Biogas content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2011

Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral c.q. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi sedang menggodog rancangan revisi indeks harga BBN ke Kementerian Keuangan. Dimana pada rancangan tersebut dijelaskan, alasan dilakukan revisi harga karena Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak BBM, yang diikuti oleh Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyedian dan Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar Lain, didalam perkembangannya sejak tahun 2006, realisasi pemanfaatan BBN di Indonesia masih jauh dari target yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Permen No 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain.

e. Rasio Elektrifikasi

Rasio elektrifikasi tahun 2011 yang ditargetkan sebesar 70,4, dapat tercapai sepenuhnya. Rasio elektrifikasi tahun 2011 tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,20 dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 sebesar 67,2.

f. Penurunan Intensitas Energi

Intensitas energi adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan gross domestic product GDP atau produk domestik bruto. Semakin efisien suatu negara, maka intensitasnya akan semakin kecil. Intensitas energi Indonesia pada tahun 2011 ini mencapai 3,41 BOE barrel-oil-equivalent per kapita dihitung berdasarkan pertumbuhan rata-rata 2 per tahun. Perkembangan Intensitas konsumsi energi per kapita dapat dilihat pada Gambar di samping ini. Salah satu indeks yang biasa digunakan untuk mengukur kebutuhan energi terhadap Grafik 5.4. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun 2000-2010 Tabel 5.10. Bahan Bakar Nabati Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 perkembangan ekonomi sebuah negara adalah Elastisitas Energi, yaitu pertumbuhan kebutuhan energi yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi GDP tertentu. Angka elastisitas energi di bawah 1,0 dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara produktif. Elastisitas energi di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 1,6. Di negara-negara maju elastisitas ekonomi berkisar antara 0,1 hingga 0,6. Angka elastisitas di Indonesia masih 1 yang mengindikasikan pemanfaatan energi belum efisien, hal ini ditandai dengan intensitas energi yang tinggi.

7. Prosentase peningkatan pemberdayaan kapasitas nasional

a. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Nasional TKN Sektor ESDM terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM. Realisasi perbandingan penggunaan tenaga asing dan penggunaan tenaga kerja nasional di Sektor ESDM pada tahun 2009 sampai dengan 2011 ini adalah sebagai berikut : Tabel 5.8 Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing Sub Sector 2009 2010 2011 TKN TKA TKN TKA TKN TKA Migas 275.908 3.088 291.455 4.270 276.532 3.211 Pertambangan Umum 130.509 994 143.067 1.017 181.267 1.308 Jumlah 406.417 4082 434.522 5.287 457.799 4.519 Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM 410.499 439.809 462.318 Pada tahun 2011 ini penggunaan TKN mencapai 99 dari total tenaga kerja sektor ESDM, seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas. Perlu dijelaskan bahwa penetapan target sebesar 95,95 berdasarkan capaian realisasi tahun 2010.

b. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor ESDM

Secara keseluruhan realisasi persentase peningkatan pemberdayaan nasional adalah 109. Perlu diketahui, bahwa pemberdayaan kapasitas nasional sektor ESDM diukur dari 2 indikator kinerja yaitu: penggunaan tenaga kerja lokal dan penggunaan kandungan lokal produk dalam negeri. Selanjutnya realisasi penggunaan tenaga kerja lokal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM adalah sebesar 55,5 dibandingkan target 48 atau melampaui target yang ditetapkan sebesar 115,6. Begitu pula dengan penggunaan produk dalam negeri local content yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM di tahun 2011 ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 103, atau dari target sebesar 48 terealisasi sebesar 55,5. Tabel pengukuran kinerja dari 2 indikator pendukung ini adalah: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Nasional Sektor ESDM terhadap Tenaga Kerja Sektor ESDM 95.95 99 103 2. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor ESDM 48 55.5 115.6

8. Prosentase Kemampuan pasokan energi BBM dalam negeri

Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dalam negeri secara langsung menuntut adanya ketersediaan fasilitas pengolahan migas yang cukup memadai, baik dari segi kapasitas maupun maupun produksi. Meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia terkait pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor tidak disertai dengan penambahan kapasitas produksi kilang, sehingga kekurangan jumlah pasokan BBM di Indonesia dipenuhi dari impor. Sampai dengan akhir tahun 2011, produki BBM mencapai 37,48 juta kiloliter terdiri dari produksi kilang Pertamina, kilang Pusdiklat Migas, kilang TPPI dan kilang TWU. Pada tahun 2011 realisasi pemenuhan BBM dalam negeri hanya mencapai 59,4 dari target yang ditetapkan sebesar 70 atau capaian kinerja adalah 84. Realisasi pemenuhan pasokan energi dalam negeri ini juga mengalami penurunan sebesar 13,4 dari realisasi ditahun 2010 yang sebesar 68,22. Penghitungan realisasi pencapaian target adalah sebagai berikut: Produksi BBM dalam negeri tahun 2011 mencapai 37,48 Juta KL, sedangkan konsumsi BBM sebesar 63,18 Juta KL, kelebihan konsumsi dipenuhi dari impor sebesar 25,7 Juta KL. Sebagian besar pasokan BBM untuk Indonesia, dipasok dari kilang milik Pertamina, dengan status pada tahun 2011 terdapat lima kilang Pertamina yang aktif berproduksi. Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2011 adalah sebesar 1.157,1 MBCD yang terdiri atas: 1. Kilang PT Pertamina Persero dengan total kapasitas 1047,3 MBCD - RU-II Dumai Sungai Pakning : 177 MBCD - RU-III Plaju S. Gerong : 127,3 MBCD - RU-IV Cilacap : 348 MBCD - RU-V Balikpapan : 260 MBCD Tabel 5.9 Indikator Kinerja Pemberdayaan Kapasitas Nasional Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 - RU-VI Balongan : 125 MBCD - RU-VII Kasim : 10 MBCD 2. Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD 3. Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama TPPI dengan kapasitas 100 MBCD, mengolah bahan baku berupa kondensat. 4. Kilang PT Tri Wahana Universal TWU dengan kapasitas 6 MBCD Selain berbahan baku minyak bumikondensat, BBM juga dapat dihasilkan dari bahan baku lainnya, seperti di kilang PT Patra SK di Dumai yang berbahan baku uncorverted oil kapasitas 25 MBCD serta PT Primergy Solution Gresik yang menghasilkan BBM dari pelumas bekas kapasitas pelumas bekas 600 ton per bulan. Tabel 5.10 PRODUKSI I MPOR TOTAL KONSUMSI DALAM NEGERI EKSPOR TOTAL 2 0 0 0 4 2 , 65 4 , 62 5 1 6 , 72 5 , 17 5 5 9 , 3 7 9 , 80 0 5 5 , 05 9 , 33 5 5 5 , 05 9 , 33 5 2 0 0 1 4 3 , 68 0 , 10 9 1 3 , 76 0 , 00 6 5 7 , 4 4 0 , 11 6 5 6 , 85 5 , 74 0 5 6 , 85 5 , 74 0 2 0 0 2 4 3 , 02 9 , 25 8 1 6 , 97 0 , 45 5 5 9 , 9 9 9 , 71 4 5 7 , 66 7 , 38 8 5 7 , 66 7 , 38 8 2 0 0 3 4 2 , 52 0 , 91 0 1 6 , 89 6 , 73 5 5 9 , 4 1 7 , 64 5 5 8 , 36 1 , 34 3 5 8 , 36 1 , 34 3 2 0 0 4 4 3 , 23 3 , 06 4 1 9 , 15 0 , 68 4 6 2 , 3 8 3 , 74 8 6 2 , 20 9 , 23 5 6 2 , 20 9 , 23 5 2 0 0 5 4 0 , 99 1 , 61 8 2 5 , 84 8 , 23 3 6 6 , 8 3 9 , 85 1 6 2 , 53 4 , 26 0 2 6 , 48 3 . 7 6 2 , 56 0 , 74 4 2 0 0 6 3 8 , 68 9 , 74 1 2 0 , 35 6 , 24 1 5 9 , 0 4 5 , 98 2 5 8 , 57 4 , 78 8 1 5 3 , 70 2 . 7 5 8 , 72 8 , 49 1 2 0 0 7 3 7 , 55 2 , 09 8 2 2 , 90 6 , 03 0 6 0 , 4 5 8 , 12 7 6 0 , 7 1 7 , 02 0 2 5 4 , 41 6 . 0 6 0 , 97 1 , 43 6 2 0 0 8 3 8 , 52 9 , 14 2 2 3 , 84 6 , 53 5 6 2 , 3 7 5 , 67 7 6 0 , 22 3 , 60 9 2 8 4 , 25 2 . 4 6 0 , 50 7 , 86 1 2 0 0 9 3 7 , 94 0 , 03 3 2 1 , 98 5 , 20 9 5 9 , 9 2 5 , 24 1 5 8 , 27 7 , 00 8 2 5 8 , 63 8 . 5 5 8 , 53 5 , 64 6 2 0 1 0 3 7 , 48 3 , 96 0 2 6 , 01 7 , 42 0 6 3 , 5 0 1 , 38 0 6 2 , 18 7 , 08 0 5 0 4 , 48 0 . 0 6 2 , 69 1 , 56 0 2 0 1 1 3 7 , 48 3 , 96 0 3 1 , 29 0 , 86 5 6 8 , 7 7 4 , 82 5 6 3 , 18 8 , 43 9 2 8 8 , 83 8 . 00 6 3 , 47 7 , 27 7 Data U n a u d ited SUPPLY DEM AND BBM INDO NESIA TA HUN SUPPLY KL DEMAND KL

9. Persentase peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah

Peran sektor ESDM juga penting sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM terhadap pembangunan daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil DBH, kegiatan pengembangan masyarakat atau community development comdev atau corporate social responsibility CSR. Selain itu terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi DME, dan Pemboran air tanah yang merupakan program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih efektif. a. Jumlah Dana Bagi Hasil Dana bagi hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor ESDM bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi. DBH sektor ESDM pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 40,9 triliun yang terdiri dari minyak bumi Rp. 16,4 triliun, gas bumi Rp. 11,7 triliun, pertambangan umum Rp. 12,3 triliun dan panas bumi Rp. 0,5 triliun. b. Jumlah CSR dan Community Development Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development comdev adalah bagian dari tanggung jawab korporat Corporate Social Responsibility yang merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat lokal dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi peningkatan pendapatan, perbaikan jalan, sarana pertanian, pembangunanperbaikan sarana ibadah, Pendidikan dan Kebudayaan kelompok usaha, pelatihan, perencanaan, Kesehatan kesehatan terpadu, air bersih, Lingkungan penanaman bakau, reklamasi dan lainnya kegiatan sosial, penyuluhan, pembangunan sarana olah raga. Rencana dana comdev sektor ESDM pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,56 triliun, sedangkan terealisasi sebesar Rp. 1,66 triliun atau 106 terhadap target 2011. c. Jumlah Desa Mandiiri Energi berbasis BBN Jumlah Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN sesuai dengan yang ditargetkan, yaitu dari target sebesar 50 DME, terealisasi sebesar 51 DME atau capaian kinerja sebesar 100 . Realisasi melebihi target, dikarenakan terdapat pengalihan jenis fisik dari PLT Mikrohidro menjadi PLT Pikohidro 2 unit. Pembangunan DME tahun 2011 dilaksanakan di 17 Propinsi yang mencakup: DME berbasis Singkong di 6 lokasi 5 propinsi, DME berbasis Nipah di 3 lokasi 2 propinsi, DME berbasis Biomassa di 3 lokasi 1 propinsi, DME berbasis Biogas di 8 propinsi, DME berbasis PLTMH di 8 propinsi, DME berbasis PLT Pikohidro di 2 propinsi, DME yang menggunakan peralatan kegiatan produktif sebanyak 9 propinsi. Perkembangan DME yang berhasil diwujudkan Kementerian ESDM sejak tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011