akan menyerap air bila kelembaban nisbi 80 pada 30 C Hardjowigono,
1987.
Menurut Considine 1984 ammonium sulfat dapat dihasilkan melalui dua proses reaksi kimia. Pertama adalah mencampur ammonia dengan
asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2NH
3
+ H
2
SO
4
NH
4 2
SO
4 ammonia
asam sulfat ammonium sulfat
Kedua adalah dengan mencampur ammonium karbonat dengan gypsum CaSO
4
sehingga terjadi reaksi sebagai berikut : NH
4 2
CO
3
+ CaSO
4
NH
4 2
SO
4
+ CaCO
3 ammonium karbonat
kalsium sulfat ammonium sulfat kalsium karbonat
Ammonium sulfat merupakan sumber nitrogen bagi tanaman yang paling banyak digunakan di Indonesia sebagai pupuk. Amonium sulfat
dapat pula digunakan sebagai sumber nitrogen untuk membantu pertumbuhan Acetobacter xylinum pada proses pembuatan pelikel selulosa
bakteri Steinkraus et al, 1983.
2.4 Selulosa Bakteri
Selulosa merupakan biopolimer terbesar, yang diketahui sebagai komponen utama biomassa tanaman, dan juga diwakili oleh polimer
ektraseluler mikrobial. Selulosa bakteri termasuk produk spesifik dari metabolisme primer yang sebagian besar sebagai lapisan pelindung
sedangkan selulosa tanaman sebagai pembentuk struktur tumbuhan.
Selulosa yang disintesis oleh bakteri termasuk dalam genus Acetobacter, Rhizobium, Agrobacterium dan Sarcina. Bakteri yang paling
banyak menghasilkan selulosa adalah bakteri Gram negatif, bakteri asam asetat dan Acetobacter xylinum. diantara berbagai jenis bakteri tersebut A.
xylinum adalah jenis bakteri yang paling banyak digunakan sebagai model untuk studi megenai selulosa. Studi biasanya difokuskan pada mekanisme
sintesis biopolimer, strukturnya dan karakteristiknya.
Karakteristik penting dari selulosa bakteri adalah kemurniannya. Hal ini yang membedakan dengan selulosa dari tumbuhan, dimana selulosa
tumbuhan mengandung hemiselulosa dan lignin yang sangat sulit untuk dihilangkan. Karakteristik dari selulosa bakteri yang unik, banyak
diaplikasikan secara luas pada industri kertas, tekstil makanan dan sebagai biomaterial untuk kosmetik dan alat kesehatan.
2.4.1 Struktur selulosa bakteri Bielecki, et al, 2005
Selulosa bakteri adalah polimer tidak bercabang, yang dihubungkan dengan
β-1,4 glukosida. Penelitian selulosa bakteri menunjukkan bahwa secara kimia identik dengan selulosa tanaman, tetapi secara struktur
makromolekular karakteristiknya berbeda dengan selulosa tanaman.
Gambar 3. Struktur kimia selulosa Rangkaian struktur selulosa bakteri dimulai dengan terbentuknya
subfibril berupa benang, dengan lebar sekitar 1,5 nm. Subfiril ini kemudian terkristalisasi menjadi mikrofibril
Jonas, et al, 1998.