Profil difusi vitamin c

mm, dengan demikian membran selulosa bakteri dapat digunakan sebagai matriks topeng masker wajah. Dengan meningkatnya teknologi dan kebutuhan akan bahan baru yang dapat diaplikasikan di bidang kesehatan, maka hidrogel yang telah digunakan sebagai matriks topeng masker wajah. Hidrogel mempunyai kandungan air berkisar 70 – 95 Darwis, dkk., 1993. Selain itu, hidrogel yang kaya air sangat cocok digunakan sebagai sediaan tidak berlemak untuk pemakaian kulit. Penggunaan hidrogel sebagai matriks topeng masker wajah mempunyai keunggulan dibandingkan yang ada dipasaran karena selain nyaman pada pemakaiannya juga bersifat alami karena tidak mengandung zat aktif attau obat yang dapat menimbulkan efek samping. Hidrogel dibuat dari polimer hidrofilik dan kopolimernya dengan cara konvensional atau teknik radiasi sehingga terbentuk struktur berikatan silang crosslinking yang sukar larut. Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan hidrogel adalah polimer sintetis seperti polivinil alkohol PVA atau polimer lain. PVA adalah salah satu jenis polimer hidrofilik yang banyak digunakan dalam berbagai bidang kimia, farmasi dan kesehatan. produk yang dihasilkan umumnya mempunyai sifat fisik yang baik, tidak toksik, dan mempunyai kemampuan meyerap air yang relatif tinggi. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan formulasi hidrogel sebagai matriks topeng masker wajah dengan konsentrasi PVA 2 , 4 , dan 6 , untuk meningkatkan elastisitas serta kekuatan hidrogel. Pembentukan ikatan silang dari polimer tersebut dilakukan dengan proses radiasi. Penggunaan radiasi untuk pembentukkan dan modifikasi hidrogel untuk tujuan biomedis dalam bidang kosmetik memiliki beberapa keuntungan, antara lain untuk mensterilkan produk yang diiradiasi, tidak menimbulkan residu kimia, proses lebih mudah dikendalikan dengan mengatur dosis serap, dan iradiasi ini aman bagi manusia dan lingkungan Rosiak et al., 1995.

5.2.3 Hasil uji daya absorpsi membran selulosa bakteri - pva

Kemampuan menyerap absorpsi membran selulosa bakteri dalam larutan PVA ditunjukkan dalam tabel 2 dan gambar 3. Dari tabel terlihat bahwa kemampuan absorpsi membran selulosa bakteri – pva meningkat cukup tajam dalam waktu 24 jam kemudian dilanjutkan dengan kecepatan absorpsi yang relatif lebih lambat hingga 30 jam perendaman. Pada perendaman selanjutnya hingga 54 jam terjadi penurunan dan tidak menunjukkan nilai absorpsi yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan pada waktu perendaman selama 24 jam telah terjadi kondisi ˝equilibrium swelling state ˝ . Hal ini karena membran selulosa bakteri belum jenuh dengan cairan sehingga larutan pva tersebut dapat dengan bebas masuk ke pori-pori membran dan mengisi ruang dalam pori tersebut sehingga daya serap atau absorpsi membran selulosa bakteri pva menjadi relatif besar dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 2. Dimana paling tinggi adalah daya serap selulosa bakteri – pva 6 yaitu 201,882 .