Metode Asistensi Pengembangan Kapasitas
20
sebagian pemangku kepentingan internal baru memiliki pengetahuan tentang pentingnya sistem PME; level kedua adalah level yang semua pemangku
kepentingan internal memiliki kesadaran untuk menyusun sistem PME dan beberapa aktivitasnya telah terintegrasi dalam sebuah siklus PME namun
belum memilikididukung dengan kebijakan-kebijakan tertulis organisasi; dan level ketiga atau level tertinggi adalah level dimana dalam organisasi
sudah ditandai dengan berjalannya sistem PME dan telah didukung dengan kebijakan dan aturan organisasi secara jelas.
Dalam cakupan yang lebih luas, telah teridentiikasi setidaknya ada empat persoalan mendasar yang sering dihadapi banyak Ornop di Indonesia,
tak terkecuali sejumlah kasus organisasi mitra. Pertama , krisis ideologi. Krisis
ini adalah fenomena yang khas di Indonesia, dimana banyak Ornop lokal yang kerangka konseptualnya jelas tidak mendukung keberadaan mereka. Sebagai
akibatnya, mereka tidak memiliki alasan yang jelas tentang spirit dan ideologi yang harus mereka perjuangkan. Sebagian besar mereka masih menggunakan
gagasan ilantropis. Hal itu tercermin dalam aktivitas yang mereka lakukan masih cenderung berkarakter karitatif ketimbang pemberdayaan. Kedua
, krisis identitas. Sebagai dampak dari persoalan krisis ideologi di atas, banyak
Ornop yang kemudian jatuh dalam persoalan krisis identitas ini. Mereka kesulitan untuk mengambil posisi di timbunan persoalan sosial yang muncul
di sekitarnya. Maka menjadi tidak mengherankan jika strategi kerja di kalangan Ornop pun menjadi pragmatis. Ketiga
, oligarki. Kebanyakan Ornop di Indonesia identik dengan igur personal. Ketergantungan Ornop pada
igur persoanal itu tentu saja sangat mempengaruhi dua persoalan di atas. Pada tingkat praksis, sosok pimpinan akan berpengaruh dominan pada
perspektif Ornop dalam implementasi program-program dan kehidupan organisasi. Maka sangat mudah terjebak juga pada pola kerja yang oligarki
tanpa ada proses distribusi kekuasaan yang demokratis. Sirkulai kekuasaan
dari kalangan pertemanan yang eksklusif dalam relasi igure personal. Keempat
, tidak memiliki basis yang kuat. Ada begitu banyak Ornop yang tidak memiliki basis komunitas. Mereka bekerja hanya berbasis proyek
dan bukannya didasarkan pada basis masyarakat. Padahal secara umum, mereka memiliki orientasi pelembagaan organisasi rakyat tetapi sering tidak
mempunyai basis yang jelas.
Terkait dengan berbagai perangkap persoalan Ornop di atas, dalam kerangka kepentingan menyiapkan program pengembangan kapasitas
organisasi mitra, dilakukan assesment awal yang komprehensif dengan menggunakan sejumlah variabel, sub variabel, indikator, parameter,
instrumen berupa skala data yang terjabar dalam perangkat kuisener. Secara khusus, kuesiener yang digunakan oleh tim pendamping berfokus pada aspek
pengembangan kapasitas organisasi mitra dalam bentuk organisation scan yang mencakup dua dimensi pokok. Pertama
, berubahnya capaian program yang
21
telah didapatkan; dan kedua , kebutuhan dan strategi untuk pengembangan
organisasi mitra ke depan. Beberapa komponen yang tercakup dalam organisation scan di antaranya adalah sebagai berikut:
5
a. Position : kredibilitas, nilai dan citra
b. Thinking and Learning : pengembangan konsep, visimisi, nilai dasar,
strategi c. Action Doing
: relevansi, keefektifan, keefektifan biaya, kualitas pelayanan, koherensi
d. Existance Being : legal status, tata kelola, manajemen dan kepemimpinan,
staf, kultur, struktur, sistem dan prosedur termasuk monitoring dan evaluasi dan manajemen keuangan.
e. Relation: aliansi strategis dan donor f. Balance: visi-misi-capaian-strategi-program-struktur-sistem-sumber daya
manusia, kultur, dan hardware – software visi, misi, personil, kultur Berbagai komponen organisation scan tersebut dapat dicermati
selengkapnya dalam bagan berikut.
6
5
Dikutip dari SHEEP Indonesia, 2009, Comprehensive Evaluation Report Capacity Buildong for ICCO Kerkinactie Partners in Java, hlm. 16
6
Dibagankan ulang dari kutip dari SHEEP Indonesia, Penilaian Organisasi Secara Komprehensif. Acuan penilaian itu bisa dilihat dalam lampiran 2 buku ini.