Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu (Studi kasus di CV Aromindo)

53 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Nilai Tambah

Kegiatan penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu merupakan kegiatan pengubahan bentuk produk sehingga menimbulkan nilai tambah. Manfaat dari adanya kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh perusahaan, karyawan dan para konsumen yang mengonsumsinya. Besarnya nilai tambah ini dapat dihitung dengan metode analisis nilai tambah. Adapun jenis gaharu yang digunakan sebagai bahan baku dalam penyulingan gaharu pada CV Aromindo adalah jenis kamedangan kualitas TGC. Gaharu tersebut dibeli dari pemasok gaharu di Probolinggo. Gaharu yang dibeli dalam keadaan yang telah berbentuk potongan kayu. Harga gaharu berbeda-beda tergantung mudah atau tidaknya pencari gaharu alam mendapatkan gaharu. Harga gaharu berkisar antara Rp 35.000,00 sampai Rp 75.000,00 per kg, sehingga harga yang akan digunakan yaitu harga rata-rata gaharu. Gaharu yang diperoleh berasal dari hutan alam Papua dan Kalimantan. Proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu menyebabkan adanya nilai tambah pada komoditas tersebut. Oleh karena itu, harga jual minyak gaharu menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kayu gaharu. Perhitungan nilai tambah minyak gaharu dilakukan berdasarkan pada kegiatan produksi tahun 2010. Pemilihan pengambilan data pada produksi tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut produksi minyak gaharu relatif tinggi, yaitu 18 kg dalam satu tahun produksi. Selain itu penulis fokus kepada nilai real yang terjadi sesuai data terbaru yang dimiliki perusahaan. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi akibat adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi dimulai dari pengadaan bahan baku gaharu sampai dengan produk jadi minyak gaharu. Dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah ini per satuan bahan baku utama adalah satu kilogram kayu gaharu. Gaharu yang disuling selama satu tahun adalah sebanyak 18.000 kg. Berdasarkan wawancara perusahaan, rendemen untuk penyulingan gaharu yang mampu dihasilkan yaitu 1:1000 yang berarti untuk menghasilkan satu kilogram minyak gaharu, dibutuhkan 1.000 kg kayu gaharu. Besarnya rendemen ini tergantung pada 54 kemampuan tenaga kerja, kandungan kimia yang terdapat pada gaharu, serta alat dan mesin yang digunakan. Harga bahan baku kayu gaharu yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah ini adalah harga pasar rata-rata yang dibeli oleh perusahaan, yaitu Rp 55.000,00 per kg. Sedangkan harga minyak gaharu yang digunakan berdasarkan harga jual perusahaan, yaitu Rp 130.000.000,00 per kg. Hasil perhitungan nilai tambah produk minyak gaharu dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 . Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi Minyak Gaharu Variabel Nilai Output, Input dan Harga 1. Minyak gaharu kgtahun 18,000 2. Kayu gaharu kgtahun 18.000,000 3. Tenaga kerja HKPtahun 5.616,000 4. Faktor konversi 1:2 0,001 5. Koefisien tenaga kerja 3:2 0,312 6. Harga minyak gaharu Rpkg 130.000.000,000 7. Upah rata-rata tenaga kerja RpHKP 28.205,128 Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga kayu gaharu Rpkg 55.000,000 9. Harga input lain gas alam, penyusutan alat dan mesin, packaging Rpkg 8.657,994 10. Nilai minyak gaharu 4×6 Rpkg 130.000,000 11. a. Nilai tambah 10-8-9 Rpkg 66.342,006 b. Rasio nilai tambah [11a:10×100] 51,032 12. a. Imbalan tenaga kerja 5×7 Rpkg 8.800,000 b. Bagian tenaga kerja [12a:11a×100] 13,265 13. a. Keuntungan 11a-12a Rpkg 57.542,006 b. Tingkat keuntungan [13a:10×100] 44,263 Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin 10-8 Rpkg 75.000,000 a. Pendapatan tenaga kerja 12a:14x100 11,733 b. Sumbangan input lain 9:14x100 11,544 c. Keuntungan perusahaan 13a:14x100 76,723 Sumber: Data diolah 2012 Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 11 terlihat bahwa minyak gaharu yang dihasilkan perusahaan setelah dikonversikan ke satuan berat adalah 18,00 kg minyak gaharu dari bahan baku gaharu sebanyak 18.000,00 kg. Nilai 55 faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan sehingga didapatkan nilai 0,001, artinya setiap satu kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan 0,001 kg minyak gaharu atau setiap penambahan 18.000 kg gaharu akan menghasilkan 18 kg minyak gaharu. Jika dilihat, output yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan input yang digunakan, hal tersebut terjadi karena gaharu merupakan padatan yang apabila disuling akan menghasilkan minyak gaharu yang merupakan komponen kecil dari gaharu tersebut sehingga hasilnya akan jauh lebih sedikit. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penyulingan gaharu adalah 12 orang tenaga kerja pria. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan berkaitan dengan penggunaan mesin yang memerlukan perhatian dari tenaga kerja. Selain itu, untuk memasukkan bahan baku ke dalam mesin penggiling yang merupakan tahap awal dalam penyulingan gaharu ini memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit karena banyaknya bahan baku yang harus digunakan untuk satu kali proses penggilingan. Tenaga kerja tersebut bekerja setiap harinya selama 26 hari dalam satu bulan kerja dan setiap harinya bekerja selama 12 jam kerja. Satu hari orang kerja setara dengan delapan jam kerja. Oleh karena itu, jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan selama satu tahun proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu adalah 5.616,00 hari orang kerja HOK. Jika nilai tersebut dibagi dengan bahan baku yang digunakan akan diperoleh nilai koefisien tenaga kerja langsung. Nilai koefisien tenaga kerja langsung untuk minyak gaharu adalah 0,312. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk mengolah satu kilogram gaharu menjadi minyak gaharu diperlukan tenaga kerja sebesar 0,312 HOK atau setiap penambahan 1000 kg gaharu menjadi satu kg minyak gaharu dibutuhkan tenaga kerja langsung sebanyak 312 HOK. Upah rata-rata dalam proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu pada tahun 2010 adalah Rp 28.205,128 per HOK. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung dengan total HOK yang digunakan pada bulan tersebut. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja merupakan upah minimum rata-rata Kota Bogor. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan yang 56 ditentukan tidak memerlukan kualifikasi pekerjaan yang terlalu tinggi dan tidak diperlukan keterampilan khusus dalam menjalankan proses produksi. Sumbangan input lain dalam menghasilkan minyak gaharu adalah sebesar Rp 8.657,994. Besarnya sumbangan input lain pada pengolahan gaharu ini dapat dilihat pada Tabel 12. Sumbangan input lain meliputi penyusutan mesin-mesin yang digunakan, gas alam untuk bahan bakar, botol aluminium untuk wadah minyak gaharu dan packaging untuk pengemasan akhir minyak gaharu yang telah dimasukkan ke dalam botol. Tabel 12 . Sumbangan Input Lain Per Kilogram Minyak Gaharu No Sumbangan Input Lain Jumlah Rptahun 1 Beban penyusutan 13.478.889,563 2 Packaging 465.000,000 3 Gas alam 141.900.000,000 Total per tahun Rp 155.843.889,563 Total per Input Bahan Baku yang Digunakan Rpkg 8.657,994 Sumber: Data diolah 2012 Nilai produk didapatkan dari perkalian faktor konversi dengan harga produk. Minyak gaharu memiliki nilai produk sebesar Rp 130.000,00. Nilai ini berarti bahwa setiap pengolahan satu kilogram gaharu akan menghasilkan nilai minyak gaharu sebesar Rp 130.000,00. Jumlah nilai produk ini menunjukkan besarnya penerimaan kotor per kilogram bahan baku gaharu yang diolah menjadi minyak gaharu. Jika nilai produk yang sudah dikalikan dengan faktor konversi dikurangi dengan nilai output dan sumbangan input lain, maka diperoleh nilai tambah sebesar Rp 66.342,006. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap satu kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 66.342,006. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan diperoleh rasio nilai tambah sebesar 51,032 persen yang berarti dari Rp 130.000,00 nilai produk, sebesar 51,032 persennya merupakan nilai tambah dari pengolahan produk. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor bagi pengolah karena masih mengandung imbalan terhadap tenaga kerja langsung dan keuntungan perusahaan pengolah imbalan bagi modal dan manajemen. 57 Imbalan bagi tenaga kerja langsung pada proses produksi minyak gaharu adalah sebesar Rp 8.800,00 dengan demikian bagian tenaga kerja terhadap nilai tambah pada pengolahan gaharu adalah sebesar 13,265 persen. Imbalan bagi tenaga kerja langsung adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dari setiap pengolahan satu kilogram gaharu. Imbalan tenaga kerja langsung tidak termasuk ke dalam nilai tambah yang diperoleh perusahaan. Besarnya imbalan tenaga kerja pada pengolahan ini tergantung pada jumlah hari kerja dan upah yang berlaku. Gambar 3 . Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Perusahaan Pengolahan gaharu telah memberikan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram gaharu menjadi minyak gaharu adalah sebesar Rp 57.542,006 per kilogram bahan baku. Nilai tersebut merupakan nilai tambah bersih karena sudah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja langsung. Tingkat keuntungan pengolahan gaharu sebesar 44,263 Nilai minyak gaharu Rp 130.000,00kg 42,308 Nilai tambah Rp 66.342,006kg 6,660 Bahan baku Rp 55.000,000kg Input lain Rp 8.657,994kg Keuntungan Rp 57.542,006kg Imbalan tenaga kerja Rp 8.800,000HOK 86,735 13,265 51,032 58 persen. Definisi keuntungan yang dimaksud pada penelitian ini berbeda dengan definisi keuntungan ekonomi karena biaya pemasaran dan investasi tidak dimasukkan ke dalam perhitungan total biaya. Nilai keuntungan ini menunjukkan besarnya imbalan yang diterima oleh pengusaha karena berani menanggung resiko dalam menjalankan usahanya. Distribusi nilai tambah pengolahan minyak gaharu terhadap imbalan tenaga kerja dan keuntungan perusahaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 4 . Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan Kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku utama ditunjukkan melalui marjin yang diperoleh dengan mengurangkan nilai output dengan harga bahan baku. Pada proses pengolahan input bahan baku gaharu menjadi minyak gaharu, memerlukan input tambahan selain bahan baku, tenaga kerja, tenaga staf atau manajemen. Input modal dan imbalan manajemen tersebut bagi perusahaan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengolahan gaharu dan biaya ini merupakan bagian dari marjin disamping keuntungan. Gambar 4 menunjukkan Nilai minyak gaharu Rp 130.000,00kg 57,692 42,308 Marjin Rp 75.000,00kg Bahan baku Rp 55.000,00kg Input lain Rp 8.657,994kg Keuntungan Rp 57.542,006kg Imbalan tenaga kerja Rp 8.800,00HOK 11,733 11,544 76,723 59 besarnya distribusi marjin terhadap imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan. Marjin yang diperoleh dari hasil analsis nilai tambah pengolahan gaharu sebesar Rp 75.000,00 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin akan didistribusikan kepada faktor-faktor produksi yang terdiri dari 11,733 persen untuk imbalan tenaga kerja, 11,544 persen untuk sumbangan input lain, serta 76,723 persen untuk keuntungan CV Aromindo. Besarnya marjin yang didistribusikan untuk keuntungan perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja menunjukkan bahwa pengolahan gaharu di CV Aromindo merupakan kegiatan padat modal. Kegiatan padat modal dalam hal ini dikaitkan dengan besarnya modal, yaitu pengeluaran untuk investasi sebesar Rp 1.118.691.217,00 yang dikeluarkan perusahaan dan penggunaan teknologi dalam produksi Lampiran 6, Tabel 15. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa CV Aromindo merupakan perusahaan yang suka mengambil resiko. Perhitungan metode Hayami dapat kembali dilihat faktor konversi pada pengolahan gaharu CV Aromindo yang cukup tinggi menyebabkan rasio nilai tambah yang diterima juga cukup tinggi 51,032 persen. Hal ini disebabkan rendemen pengolahan gaharu yang dihasilkan produsen sudah sesuai standar. Rendemen yang sesuai dengan kriteria sangat dipengaruhi kandungan resin gaharu dan sistem pengolahan. Oleh sebab itu, peralatan mesin dan keahlian operator dalam menghasilkan produk harus memiliki kelebihan secara teknis dan pengalaman agar diperoleh rendemen gaharu yang tinggi.

6.2 Pendapatan Total Perusahaan