Arti Penting Buku ini

2 sederhana untuk mengkoding dan mengklasiikasikan berbagai jenis dokumen seturut nomenklatur waktu, lembaga mitra, aktivitas, kegiatan, berikut label tematiknya. Identiikasi, klasiikasi, dan interpretasi atas arsip-arsip program pengembangan kapasitas capacity building menjadi mekanisme dan proses kunci dalam penyuntingan buku ini. Menyunting arsip program yang telah berjalan enam tahun dalam hitungan minggu adalah batasan yang super ekstra dari buku ini. Dapat dikatakan keterbatasan waktu adalah kendala utama yang mengecilkan peluang untuk dapat meramu naskah menjadi buku yang bernas, utuh dan komprehensif. Batasan waktu jugalah yang menciutkan pilihan bebas kami untuk mengelaborasi isi sehingga menjangkau tema Ornop yang lebih luas. Kendati demikian, optimalisasi penyuntingan dan penyajian materi inti pengembangan kapasitas diharapkan dapat meredusir segenap keterbatasan itu. Karenanya, paparan setiap bab yang ada di buku ini akan dijabarkan berdasarkan urutan dan sistematisasi program pengembangan kapasitas itu sendiri. Mengemas dokumentasi mentah dan menyajikannya ke dalam hidangan berbentuk buku yang memiliki kandungan “nutrisi” pengetahuan memanglah bukan tugas ringan. Tidak jarang, dokumen atau arsip lembaga lebih merujuk pada “otentisitas” seluruh hasil rekaman kegiatan yang dilakukan pada saat suatu program dijalankan. Raw material dokumentasi program tidak jarang nampak seperti tumpukan “barang rombengan” yang mesti disortir untuk mendapati kemanfaatan unsur materi penting yang dibutuhkan. Perlu satu atau dua langkah proses untuk menjadikannya sebagai corpus pengetahuan yang sistematis sehingga mudah untuk dicerna. Tahapan dan proses penyuntingan arsip dokumen menjadi buku akan banyak merujuk pada aktivitas re-interpretasi atas dokumen sehingga bukan hanya segelintir orang atau kelompok terlibat saja yang memahami, melainkan para pembaca yang tidak tahu menahu seputar program pun dapat mengerti akan apa yang tengah didiskursuskan. Pada awalnya, ada tiga keraguan besar ketika dokumen program ini hendak dibukukan. Pertama, sejauh manakah program pengembangan kapasitas itu dapat diposisikan sebagai kasus kajian yang berjangkauan dan bercakupan luas seputar Ornop. Kedua , menurut hemat kami program yang sangat khusus semacam itu acap kali kurang memadai untuk membahas kompleksitas persoalan Ornop. Misalnya saja, isu tentang program pengembangan kapasitas tentu akan terasa cupet untuk dapat merangkum atau mengkerangkai seluruh persoalan besar Ornop. Bagaimanpun juga soal pengembangan kapasitas adalah subyek terbatas dalam lingkup permasalahan Ornop. Ketiga , kekawathiran sederhana seputar penyematan judul buku. Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar, terlebih ketika di era gempita penerbitan buku paska reformasi, terlalu sering merasa gemas ketika mendapati judul buku yang tak berkesesuaian antara bobot judul dan isinya. Judul yang elegan dan nampak berkemendalaman tak urung berakhir pada sensasi kecohan yang banal. Rupanya jaman juga tengah tergoda untuk menyuguhkan 3 komodiikasi judul buku sebagai mode of production bisnis penerbitan. Bersandar pada kesadaran itu, maka perlu ditegaskan disini bahwa paparan di halaman-halaman berformat buku ini secara prinsipil belum layak untuk disebut sebagai buku dalam makna yang sejatinya. Boleh jadi akan lebih tepat untuk menyebutnya sebagai embrio buku yang masih perlu diikthiari lebih lanjut agar kelak di kemudian hari terlahir menjadi buku yang layak untuk dijadikan referensi memadaiadekuat. Boleh jadi tepat juga untuk menyebutnya sebagai draf buku, yakni suatu format transisi antara dokumen program dan buku referensi. Maka dengan tanpa ragu, dapat ditegaskan bahwa isu kajian yang diangkat dalam buku ini bukanlah isu yang baru. Boleh jadi unsur-unsur kebaruan akan terlekat dalam sebaran releksi pengalaman dalam menjalankan progam bersama di masing-masing Ornop yang terlibat secara langsung. Beberapa isu kajian yang akan ditonjolkan adalah isu-isu seputar pengembangan kapasitas bagi para pegiat Ornop dalam menata dan mengelola berbagai tantangan manajemen kelembagaan agar tetap berkelanjutan sebagai sebuah organisasi. Di sini, berbagai problem dan tantangan umum yang dihadapi Ornop Mitra KIA ICCO di Jawa Tengah dan Yogyakarta didaulat sebagai samplingnya. Problem- problem apa yang sebenarnya dihadapi oleh para pegiat Ornop itulah yang dirasa penting untuk diwacanakan dalam buku ini. Keprihatinan dan kepedulian pada tiga isu besar Ornop yaitu masalah ideologispirit mind set , kapasitas manusia dalam lembaga man power, pengelolaan kelembagaan management , perubahan konteks ekonomi-politik merupakan latar belakang sekaligus ruang lingkup kemunculan buku ini. Menyoal ideologi itu memang utama dan penting, namun karena yang diintervensi adalah perkara pengembangan kapasitas, maka itu berarti fokus kajiannya tidak tertumpu pada ideologinya secara an sich melainkan pada spesiikasi kebutuhan pengembangan kapasitas para pegiat Ornop dengan mentautkan kapasitas individu dalam lembaga itu dengan rujukan bingkai ideologi lembaga masing- masing, yang tentunya antara satu lembaga dan lembaga lainnya berbeda-beda, karenanya sangat beragam.

B. Sekilas tentang ICCOKIA

1 Dalam proil ringkas, ICCO adalah sebuah organisasi antar gereja yang bergerak di bidang kerjasama pembangunan di empat puluh satu 41 negara di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Eropa Timur. Dalam kerja-kerjanya, ICCO memberikan pelayanan berupa dukungan inansial secara mondial dan pendampingan pada organisasi-organisasi dan jejaring sosial di tingkat lokal yang bergiat untuk akses yang lebih baik pada fasilitas-fasilitas dasar, inisiasi 1 Uraian ini disunting dari http:www.icco.nlenabout-icco 4 pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, ICCO juga memfasilitasi berbagai kegiatan yang mendorong terwujudnya perdamaian dan demokrasi maupun menghimpun orang-orang yang memiliki jiwa kepeloporan baik di Belanda maupun di negara-negara sedang berkembang. Di Belanda misalnya saja, ICCO merancang kampanye bersama tentang berbagai isu yang relevan dengan visinya. Selain bekerja dengan organisasi masyarakat sipil seperti Max Havelaar, Fairfood, dan CNV, ICCO juga menjalin kerjasama dengan berbagai macam perusahaan seperti Eneco dan Ahold. Secara aktif mendorong para kaum muda untuk terlibat dalam kerjasama pembangunan juga menjadi tugas ICCO. Berbagai sekumpulan pribadi individu yang memiliki jiwa kepemimpinan dihimpun dalam Impulsis, sebuah divisi pelopor untuk kerjasama pembangunan, untuk pendampingan dan dukungan inansial. Lebih jauh, ICCO bersama-sama bekerja dengan berbagai organisasi masyarakat sipil, termasuk organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pembangunan, organisasi yang peduli terhadap isu-isu pendidikan, maupun organisasi bisnis. Kesemuanya itu ditempuh untuk memperbaiki kondisi hidup masyarakat, baik di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Eropa Timur. Utamanya ICCO membantu masyarakat di berbagai belahan dunia itu agar mampu berdikari secara ekonomi. Berpijak pada seluruh paparan di atas, maka visi besar yang senantiasa dihidupi oleh ICCO adalah terwujudnya sebuah dunia tanpa kemiskinan dan ketidakadilan. Dan berdasar pada ideologi itu, ICCO mendorong proyek- proyek yang berkontribusi pada salah satu dari tiga program utama mereka. Disesuaikan dengan kondisi politik dan ekonomi lokal di setiap negara yang tentu saja memiliki penekanan kebijakan yang berbeda-beda, ICCO menetapkan tiga program utama itu berikut ini: 2 1. Pelayanan Sosial Dasar Dalam program ini, ICCO berupaya mendorong kelayakan akses terutama untuk layanan pendidikan, kesehatan, air bersih, dan pangan untuk semua. 2. Pembangunan Ekonomi Terkait dengan program pembangunan ekonomi ini, ICCO bekerja untuk memperbaiki pendapatan para wirausahawan berskala kecil berikut kesejahteraan keluarganya di negara-negara sedang berkembang. 3. Penguatan Demokrasi dan Perdamaian Dalam program penguatan demokrasi dan perdamaian, ICCO mendorong munculnya berbagai inisiatif untuk penguatan stabilitas politik yang lebih baik dan emansipasi kelompok masyarakat yang tidak mampu. 2 Paparan disadur dari http:www.icco.nlenwhat-we-do