BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas kesimpulan dan diskusi berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Selain itu, juga akan diberikan saran dari segi teoritis dan
juga praktis untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel persepsi
kepemimpinan transformasional dan variabel faktor demografik terhadap kesiapan dalam menghadapi perubahan mekanisme kerja organisasi pada dosen dan
karyawan IAIN STS Jambi. Kemudian dari 9 variabel yang diuji terdapat 3 yang dinyatakan signifikan
mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi perubahan mekanisme kerja organisasi pada dosen dan karyawan IAIN STS Jambi, yaitu variabel
kepemimpinan transformasional dimensi Challenge the Process dan Inspire a Shared Vision, serta Jenis Posisi Jabatan Kerja.
Sedangkan variabel kepemimpinan transformasional dimensi Enable Others to Act, Model the Way dan Encourage the Heart, serta Jumlah
Tanggungan, Usia, dan Jenis Kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan dalam menghadapi perubahan mekanisme kerja
organisasi.
66
5.2 Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan dua faktor variabel kepemimpinan transformasional dan satu faktor variabel demografik berperan secara signifikan
terhadap kesiapan dalam menghadapi perubahan mekanisme kerja organisasi. Dan enam variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan dalam
menghadapi perubahan mekanisme kerja organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari variabel kepimimpinan transformasional challenge the process dan inspire a shared vision. Hasil ini mendukung hasil
penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Saragih et al 2013 bahwa challenge the process dan inspire a shared vision sebagai bagian perilaku
kepemimpinan transformasional secara signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan kesiapan karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi.
Dari hasil koefisien regresi, variabel challenge the process memiliki nilai koefisien yang negatif, artinya semakin rendah tingkat challenge the process
seorang pemimpin, maka karyawan dan dosen akan semakin siap menghadapi perubahan. Pemimpin yang mampu mengikuti sistem yang ada, mematuhi
peraturan, dan menggunakan cara-cara yang sesuai batasan organisasi akan membuat para bawahannya juga tetap berada dalam jalur yang benar dan tidak
berusaha mengambil resiko yang dapat mengancam pekerjaannya serta merasa lebih aman dalam bekerja sehingga mereka bisa lebih siap dalam menghadapi
perubahan.
Dari hasil koefisien regresi, variabel inspire a shared vision memiliki nilai koefisien yang positif, artinya semakin tinggi tingkat inspire a shared vision
seorang pemimpin, maka karyawan dan dosen akan semakin siap menghadapi perubahan. Pemimpin yang mampu membayangkan dan menciptakan gambaran
masa depan organisasi yang ideal akan membuat para bawahannya juga memiliki visi yang positif mengenai masa depan organisasi sehingga mereka bisa lebih siap
dalam menghadapi perubahan. Variabel lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan dalam
menghadapi perubahan adalah variabel faktor demografik jenis posisi jabatan kerja. Hasil ini mendukung hasil dari penelitian Hanpachern, et al. 1998 bahwa
jenis posisi jabatan kerja terbukti mempengaruhi kesiapan karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tugas-
tugas yang dilakukan dan pekerjaan yang dihadapi yang membuat perbedaan posisi jabatan tersebut mempengaruhi siap atau tidaknya karyawan dalam
menghadapi perubahan. Dari hasil koefisien regresi, jenis posisi jabatan kerja memiliki nilai koefisien yang negatif, artinya dari kedua jenis posisi jabatan,
dosen yang tampak lebih siap menghadapi perubahan dibandingkan karyawan. Sayangnya, dari hasil penelitian ini terdapat tiga variabel dari
kepemimpinan transformasional yang tidak signifikan mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi perubahan mekanisme kerja organisasi, yaitu Enable others to
act, model the way, dan encourage the heart. Hal ini berarti pemimpin yang menciptakan atmosfer kepercayaan untuk membantu semua orang untuk merasa
mampu dan kuat, pemimpin yang menetapkan contoh pada tindakan sehari-hari,
ataupun pemimpin yang mendorong karyawannya melalui rekognisi belum tentu bisa membuat karyawannya merasa siap dalam menghadapi perubahan. Hasil ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saragih et al 2013 bahwa lima bagian perilaku kepemimpinan transformasional secara
signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan kesiapan karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi.
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa variabel jumlah tanggungan tidak signifikan mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi perubahan. Hal ini
tidak mendukung penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Shah 2010 bahwa faktor demografik yaitu jumlah tanggungan yang dimiliki
seorang pegawai mempengaruhi kesiapannya dalam menghadapi perubahan organisasi. Dari hasil ini menunjukkan bahwa banyak atau tidaknya jumlah
tanggungan yang dimiliki pegawai belum tentu bisa menentukan mereka siap atau tidak dalam menghadapi perubahan yang terjadi di organisasi.
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa variabel usia dan jenis kelamin tidak signifikan mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi perubahan. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Shah dan Shah 2010 bahwa faktor demografik yaitu usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi
perubahan organisasi. Perbedaan hasil signifikansi yang terdapat dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu bisa disebabkan adanya perbedaan karakteristik sampel, dimana sampel dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan di institusi
pendidikan sedangkan penelitian terdahulu subjek penelitiannya adalah karyawan