Gambar 2.1: Kerangka Kerja Pembuatan Keputusan
Mengidentifikasi, mengenali, dan membingkai keputusan
Mencari dan menemukan
sejumlah alternatif
Mengevaluasi alternatif yang dihasilkan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek
Mengevaluasi hasil-hasilnya
Melakukan tindakan sesuai keputusan
Mengevaluasi ulang, membingkai ulang, mencari
ulang alternatif lain
Memilih salah satu alternatif dan
melakukan tindakan
2.1.6. Tindakan Memutuskan
Menurut Siagian 1997, akal sehat dan pemikiran yang logis akan dengan mudah menerima pendapat yang mengatakan bahwa dalam seluruh proses
pengambilan keputusan, tindakan memutuskan merupakan tindakan yang paling dominan. Bahkan tanpa adanya tindakan memutuskan, sesungguhnya proses
pengambilan keputusan itu tidak berarti apa-apa. Tindakan memutuskan juga
merupakan langkah yang paling sulit. Pendalaman tindakan memutuskan secara rasional menjadi semakin rumit, apabila diingat bahwa dengan perkembangan
yang sangat pesat dalam ilmu administrasi dan manajemen sekalipun, serta dibantu oleh ilmu-ilmu lainnya yang mendukung, pengetahuan para pengambil
keputusan masih tetap sangat terbatas. Dikatakan demikian karena mendalami tindakan memutuskan itu mencakup berbagai bidang, seperti: ciri-ciri pribadi
pengambil keputusan, latar belakang sosialnya, latar belakang pendidikan, filsafat hidup, nilai-nilai organisasional, nilai-nilai sosial, sifat dan bentuk tujuan yang
ingin dicapai, kondisi lingkungan, gaya manajerial seseorang, kemampuan organisasi dalam arti sumber daya dan dana yang dimiliki, model-model dan
teknik-teknik pengambilan keputusan yang diketahui dan dapat digunakan.
2.1.7. Pendekatan di dalam Pengambilan Keputusan
Dalam Suharnan 2005, pendekatan-pendekatan di dalam pembuatan keputusan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pendekatan normatif dan
deskriptif. Pendekatan normatif menggunakan prinsip berpikir rasional-logis apa yang seharusnya sehingga menghasilkan suatu keputusan yang ideal. Sementara
itu, pendekatan deskriptif menggunakan prinsip kenyataan dan kecenderungan orang-orang di dalam membuat keputusan di dalam praktik hidup sehari-hari,
sehingga keputusan yang dihasilkan kebanyakan hanya mencapai tingkat yang cukup memuaskan atau baik.
Beberapa alternatif dalam pendekatan deskriptif telah diusulkan oleh para ahli teori tentang pembuatan keputusan. Salah satu alternatif yang terkenal ialah
prospect theory teori prospek. Teori prospek dikembangkan oleh dua orang
ilmuwan terkemuka dari Amerika Serikat, Danniel Kahneman dan Amos Tversky di sekitar tahun 80-an.
Prinsip-prinsip yang diajukan oleh teori prospek meliputi: value function prinsip fungsi nilai, decision frame bingkai keputusan, psychological
accounting perhitungan mental psikologis, probability probabilitas, dan certainty effect efek kepastian.
Dewasa ini para ahli psikologi khususnya lebih banyak mencurahkan perhatian dalam studinya pada proses pembuatan keputusan melalui strategi
heuristik sebagai bagian dari pendekatan deskriptif. Heuristik ialah cara menentukan sesuatu melalui hukum kedekatan, kemiripan, kecenderungan, atau
keadaan yang diperkirakan paling mendekati kenyataan. Heuristik sering disebut the rule of thumb. Penggunaan pendekatan atau strategi heuristik ini dapat
diibaratkan seseorang yang menentukan panjang sebuah meja dengan merentangkan jari tangannya, bukan dengan alat ukur yang dapat menunjuk
panjang secara akurat. Strategi-heuristik tersebut meliputi: keterwakilan, ketersediaan informasi, pembuatan patokan atau ancer-ancer, perangkap
keputusan, kepercayaan yang berlebihan, dan pembingkaian. Siagian 1997 mengatakan bahwa tidak cukup hanya dengan
menggunakan keputusan yang tidak baik sebagai titik tolak untuk meninjau kembali model dan teknik pengambilan keputusan yang pernah digunakan. Sama
pentingnya ialah menilai mengapa suatu keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik, sedangkan yang lain dipandang sebgai keputusan yang tidak
baik. Hal ini perlu diketahui agar kita dapat memetik pelajaran untuk penerapan model dan teknik pengambilan keputusan yang akan datang, sehingga dapat
mendatangkan hasil yang diharapkan. Dua cara untuk melakukan penilaian itu ialah:
a. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis, yaitu melihat hasil yang
dicapai. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dan keinginan, keputusan yang diambil dapat dikatakan keputusan yang baik.
b. Menggunakan pendekatan yang sifatnya prosedural. Dalam hal ini yang dinilai
ialah proses atau tata cara yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Yang dilakukan ialah menilai sesuatu keputusan, baik atau tidak, berdasarkan
cara yang ditempuh untuk menjatuhkan pilihan. Cara inilah yang menyangkut model dan teknik pengambilan keputusan.
Menurut Anderson dalam Suharnan 2005, untuk menghadapi permasalahan atau keputusan yang kompleks, seseorang dapat menempuh 3
pendekatan, yaitu memaksimalkan nilai minimum pendekatan pesimis, memaksimalkan nilai maksimum pendekatan optimis, dan memaksimalkan nilai
harapan memperhitungkan nilai-nilai yang baik dan buruk. Seseorang juga perlu mempertimbangkan penggunaan proses conscious thingking berpikir sadar atau
unconscious thinking berpikir tidak sadar agar dapat diperoleh keputusan yang baik.
2.1.8. Model-Model Pengambilan Keputusan