Segera diangkat dan dikeringkan selama 3 hari, kemudian tentukan jumlah cairan yang diserap oleh kertas saring. Bobot kertas Whatman sebelum dan sesudah impregnasi ditimbang untuk mendapatkan kondisi yang sama pada setiap kertas Whatman. Persentase impregnasi membran dihitung berdasarkan rumus : Persentase impregnasi : Bo Bo - Bt X 100 Keterangan : Bt = berat kertas Whatman sesudah impregnasi Bo = berat kertas Whatman sebelum impregnasi Kertas Whatman yang digunakan untuk percobaan difusi adalah yang memiliki bobot yang hampir sama. 2 Pengukuran difusi masker Siapkan seperangkat alat difusi yang telah dihubungkan dengan pompa peristaltik. Kompartemen reseptor dikondisikan pada suhu 37 C ±1 C dengan cara mengalirkan air yang bersuhu 37 C ±1 C pada water jacket yang menyelimuti kompartemen reseptor. Kompartemen donor diisi dengan 100 ml air suling. Secara perlahan letakkan kertas Whatman yang telah diimpregnasi di antara kompartemen donor dan kompartemen reseptor. Sediaan membran selulosa bakteri - pva ukuran lingkaran pada pelat sel difusi kemudian kertas Whatman di letakkan diatasnya sambil dihindarkan masuknya udara antara kertas Whatman dan membran selulosa bakteri - pva. Cincin penjepit diletakkan dan kemudian ditutup. Alat disimpan dalam bak air bersuhu 37 C dan pompa peristaltik dijalankan. Pengambilan cuplikan sebanyak 5 ml dilakukan selama 1 jam pada menit 5, 10, 15, 20, 30, 40, 50, 60. Setiap kali pengambilan 5 ml cuplikan, volume medium diganti dengan 5 ml larutan medium yang baru dengan volume yang sama. Sampel disaring dengan kertas Whatman. Setiap cuplikan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum vitamin c yang telah diperoleh Kumar, et al, 2009; Jaimini, et al, 2007. 6. Pembuatan kurva kalibrasi vitamin C Larutan induk vitamin C dibuat dengan konsentrasi 10 ppm, dengan melarutkan 1 mg vitamin C dalam 100 ml aquadest. Dari larutan induk dibuat deret standar dengan konsentrasi 1 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Setiap konsentrasi larutan diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum vitamin c. Kemudian dibuat persamaan kurva kalibrasi y = a + bx USP 30 – NF 25, 2007.

4.4 Analisa Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan uji analisa varian ANOVA satu arah terhadap konsentrasi variasi PVA 2 , 4 , 6 . 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sifat dan karakteristik dari selulosa bakteri – PVA hasil iradiasi hidrogel yang digunakan sebagai matriks topeng masker wajah yaitu uji tebal membran, uji absorpsi, uji sifat mekanik kekuatan tarik dan elongasi, uji fraksi gel. 2. Konsentrasi PVA yang optimal untuk memperbaiki karakteristik dan sifat mekanik selulosa bakteri – PVA hasil iradiasi hidrogel sebagai matriks topeng masker wajah yaitu pva konsentrasi 6 karena memberikan absorpsi 238,773 , kekuatan tarik 1137 kgcm 2 , elongasi 86,666 , 89,655 . 3. Selulosa bakteri – PVA hasil iradiasi hidrogel dapat digunakan sebagai matriks topeng masker wajah karena selulosa bakteri mempunyai daya absorpsi yang tinggi dan menahan air dalam jumlah besar. 4. Data statistik dari kekuatan tarik, elongasi, dan gel fraksi PVA dan PVA+vit C tiap konsentrasi sebelum dan sesudah radiasi berbeda.

6.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut membran selulosa bakteri – pva sebagai matriks topeng masker wajah secara mikrobiologi dan kemampuan membran selulosa bakteri – pva sebagai matriks topeng masker wajah secara klinis.