Penilaian Organisasi Pengembangan Kapasitas

21 telah didapatkan; dan kedua , kebutuhan dan strategi untuk pengembangan organisasi mitra ke depan. Beberapa komponen yang tercakup dalam organisation scan di antaranya adalah sebagai berikut: 5 a. Position : kredibilitas, nilai dan citra b. Thinking and Learning : pengembangan konsep, visimisi, nilai dasar, strategi c. Action Doing : relevansi, keefektifan, keefektifan biaya, kualitas pelayanan, koherensi d. Existance Being : legal status, tata kelola, manajemen dan kepemimpinan, staf, kultur, struktur, sistem dan prosedur termasuk monitoring dan evaluasi dan manajemen keuangan. e. Relation: aliansi strategis dan donor f. Balance: visi-misi-capaian-strategi-program-struktur-sistem-sumber daya manusia, kultur, dan hardware – software visi, misi, personil, kultur Berbagai komponen organisation scan tersebut dapat dicermati selengkapnya dalam bagan berikut. 6 5 Dikutip dari SHEEP Indonesia, 2009, Comprehensive Evaluation Report Capacity Buildong for ICCO Kerkinactie Partners in Java, hlm. 16 6 Dibagankan ulang dari kutip dari SHEEP Indonesia, Penilaian Organisasi Secara Komprehensif. Acuan penilaian itu bisa dilihat dalam lampiran 2 buku ini. 22 Setelah melalui proses organisation scan di atas, sekilas dapat dilihat berbagai tahapan dari proses pelaksanaan program pengembangan kapasitas organisasi mitra tersebut. Selama program berlangsung, tahapan intervensi dapat dikelompokkan berdasarkan capaian tahapan output dan outcome program dalam suatu kerangka kerja program.

3. Alur Kerja Program

Pada tahun pertama Agustus 2005 – Agustus 2006, inisiasi program mulai dilakukan secara tematik. Pada periode ini merupakan tahapan formasi program. Mitra menginisiasi program dengan menggelar workshop untuk mengkaji tema: “Spirit Sosial Keberlanjutan Ornop” dengan menghadirkan dua nara sumber yaitu: Dr. Susetiawan dan Bonar Saragih. Hasil kajian ditindak lanjuti dengan pertemuan yang mensepakati tiga agenda yaitu: 1. Menyusun rumusan strategi bersama untuk peningkatan kapasitas mitra; 2. Menyusun konsep kemitraan strategis menurut versi mitra.; dan 3. Bersama- sama memetakan positioning organisasi mitra. Pada tahun kedua Nopember 2006- Agustus 2007: 1. Menggelar penilaian assessment organisasi mitra; 2. Kajian dan masukan Review Feed Back dari Penilaian Organisasi; 3. Pendetailan program peningkatan kapasitas selama 1 tahun dan revisi organizational scan; 4. Pemetaan kendala- kendala mitra dan perumusan strategi peningkatan kapasitas. Pada tahun ketiga Nopember 2007 - Oktober 2008: 1. Menjaring masukan dari mitra dan perumusan prioritas pengembangan kapasitas untuk lembaga; 2. Perumusan langkah-langkah tindak lanjut lokakarya transformasi sosial dan memonitor pengembangan kapasitas mitra; 3. Review capaian pengembangan kapasitas dan perumusan pokok-pokok pikiran strategi peningkatan kapasitas; 4. Perumusan bentuk operasional strategi keberlanjutan organisasi dan perumusan perluasan cakupan pengembangan kapasitas bagi seluruh pemangku kepentingan organisasi Pada tahun keempat Desember 2008 – April 2010: 1. Perumusan masalah dan kebutuhan untuk pengembangan tata kelola yang berkelanjutan. Dilanjutkan dengan perumusan garis besar isu untuk lokakarya thematis dengan melibatkan para pengambil dan pelaksana kebijakan.; 2. Kesiapsiagaan organisasi mitra menghadapi dampak kebijakan lembaga donor dan perumusan strategi alternatif konsolidasi internal antar organisasi mitra.; 3. Sharing informasi dan up date kebijakan lembaga donor; Monitoring capaian program pengembangan kapasitas organisasi mitra; Penyesuaian rumusan strategi dan rekomendasi pengembangan kapasitas dan pola kerjasama antar mitra; 4. Sharing informasi dan up date kebijakan pemangku kepentingan utama eksternal; Dan perumusan rekomendasi aksi untuk pengembangan kapasitas dan pola kerjasama antar organisasi mitra ke depan. Pada tahun kelima Juli 2010 – Desember 2010: 1. Pemaparan hasil 23 Assessment PME; 2. Perumusan indikator keberhasilan pengembangan kapasitas sistem PME; dan kesepakatan agenda aksi pengembangan kapasitas dalam pengembangan sistem PME secara kolektif.; 3. Pembahasan masalah dan kebutuhan internalisasi sistem PME; dan pengembangan sinergi organisasi mitra dalam merespon dampak bencana Kawasan Merapi; 4.Internalisasi problematika dalam penerapan sistem PME di tingkat organisasi mitra; dan Penyikapan atas realita kapasitas organisasi dalam sistem PME untuk mewujudkan tata kelola yang baik. Pada tahun keenam Mei 2011 - 2011: 1. Identiikasi masalah implementasi tindak lanjut masing-masing lembaga terkait dengan kebijakan lembaga donor; 2. Perumusan strategi bersama terkait kemitraan kedepan dan Model desain evaluasi mitra agar dapat melihat tingkat capaian secara mendalam. Proses evaluasi akhir program. Jika program enam tahun tersebut dibagankan berdasarkan capaian hasil program outputsoutcomes sampai pada capaian dampaknya impact , maka dapat dilihat pada bagan sebagai berikut. 7 7 Dibagankan ulang dari SHEEP Indonesia, 2009, Comprehensive Evaluation Report Capacity Buildong for ICCO Kerkinactie Partners in Java, hlm. 13. Untuk mencermati lebih lanjut mengenai rincian program pengembangan kapasitas selama enam tahun di atas, lihat lampiran 1 buku ini. 24

B. Ornop Ideal: Gugatan Realitas-Aktual

8 Di dalam dunia gerakan sosial, Ornop Organisasi non Pemerintah sebagai organisasi yang merepresentasikan kiprah masyarakat sipil dalam dinamika pembangunan, bila diklasiikasikan—secara simplistis—memiliki dua watak dominan, yaitu watak ekonomi dan watak sosial. Seiring perkembangan jaman dan kompleksitas perubahan masyarakat, kedua watak Ornop itu akhirnya sulit diidentiikasi secara jelas dan terpilah. Bila ditinjau secara sejarah, Ornop pada masa Orde Lama tidaklah populer. Ornop mulai populer semenjak partai-partai politik parpol difusikan. Sejak terjadinya difusi partai politik itu, banyak kalangan merasa tidak ada lagi wadah gerakan. Maka sejak itu muncul gagasan untuk melakukan dekonstruksi sosial. Dekonstruksi itu ditandai dengan dihidupinya ruh pembebasan yang diaktualisasikan dalam kerja-kerja Ornop tersebut. Dalam perkembangannya nanti, kerja-kerja dekonstruksi dari kalangan masyarakat sipil itu hadir sebagai kritik riil di tataran praksis terhadap gagalnya negara dan sektor swasta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam ruhspirit itu, Ornop berupaya membebaskan masyarakat yang terpinggirkan dan bahkan tergilas oleh proses pembangunan. Dalam hal ini, Ornop mengambil peran sebagai kekuatan oposisi untuk memperjuangkan keadilan dengan cara melawan pemerintah yang lalim dan otoriter. Perjuangan itu tentu saja dilakukan secara underground , tetapi dibalik gerakan sosial bawah tanah terkandung unsur politik. Karenanya, Ornop yang didirikan pada masa Orde Baru sebagian besar memiliki watak politik. Hal itu tentu relevan dengan konteks jaman, dimana pada saat itu pemerintah Orde Baru melarang didirikannya organisasi-organisasi politik. Karenanya, banyak Ornop yang muncul pada saat itu cenderung memiliki karakter politik yang relatif kental ketimbang masa-masa sesudahnya. Watak politik dalam Ornop waktu itu lebih didasarkan karena organisasi politik yang ada dibungkam dan ditelikung. Sehingga, Ornop-Ornop yang terlahir pun berwatak liberatif, setidaknya memiliki cita-cita untuk melakukan pembebasan dari ketertindasan. Gerakan sosial semacam itu dilakukan untuk mencapai sebuah kesadaran: perlawanan terhadap segala praktik penindasan oleh penguasa. Dari ulasan singkat di atas, ada beberapa gugatan yang perlu direleksikan oleh Ornop dalam menjalankan karya-karya pelayanannya. Pertama , apakah Ornop beserta para pegiat yang bergabung didalamnya benar-benar memahami organisasinya, semisal bukan hanya soal pilihan jabatan strukturalnya, melainkan juga prinsip-prinsip, nilai-nilai, ataupun spirit yang dihidupinya? Terkait dengan 8 Paparan ini disunting dari notulensi workshop di Sheep Indonesia yang bertemakan “Spirit Sosial Keberlanjutan Ornop”. Dua pembicara utama dalam workshop tersebut adalah Susetiawan, Ornop: Kini Berjalan Tanpa Ruh dan Bonar Saragih, Kemitraan yang Setara untuk Kelangsungan Ornop sebagai Gerakan Sosial.