untuk melakukan pekerjaan mereka dan untuk menyadari potensi penuh mereka. Pemimpin transformasional berjuang untuk menciptakan atmosfer kepercayaan
dan martabat manusia dan untuk membantu setiap orang untuk merasa mampu dan kuat. Mereka mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikan dari orang lain
dan membiarkan mereka merasa seperti memikul kepemilikan dan tanggung jawab pada organisasi Kouzes Posner, dalam Abu-Tineh, et al., 2008.
4. Modeling the Way
Pemimpin transformasional menetapkan contoh dan membangun komitmen melalui tindakan sehari-hari yang membuat kemajuan dan momentum. Mereka
menciptakan program hebat da kemudian menetapkan contoh kepada yang lainnya. Kouzes Posner, dalam Abu-Tineh, et al., 2008.
5. Encouraging the Heart
Pemimpin transformasional memainkan peran khusus dalam mnghargai pencapaian individu atau kelompok, karena mereka adalah pribadi yang paling
menonjol di dalam organisasi dan mengabdi sebagai peran teladan. Dengan merayakan pencapaian bersama-sama, pemimpin memberi kesempatan orang-
orang merasa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan bagian dari sesuatu yang signifikan. Ketika pemimpin mendorong pegawai mereka melalui rekognisi
dan perayaan, mereka menginspirasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi Kouzes Posner, dalam Abu-Tineh, et al., 2008.
2.2.3 Pengukuran Kepemimpinan Transformasional
Untuk mengetahui kepemimpinan transformasional pada individu dapat digunakan beberapa alat ukur. Salah satunya adalah alat ukur milik Bass dan
Avolio 1991 yaitu Multifactor Leadership Questionnaire MLQ. Alat ukur ini berisi pernyataan dengan pilihan ganda dan pilihan isian.
Alat ukur lainnya yaitu The Leadership Practices Inventory digunakan untuk mengukur kepemimpinan transformasional. Skala ini dikembangkan oleh
Kouzes dan Posner 1995. Skala ini berisi 30 item yang bertujuan untuk mengukur lima dimensi kepemimpinan transformasional dari model
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Kouzes dan Posner 1995, yaitu challenge the process, inspire a shared vision, enable others to act, model the
way, dan encourage the heart. Dalam penelitian ini digunakan alat ukur milik Kouzes dan Posner, sesuai
dengan teori mereka mengenai kepemimpinan transformasional.
2.3 Faktor Demografik
Faktor demografik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jabatan kerja, jumlah tanggungan, usia, dan jenis kelamin. Dalam penelitian Hanpachern, et al.
1998 diungkapkan bahwa faktor demografik yaitu jenis posisi jabatan kerja terbukti mempengaruhi kesiapan karyawan dalam menghadapi perubahan
organisasi. Karyawan yang bekerja di posisi managerial lebih siap menghadapi perubahan dibandingkan karyawan di posisi operasional Hanpachern et al, 1998.
Selain itu, dalam penelitian Shah dan Shah 2010 diungkapkan bahwa faktor demografi yaitu jumlah tanggungan yang dimiliki seorang karyawan
mempengaruhi kesiapannya dalam menghadapi perubahan organisasi. Karyawan
yang memiliki lebih banyak tanggungan merasa lebih terbuka dan siap dalam menghadapi perubahan organisasi Shah Shah, 2010.
Dalam penelitian ini ditambahkan usia dan jenis kelamin sebagai bagian dari faktor demografik sesuai dengan teori demografik dari Robbins dan Judge
2012. Menurut Robbins dan Judge 2012, demografi organisasi merupakan tingkat dimana anggota unit kerja mempunyai atribut demografik yang umum,
seperti umur, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, atau lama bekerja di organisasi.
2.4 Kerangka Berpikir
Kesiapan dalam menghadapi perubahan adalah tingkat dimana individu secara mental, psikologis, dan fisiknya rela dan siap untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perkembangan organisasi Hanpachern, dalam Holt, 2003. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan karyawan dalam menghadapi perubahan adalah
kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah koleksi dari praktek dan perilaku
yang tersaji sebagai pedoman bagi pemimpin untuk meraih pencapaian atau memperoleh hal-hal yang luar biasa Kouzes Posner, dalam Abu-Tineh, et al.,
2008. Di dalam kepemimpinan transformasional ini terdapat lima dimensi, yaitu: challenging the process, inspiring a shared vision, enabling others to act,
modeling the way, dan encouraging the heart. Pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan challenging the process
akan lebih inovatif dalam meningkatkan organisasi dan juga berani mengambil
resiko sehingga para karyawannya akan lebih siap. Pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan inspiring a shared vision akan memberikan gambaran yang ingin
dicapai organisasi pada masa depannya. Dengan memberikan gambaran masa depan yang positif dan menguntungkan, maka para karyawan akan lebih siap
dalam menghadapi perubahan. Pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan enabling others to act akan lebih demokratis dan memberikan kebebasan bagi
karyawannya untuk bekerja sesuai cara mereka masing-masing. Dengan ini karyawan tidak akan merasa diatur dan terkekang sehingga karyawan akan lebih
mudah dan siap dalam menghadapi perubahan. Pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan modeling the way akan membangun komiten dan memberikan
contoh teladan pada karyawannya. Dengan itu, para karyawan akan memahami dan menteladani sikap yang dimiliki oleh pemimpin dan lebih siap dalam
menghadapi perubahan. Pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan encouraging the heart selalu merekognisi pencapaian dari masing-masing
karyawannya. Dengan itu, karyawan akan merasa dihargai atas usahanya dan akan merasa terlibat dalam organisasi sehingga para karyawan tersebut akan merasa
siap dalam menghadapi perubahan. Kemudian faktor lain yang juga mempengaruhi kesiapan karyawan dalam
menghadapi perubahan adalah faktor demografik. Faktor demografik adalah ukuran, distribusi territorial, dan komposisi populasi dari tingkat perubahan,
kematian, perpindahan daerah, dan mobilitas sosial perubahan status Hauser Duncan, dalam Micklin Poston, 2005. Dari faktor demografik ini, digunakan
jenis posisi jabatan kerja seorang karyawan dalam organisasi, jumlah tanggungan