Pengertian Wakaf Tunai Wakaf Tunai

40 seseorang atau kelompok orang dalam bentuk uang tunai yang tidak dapat dipindahtangankan selain untuk kepentingan umum.

2. Dasar Hukum Wakaf tunai

Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah, hadits Nabi, dan pendapat ulama, yaitu : a. Firman Allah                  Artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui”. QS : Ali Imran ayat 92 Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai tingkat kebaikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan di jalan Allah harta yang dicintainya. Dalam ayat ini dikemukakan juga kapan dan bagaimana sehingga nafkah seseorang dapat bermanfaat. Yakni, bahwa yang dinafkahkan hendaknya harta yang disukai, karena Kamu sekali-kali tidak meraih kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan dengan cara yang baik dan tujuan serta motivasi yang benar yakni sebagian dari harta benda yang kamu sukai. Jangan khawatir akan merugi atau menyesal dengan pemberian yang tulus, karena apa saja yang telah dinafkahkan baik itu 41 dari harta yang disukai ataupun yang tidak disukai karena sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Allah yang akan memberikan ganjaran baik di dunia maupun diakhirat kelak . 56 Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat juga merupakan tugas seorang muslimin. Maka sebaiknya harta yang diinfakkan merupakan sesuatu yang terbaik dan jangan bakhil terhadap jumlahnya. Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas, artinya baik walaupun sedikit. Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari mahbub imajinasi dan khayali menyebabkan mekarnya jiwa kedermawanan dan pengorbanan. 57                            Artinya: “perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas Karunianya Lagi Maha Mengetahui” QS : Al-Baqarah ayat 261 Dalam ayat ini Allah swt. menggambarkan keberuntungan orang yang suka membelanjakan atau menyumbangkan harta bendanya 56 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an, cet. I, Vol. 2, Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2000, h. 142. 57 Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http:rumahislam.comtafsir-depag- ri158-qs-003-al-imran1035-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-092.html 42 di jalan Allah, yaitu untuk mencapai keridaan-Nya. Hubungan antara infak dan hari akhirat adalah erat sekali karena sebagaimana diketahui, seseorang tak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil amalnya sendiri selagi ia masih di dunia, antara lain amalnya yang berupa infak di jalan Allah. Ayat ini juga berpesan kepada yang berpunya agar tidak merasa berat membantu, karena apa yang dinafkahkan akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda. Ayat ini menyebut angka tujuh. Angka tersebut tidak harus dipahami angka yang di atas enam dan di bawah delapan, tetapi ia serupa dengan istilah seribu satu yang tidak berarti angka di bawah seribu dua dan di atas seribu. Angka ini dan itu berarti banyak. Bahkan pelipat gandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali, tetapi lebih dari itu, karena Allah terus menerus melipatgandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki. 58 Pada akhir ayat ini Allah swt. menyebutkan dua sifat di antara sifat-sifat-Nya, yaitu Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maksudnya, Allah Maha Luas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tak terhitung jumlahnya. Dan Maha Mengetahui siapakah di antara hamba- hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan 58 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an, cet. X, Vol. 1, Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007, h. 567.