Hasil uji gel fraksi membran selulosa bakteri – pva sesudah diradiasi

Gambar 28. Kurva pelepasan vitamin C

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pembuatan membran selulosa bakteri

Pada penelitian ini selulosa bakteri dihasilkan melalui suatu proses fermentasi bakteri A.xyinum dalam media air kelapa sebagai sumber mikronutrien bakteri. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar 30±2 C. Pelikel yang dihasilkan dikenal dengan sebutan nata de coco. Pelikel selulosa bakteri lalu dicuci dengan larutan NaOH 4 dan H 2 O 2 0,25 . Pencucian dengan larutan NaOH 4 bertujuan untuk menghilangkan sisa sel-sel bakteri A.xylinum yang terperangkap dalam jaringan pelikel selulosa, adanya kontaminasi bakteri dan kemungkinan adanya endotoksin yang terjadi selama produksi pelikel selulosa bakteri. Pelikel selanjutnya dicuci dan direndam dalam air suling untuk menetralkan sifat alkali dari larutan NaOH. Proses kemudian dilanjutkan dengan pencucian menggunakan H 2 O 2 0,25 untuk memutihkan pelikel sehingga diperoleh pelikel selulosa bakteri yang berwarna putih seperti yang dapat dilihat pada foto hasil penelitian. 5.2.2 Hasil uji ketebalan membran selulosa bakteri 10 20 30 40 50 60 70 80 90 20 40 60 80 v it a m in C t e rd if u si w akt u m enit pva 2 pva 4 pva 6 Berdasarkan hasil penelitian tabel 1, terlihat bahwa ketebalan membran selulosa bakteri basah yang dihasilkan berkisar 0,090 – 0,1 mm dan tebal rata-rata 0,094 mm. Hal ini menunjukkan masih banyaknya air yang terkandung dalam membran selulosa bakteri basah. Membran selulosa bakteri juga mengalami proses pengeringan pada suhu kamar, setelah proses pengepresan. Pengeringan tersebut menyebabkan sebagian air yang tersisa di dalam membran juga keluar. Proses pengeringan membran yang dilakukan pada suhu kamar dimaksudkan agar proses keluarnya air dari dalam membran perlahan-lahan tidak dalam kondisi yang dipaksakan sehingga tidak mengubah struktur pori-pori membran seperti yang terjadi jika dikeringkan dalam oven. Data hasil uji tebal membran selulosa bakteri kering dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian tabel 1 terlihat bahwa ketebalan membran selulosa bakteri kering berkisar 0,02 – 0,037 mm dan ketebalan rata-rata sebesar 0,028 mm. Hal ini menunjukkan pengepresan pelikel selulosa bakteri menyebabkan ketebalan membran semakin berkurang. Trade dan Evironment Database 2004 menyatakan bahwa pelikel selulosa bakteri mengandung air sekitar 98 . Perbedaan ketebalan membran yang terjadi pada membran selulosa kering dan membran selulosa basah disebabkan oleh adanya sifat hidrofilisitas dari membran selulosa bakteri. Adanya sifat hidrofilik ini menyebabkan membran selulosa bakteri menjadi elastis dan mudah menyesuaikan dengan kontur tubuh serta tidak menimbulkan rasa sakit selama digunakan. Menurut Cerrai 1999, produk yang ada dipasaran mempunyai ketebalan bervariasi mulai dari 0,1 mm sampai 1