Konsep Kecerdasan Emosional Ciri-Ciri Kecerdasan

intrapribadi ialah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut ialah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif. Berdasarkan uraian kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner tersebut, Salovey dalam Goleman 2007 mencetuskan definisi dasar tentang kecerdasan emosional, seraya memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, yaitu: mengenali emosi diri kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain empati, keterampilan bergaul, dan membina hubungan keterampilan mengelola emosi orang lain. Berdasarkan deskripsi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dalam penelitian ini ialah kemampuan khusus yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengenali dan mengelola emosi diri, memotivasi dan menguasai diri sendiri, mengenali dan mengelola emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain sedemikian rupa sehingga bermanfaat secara efektif untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

2.2.2. Konsep Kecerdasan Emosional

Petrides dan Furnham 2006 mengklasifikasikan konsep Emotional Intelligence kecerdasan emosional menjadi dua, yaitu: trait EI atau emotional self-efficacy dan ability EI atau cognitive-emotional ability. Perbedaan di antara trait EI dan ability EI terutama mengenai metode pengukuran pada konstruk dan bukan pada teori. Trait EI merupakan suatu kumpulan dari emotion-related, self- perceptions, dan dispositions seperti persepsi emosi, manajemen emosi, empati yang dinilai melalui self-report questionnaires kuesioner pelaporan diri. Moira Mikolajczak 2007:h.13 menyimpulkan mengenai tingkatan kecerdasan emosional sebagai berikut: Three loosely interconnected levels of Emotional Intelligence: knowledge complexity and width of conceptuall-declarative emotion knowledge, abilities ability to apply knowledge to a problem solving situation and actually implement a given strategy, traits propensity to put one’s abilities into practice, frequency with which one uses hisher abilities. And most relevant level to decision-making: trait EI.

2.2.3. Ciri-Ciri Kecerdasan

Emosional Dalam Van Heck dan Den Oudsten 2008, dikemukakan mengenai unsur- unsur kecerdasan emosional, antara lain menurut: 1. Mayer Salovey, yaitu: a. Perception and expression of emotion persepsi dan ekspresi emosi b. Assimilating emotion in thought menyatukan emosi dalam proses berpikir c. Understanding and analyzing emotion pemahaman dan penalaran emosi d. Reflective regulation of emotion mengatur emosi diri serta orang lain 2. Bar-On, yaitu: a. Intrapersonal skills keahlian perseorangan b. Interpersonal skills keahlian antar-perseorangan c. Adaptability skills keahlian beradaptasi d. Stress-management skills keahlian pengelolaan stress e. General mood perasaan umum 3. Goleman 2007, yaitu: a. Knowing one’s emotions mengenali emosi diri. Mengenali emosi diri ialah mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. b. Management of emotions mengelola emosi. Mengelola emosi pengaturan atau penguasaan diri merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat dan selaras, sehingga tercapai keseimbangan emosi. c. Motivating oneself memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan ialah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, memotivasi diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang- orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. d. Recognizing emotions in others mengenali emosi orang lain. Istilah empati pada awalnya dikenalkan ke dalam bahasa Inggris dari kata Yunani empatheia, ‘ikut merasakan’, istilah yang pada awalnya digunakan para teoritikus estetika untuk kemampuan memahami pengalaman subjektif orang lain. Menurut Segal 2000, kesadaran aktif yang senantiasa ada itu membuat kita cerdas merasa, empati membuat kita bijaksana dalam merasa. Dengan empati, kita menjadi seorang warga dunia. e. Handling relationships membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Kemampuan sosial ini memungkinkan seseorang membentuk hubungan, untuk menggerakkan dan mengilhami orang-orang lain, membina kedekatan hubungan, menyakinkan dan mempengaruhi, membuat orang-orang lain merasa nyaman. 4. Petrides 2001, ada 15 subskala yang merupakan komponen dari 6 faktor, yaitu: a. Well-Being, yang terdiri dari: 1 Self-Esteem harga diri, skala harga diri mengukur keseluruhan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Skor tinggi dimiliki oleh orang yang berpandangan positif terhadap diri dan prestasi mereka sendiri. 2 Trait Optimism sifat optimis, seperti kebahagiaan, skala ini dihubungkan dengan kesejahteraan, memandang ke depan sekalipun pada satu jalan. 3 Trait Happiness sifat kebahagiaan, skala ini mengenai kondisi emosi yang menyenangkan, terutama langsung mengarah pada sesuatu yang terjadi saat ini dibandingkan dengan kepuasan hidup masa lalu atau masa depan. b. Self-Control, yang terdiri dari: 1 Emotion Regulation pengaturan emosi, skala ini mengukur bagaimana seseorang mengontrol perasaan dan kondisi emosinya dalam jangka yang pendek, sedang, dan jangka panjang. 2 Stress Management stress manajemen, skor tinggi pada skala ini dapat menangani tekanan dengan santai dan efektif, karena mereka sukses mengembangkan coping mechanisms. 3 Low Impulsiveness daya dorong yang rendah, skala ini mengukur sebagian besar ketidakberfungsian daripada keberfungsian daya dorong. Daya dorong yang rendah membutuhkan pemikiran sebelum bertindak dan membayangkan dengan cermat sebelum pengambilan keputusan. c. Emotionality, yang terdiri dari: 1 Emotion Perception persepsi atau pemahaman emosi, skala ini mengukur pemahaman emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Skor tinggi pada skala ini jelas mengenai apa yang mereka rasakan dan mampu memahami ekspresi emosi orang lain. 2 Emotion Expression ekspresi emosi, skor tinggi pada skala ini dimaksudkan untuk orang-orang yang mampu mengkomunikasikan perasaan mereka dengan lancar kepada orang lain. 3 Trait Empathy sifat empati, skala ini mengukur aspek ‘perspective- taking’ dari empati, yaitu melihat dunia dari sudut pandang orang lain. 4 Relationships hubungan, skala ini sebagian besar mengenai hubungan seseorang, meliputi sahabat, teman, dan keluarga. d. Sociability, yang terdiri dari: 1 Assertiveness ketegasan, seseorang dengan skor tinggi pada skala ini ialah yang jujur dan berterus terang. Mereka tahu bagaimana meminta untuk sesuatu, memberikan dan menerima pujian, dan menghadapi hal lain jika diperlukan. 2 Social Awareness kesadaran sosial, skor tinggi dalam skala ini ialah bagi mereka yang memiliki keterampilan sosial yang sempurna, peka, mudah menyesuaikan diri, dan lekas mengerti. Mereka bagus dalam bernegosiasi, membuat kesepakatan, dan mempengaruhi orang lain. 3 Emotion Management manajemen emosi, skala ini mengenai kemampuan seseorang memahami dan mengatur kondisi emosi orang lain. Skor tinggi pada skala ini ialah orang yang dapat mempengaruhi perasaan orang lain. e. Adaptability penyesuaian, skor tinggi ialah bagi mereka yang fleksibel pada pekerjaan dan hidup mereka. Mereka mau dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang baru. f. Self-Motivation motivasi diri, orang-orang dengan skor tinggi pada skala ini dipandu oleh kebutuhan untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang tinggi. Mereka cenderung tekun dan gigih.

2.2.4. Pengukuran Kecerdasan Emosional

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Sikap Siswa dalam Pembelajaran Bermuatan Multikultural di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM)

0 47 150

Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Siswa Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi)

4 120 134

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Tentang Pelanggaran Tata Tertib Di SD Negeri 1 Kedungjati.

0 3 19

DUKUNGAN KREATIFITAS KEPALA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL GURU, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA Dukungan Kreatifitas Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 16

PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS : SD MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA).

0 1 16

PENGARUH KOMPETENSI, KECERDASAN EMOSIONAL, KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MUTU KINERJA KEPALA SEKOLAH PADA SMA DI KABUPATEN BOGOR.

0 0 98

Hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan pada penerbang TNI AU.

0 0 139

View of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH

0 0 17

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

0 0 8

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI SD SE KECAMATAN KOTA SELATAN - Tugas Akhir

0 0 10