4.4 Proporsi Varian
Pada subbab sebelumnya dapat diketahui bahwa hanya satu IV yang dampaknya signifikan terhadap tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan, yaitu usia. Hal ini
mungkin terjadi karena sedikitnya jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini. Namun demikian, penulis ingin melihat proporsi varian dari kompetensi pengambilan keputusan
yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada 9 IV. Penulis melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.13: Anova analisis regresi dari ke-9 IV
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Regression 786.334
9 87.370
1.161 .346
a
Residual 3011.367
40 75.284
1
Total 3797.701
49 a. Predictors: Constant, Lama menjadi kepala sekolah, Sociability, Jenis Kelamin, Self_Control, Usia, Adaptability,
Emotionality, Self_Motivation, Well_Being b.
Dependent Variable: Kompetensi pengambilan keputusan
Tabel 4.12: Model Summary analisis regresi dari ke-9 IV
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .455
a
.207 .029
8.67665 a. Predictors: Constant, Lama menjadi kepala sekolah, Sociability, Jenis Kelamin,
Self_Control, Usia, Adaptability, Emotionality, Self_Motivation, Well_Being b. Dependent Variable: Kompetensi pengambilan keputusan
Dari tabel 4.12 dan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,455, nilai R
2
= 0,207 dan nilai signifikan = 0,346. Ini berarti bahwa proporsi varian dari kompetensi
pengambilan keputusan yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada 9 variabel ialah sebesar 20,7. Atau dengan kata lain, penyebab bervariasinya skor kompetensi
pengambilan keputusan yang ditentukan oleh 9 variabel WB, SC, Em, So, Ad, SM, jenis
kelamin, usia, dan lama menjadi kepala sekolah secara bersama-sama ialah sebesar 20,7. Sedangkan sisanya sebesar 79,3 disebabkan oleh sebab-sebab atau aspek-aspek
lain. Kesimpulannya, terdapat kemungkinan adanya aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap tingkat kompetensi pengambilan keputusan.
Sedangkan untuk mengetahui proporsi varian dari kecerdasan emosional 6 variabel terhadap kompetensi pengambilan keputusan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.14: Model Summary analisis regresi dari ke-6 IV
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .335
a
.112 -.011
8.85377 a. Predictors: Constant, Self_Motivation, Self_Control, Emotionality,
Adaptability, Well_Being, Sociability
Tabel 4.15: Anova analisis regresi dari ke-6 IV
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Regression 426.964
6 71.161
.908 .498
a
Residual 3370.737
43 78.389
1
Total 3797.701
49 a. Predictors: Constant, Self_Motivation, Self_Control, Emotionality, Adaptability, Well_Being,
Sociability b. Dependent Variable: Kompetensi pengambilan keputusan
Berdasarkan tabel 4.14 dan 4.15 dapat diketahui nilai R = 0,335, nilai R
2
= 0,112 dan nilai signifikansi = 0,498. Maka dapat dikatakan bahwa ke-6 faktor kecerdasan
emosional bisa meramalkan 11,2 dari bervariasinya kompetensi pengambilan keputusan. Ini berarti, penyebab bervariasinya skor kompetensi pengambilan keputusan
yang ditentukan oleh variabel kecerdasan emosional yang mencakup WB, SC, Em, So, Ad, SM secara bersama-sama ialah sebesar 11,2. Sedangkan sisanya sebesar 88,8
disebabkan oleh sebab-sebab atau aspek-aspek lain. Pada pembahasan sebelumnya bervariasinya kompetensi pengambilan keputusan sebesar 9,5 dipengaruhi oleh jenis
kelamin, usia, dan lama menjadi kepala sekolah secara bersama-sama. Kesimpulannya, terdapat kemungkinan adanya aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh lebih besar
terhadap tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Berikut ini disajikan tabel coefficient analisis regresi dari ke-6 IV, sebagai berikut:
Tabel 4.16: Coefficients analisis regresi dari ke-6 IV
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta T
Sig. Constant
5.065 9.856
.514 .610
Well_Being .079
.382 .041
.208 .836
Self_Control .226
.318 .131
.711 .481
Emotionality .448
.256 .356
1.752 .087
Sociability -.232
.304 -.161
-.762 .450
Adaptability -.100
.771 -.025
-.130 .897
1
Self_Motivation -.212
.660 -.065
-.320 .750
a. Dependent Variable: Kompetensi pengambilan keputusan
Adapun persamaan regresi berdasarkan nilai B pada tabel 4.16 di atas yaitu: Kompetensi pengambilan keputusan y’ =
5.065 + 0,079 WB + 0,226 SC + 0,448 Em – 0,232 So – 0,100 Ad – 0,212 SM Dari persamaan regresi di atas, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai
setiap IV diketahui. Setelah mengetahui proporsi varian dari ke-9 variabel secara bersama-sama
maupun dari ke-6 variabel secara bersama-sama, penulis juga ingin melihat IV mana yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap tingkat kompetensi dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu penulis melakukan analisis regresi secara hirarkikal. Di sini
mula-mula penulis menghitung satu IV, kemudian menambahkan satu IV lagi, begitu seterusnya hingga seluruh IV dimasukkan. Berdasarkan hasil hitungan menggunakan
program SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 1, berikut ini ialah tabel proporsi varian kompetensi pengambilan keputusan yang terkait dengan IV, yaitu:
Tabel 4.17: Proporsi varian DV yang terkait dengan IV
No. IV R
2
R
2
Change Kontribusi
Varian Sig
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Em
Em+So Em+So+WB
Em+So+WB+SC Em+So+WB+SC+SM
Em+So+WB+SC+SM+Ad Em+So+WB+SC+SM+Ad+Usia
Em+So+WB+SC+SM+Ad+Usia+Lama menjadi kepala sekolah
Em+So+WB+SC+SM+Ad+Usia+Lama menjadi kepala sekolah+Jenis kelamin
0,081 0,097
0,101 0,110
0,112 0,112
0,199 0,207
0,207 8,1
1,6 0,4
0,9 0,2
8,7 0,8
NS NS
NS NS
NS NS
S NS
NS
Total keseluruhan 20,7
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan. Berikut ini dijelaskan deskripsi dari
masing-masing IV sebagai berikut: 1.
Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan Em diperoleh R
2
R Square sebesar 0,081 yang berarti bahwa variabel Em memiliki kontribusi sebesar 8,1 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar 0,465 yang berarti bahwa Em secara positif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak
signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi emotionality seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal
tersebut tidak signifikan. 2.
Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan So diperoleh R
2
Change sebesar 0,097 yang berarti bahwa variabel So memiliki kontribusi sebesar 1,6 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar -0,265 yang berarti bahwa So secara negatif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sociability seseorang, maka
semakin rendah tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
3. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan WB diperoleh R
2
Change sebesar 0,101 0 yang berarti bahwa variabel WB memiliki kontribusi sebesar 0,4 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar 0,289 yang berarti bahwa WB secara positif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi well-being seseorang, maka
semakin tinggi pula tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
4. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan SC diperoleh R
2
Change sebesar 0,110 yang berarti bahwa variabel SC memiliki kontribusi sebesar 0,9 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar 0,181 yang berarti bahwa SC secara positif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-control seseorang, maka
semakin rendah tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
5. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan SM diperoleh R
2
Change sebesar 0,112 yang berarti bahwa variabel SM memiliki kontribusi sebesar 0,2 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar -0,294 yang berarti bahwa SM secara negatif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-motivation seseorang, maka
semakin rendah tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
6. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan Ad diperoleh R
2
Change sebesar 0 yang berarti bahwa variabel Ad tidak memiliki kontribusi dalam mempengaruhi
tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar -0,240 yang berarti bahwa Ad secara negatif mempengaruhi tingkat
kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi adaptability seseorang, maka semakin rendah
tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
7. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan usia diperoleh R
2
Change sebesar 0,087 yang berarti bahwa variabel usia memiliki kontribusi sebesar 8,7 dalam
mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar -0,628 yang berarti bahwa usia secara negatif
mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin
rendah tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan.
8. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan lama menjadi kepala sekolah
diperoleh R
2
Change sebesar 0,008 yang berarti bahwa variabel lama menajadi kepala sekolah memiliki kontribusi sebesar 0,8 dalam mempengaruhi tingkat kompetensi
pengambilan keputusan. Selain itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar 0,270 yang berarti bahwa lama menjadi kepala sekolah secara positif mempengaruhi tingkat
kompetensi dalam pengambilan keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang menjadi kepala sekolah, maka semakin
tinggi tingkat kompetensinya dalam pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak signifikan.
9. Tingkat kompetensi pengambilan keputusan dengan jenis kelamin diperoleh R
2
Change sebesar 0 yang berarti bahwa variabel jenis kelamin tidak memiliki kontribusi dalam mempengaruhi tingkat kompetensi pengambilan keputusan. Selain
itu, pada tabel 4.11 dapat diperoleh nilai sebesar 0,087 yang berarti bahwa jenis kelamin secara positif mempengaruhi tingkat kompetensi dalam pengambilan
keputusan dengan kriteria tidak signifikan. Dalam penelitian ini coding yang digunakan untuk perempuan adalah 1, sedangkan untuk laki-laki adalah 0. Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa perempuan memiliki tingkat kompetensi pengambilan keputusan yang lebih tinggi dari laki-laki, namun perbedaannya tidak signifikan.
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang akan memberikan informasi dari hasil penelitian, diskusi dan saran yang efektif.
5.1. Kesimpulan