Ringkasan Kinerja Sektor ESDM Tahun 2006-2010

indeks pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina. Upaya yang dilakukan Pemerintah, untuk mengurangi subsisi BBM adalah sebagai berikut:  Pengalihan Subsidi Harga ke Subsidi Langsung melalui revitalisasi Program Perlindungan Dan Kesejahteraan Masyarakat  Pengurangan Volume Q BBM tertentu, dengan cara: menghemat pemakaian BBM; mengembangkan energi pengganti alternatif BBM BBG dan Bahan Bakar Lain, dan subsidi BBM hanya untuk target konsumen dilaksanakan dengan Penerapan Sistem Distribusi Tertutup  Pemilihan Harga Patokan BBM yang tepat dengan cara: menekan biaya distribusi BBM, dan menghitung harga keekonomian penyediaan BBM e Volume Liquified Petroleum Gas LPG Bersubsidi Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulangrefill LPG 3 kg sebesar 3,52 juta Metrik Ton. Realisasi distribusi isi ulangrefill sebesar 2.948 ribu MT status November 2011 atau sesuai target. Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini, telah berhasil mendistribusikan paket untuk 53.287.342 rumah tangga, dan refill sebesar 7.413 ribu MT. Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011 mencapai Rp. 37,54 triliun. Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 Akumulasi 2012 APBN APBN-P Perk. Realisasi APBN

1. Distribusi Paket Perdana Ribu Paket

3.976 15.078 24.355 4.715 - - 53.287 -

2. Isi UlangRefill Ribu MTon

21 547 1.767 2.714 3.522 3.283 7.997 3.606

3. Nett Penghematan Rp. Triliun

37,55 f Subsidi Listrik Realisasi subsidi listrik tahun 2010 lebih tinggi dari rencana yang ditargetkan, yaitu dari Rp 55,11 Triliun menjadi Rp 62,81 Triliun atau mengalami peningkatan sebesar 14. Hal ini antara lain disebabkan oleh:  Kenaikan penjualan tenaga listrik dari target 143,26 TWh menjadi 146,19 TWh;  Kenaikan penggunaan BBM dari target 6.420.058 KL menjadi 9.392.894 KL, yang Tabel 1.4. Penghematan Setelah Program Konversi Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 disebabkan antara lain: keterlambatan penyelesaian PLTU Batubara, program mengatasi pemadaman dalam tahun 2010, dan tidak tercapainya volume pasokan gas alam sesuai target.  Adanya kekurangan pembayaran subsidi listrik pada tahun 2009 yang harus dibayar di tahun 2010. 2.Capaian Kinerja Strategis Selain capaian kinerja berdasarkan asumsi makro, Kinerja sektor ESDM secara umum juga dapat dinilai dari capaian strategis kinerja sektor ESDM yang mencakup penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan energi dan mineral, dan pembangunan daerah Dana Bagi Hasil dan Community Development. Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya. Secara rinci capaian strategis kinerja sektor ESDM selama tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat diuraikan sebagai berikut: a Penerimaan Sektor ESDM Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Penerimaan negara sektor ESDM berasal dari 3 sumber yaitu dari sub sektor migas, pertambangan umum, dan penerimaan negara bukan pajak dari sub sektor lainnya yaitu dari hasil kegiatan pelayanan jasa penelitian dan pengembangan dan hasil kegiatan pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan ESDM Grafik 1.10. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 sektor ESDM memperlihatkan pertumbuhan yang positif dalam hal realisasi penerimaan Negara dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 25. Namun pada tahun 2009 penerimaan negara mengalami penurunan yang cukup tajam jika dibandingkan dengan penerimaan Negara ditahun 2008 hingga mencapai 47. Penurunan tersebut terjadi karena menurunnya produksi lifting minyak bumi pada tahun 2009 dan harga rata-rata minyak dunia yang mengalami penurunan sampai dengan harga US 37barel dan pada akhir tahun 2009 meningkat menjadi US 65barel, harga tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga pada tahun 2008 yang mencapai US 130- 140barel. Selanjutnya pada tahun 2010, penerimaan negara sektor ESDM meningkat kembali sebesar 21 dari penerimaan negara di tahun sebelumnya. b Investasi Sektor ESDM Dalam rangka menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan berkesinambungan dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi. Nilai investasi sektor ESDM berasal dari sub sektor Migas, Pertambangan Umum dan Ketenagalistrikan. Selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010, trend kinerja peningkatan jumlah investasi sektor ESDM menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan 11, kecuali di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan jumlah investasi sebesar 0,4, penurunan ini disebabkan karena adanya penundaan rencana kegiatan investasi di berbagai perusahaan yang antara lain disebabkan oleh Grafik 1.12. Nilai Investasi Sektor ESDM Grafik 1.11. Penerimaan Sektor ESDM Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 akibat tumpang-tindih dan kendala izin AMDAL yang diterbitkan daerah. Grafik realisasi nilai investasi selama 6 tahun terakhir seperti yang terlihat pada grafik disamping. c Subsidi Energi Salah satu outcome akhir yang ingin dicapai oleh KESDM adalah berkurangnya subsidi BBM guna mengurangi beban APBN. Grafik di bawah ini menunjukkan perkembangan subsidi BBM dalam 5 tahun terakhir. Secara ringkas grafik di bawah ini menunjukkan kecenderungan penurunan subsidi BBM. Namun demikian khusus dalam tahun 2008 terdapat lonjakan subsidi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia sebagai akibat dari invasi Amerika ke Irak. Kemudian di tahun 2009 terlihat kondisi kecenderungan penurunan subsidi yang tidak hanya terjadi pada BBM tetapi juga pada subsidi listrik, hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM, BBN dan LPG yang jauh dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Selanjutnya jumlah subsidi di tahun 2010 ini kembali meningkat jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun 2009 hampir 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. d Pasokan Energi Dan Mineral Salah satu peran dominan sektor ESDM dalam pembangunan nasional adalah menjamin pasokan energi dan mineral dalam negeri, baik untuk bahan bakar maupun bahan baku. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya Indonesia memiliki sumber energi yang beranekaragam dan jumlahnya memadai. Hingga saat ini, minyak bumi masih merupakan tulang punggung energi Indonesia, meskipun cadangannya terbatas dan terdapat beraneka ragam sumber energi non-BBM yang penggunaannya semakin digalakan oleh Pemerintah. Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka dibutuhkan adanya peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan. Masing-masing capaianrealisasi produksi ESDM yang terdiri dari Minyak Bumi, Gas Bumi, Batubara dan Mineral seta Panas Bumi dalam 5 tahun terakhir diuraikan sebagai berikut: Grafik 1.13. Perkembangan Subsidi Energi Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011  Minyak Bumi Selama lima tahun terakhir 2006 -2010 produksi minyak bumi cenderung terus menurun dengan rata-rata penurunan sebesar 2 per tahun. Penurunan produksi minyak utamanya disebabkan karena usia industri minyak bumi yang sudah lebih dari 100 tahun dan sifat minyak bumi yang habis pakai menyebabkan penurunan produksi secara alamiah. Hal tersebut perlu diimbangi dengan penemuan cadangan melalui intensifikasi eksplorasi migas. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut berhasil menekan penurunan liftingproduksi minyak bumi pada tingkat 3 yang seharusnya secara alamiah sekitar 12 untuk tahun 2009 – 2010. Penurunan trend produksi minyak bumi sesungguhnya juga terjadi secara global. Produksi minyak bumi dunia sudah mulai tergantikan dengan energi fosil lainnya seperti batubara, gas bumi dan unconventional gas seperti CBM, shale gas, gas hydrates serta renewable energy. Cadangan minyak bumi pada tahun 2010 sebesar 7.764,48 MMSTB, yang terdiri dari cadangan terbukti proven sebesar 4.230,17 MMSTB dan cadangan potensial sebesar 3.534,31 MMSTB. Dengan tingkat produksi seperti saat ini, maka berdasarkan perbandingan antara total cadangan minyak bumi dengan tingkat produksi minyak saat ini diperkirakan cadangan minyak bumi masih dapat bertahan sekitar 23 tahun dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru. 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total 1.413 1.340 1.249 1.14 1.09 1.06 1.005 954,4 976,8 948,8 944,9 Minyak 1.272 1.208 1.117 1.01 965, 934, 883,0 836,0 853,8 826,5 823,7 Kondensat 141,4 131,9 131,8 133, 128, 127,3 122,6 118,4 123,0 122,3 121,2 R ib u B a re l P e rh a ri Grafik 1.14. Produksi Minyak Bumi Grafik 1.8. Peta Cadangan Minyak Bumi Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011  Gas Bumi Sebelum tahun 2000-an, kondisi pemanfaatan gas bumi tidak seperti saat ini, dimana kebutuhan domestik sangat tinggi. Pada saat itu, pemanfaatan gas bumi dari cadangan besar biasanya untuk ekspor, sedangkan gas bumi dari cadangan yang kecil untuk domestik. Selain itu, permintaan gas bumi domestik pada era tersebut juga masih sangat rendah, sehingga kontrak-kontrak pengembangan gas bumi lebih dominan untuk ekspor. Kontrak-kontrak gas bumi yang ditandatangani pada waktu itu merupakan kontrak jangka panjang. Maka, ketika saat ini dimana permintaan domestik relatif tinggi, kontrak-kontrak tersebut tidak dapat serta merta diubah untuk domestik, karena dapat berakibat pada pelanggaran kontrak default. Saat ini kebijakan alokasi gas lebih mengutamakan untuk pasokan domestik, cadangan besar dapat digunakan baik untuk domestik maupun ekspor dan cadangan kecil untuk domestik. Dari tahun ke tahun, ekspor gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus diintensifkan. Trend pemanfaatan gas bumi saat ini mulai meningkat untuk domestik dibandingkan ekspor sebagaimana grafik terlampir, hal tersebut menunjukkan keberpihakan untuk pemenuhan domestik. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi PJBG dari tahun 2003- 2010, porsi untuk domestik cukup besar yaitu sebesar 73,7. Adapun perkembangan produksi gas bumi selama 5 tahun terakhir berfluktuasi, pada tahun 2007 produksi gas bumi mengalami penurunan sebesar 5 dari tahun 2006, namun di tahun berikutnya cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7. Meskipun demikian, kemampuan produksi gas bumi ini belum dapat memenuhi kebutuhan gas bumi yang terus meningkat. Upaya pengembangan lapangan gas baru cenderung menemukan cadangan yang mengecil pada mayoritas temuan lapangan gas. Sementara, upaya pengembangan infrastruktur gas bumi masih sangat terbatas. Total Cadangan gas bumi pada tahun 2010 adalah sebesar 157.14 TSCF. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 M M S C FD Produksi 7,927 7,690 8,318 8,644 8,278 8,179 8,093 7,686 7,883 8,386 9,336 Pemanfaatan 7,471 7,188 7,890 8,237 7,909 7,885 7,785 7,418 7,573 7,912 8,389 Dibakar 456 502 428 407 369 294 308 268 310 474 507 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.15. Produksi Gas Bumi Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Tabel 1.5. Supply dan Demand Produksi Batubara Cadangan tersebut mengalami penurunan sebesar -2.50 TSCF 1.56 dibandingkan cadangan gas bumi tahun 2009 sebesar 159.64 TSCF. Penurunan sebesar 2.50 TSCF tersebut terutama berasal dari penurunan cadangan pada beberapa KKKS seperti Pertamina Region Sumatera, Total Indonesie, BP Wiriagar Ltd., ConocoPhillips Grissik, Conoco Phillips, BP West Java, Star Energy Kakap, CNOOC dan S. Persada Oil. Dengan cadangan gas bumi sebesar 157.14 TSCF dan tingkat produksi sebesar 2,9 TSCF, maka diharapkan dapat memasok energi hingga 50 tahun ke depan.  Batubara Produksi batubara setiap tahunnya memperlihatkan pertumbuhan yaitu dengan rata-rata sebesar 9. Pertumbuhan ini menunjukkan trend yang positif dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, karena secara tidak langsung juga meningkatkan penerimaan Negara. Secara lengkap peningkatan supply dan demand produksi batubara sejak 2006-2010 setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Supply Demand Realisasi Juta Ton 2006 2007 2008 2009 2010 Demand 48 54 69 56 84 SupplyProduksi 193 217 236 254 270 Ekspor 145 163 160 198 186 Pemanfaatan batubara untuk domestik sebagai energi alternatif pengganti BBM diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar pembangkit Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW. Hasil pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik selain digunakan untuk kebutuhan listrik, juga digunakan untuk pabrik semen, usaha tekstil, kertas, dan briket. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Gambar 1.10. Peta Sumber Daya dan Cadangan Batubara  Mineral Indonesia telah lama dikenal dunia sebagai negara penghasil timah, nikel, bauksit, tembaga, emas dan perak. Produksi Mineral di Indonesia dikelola oleh beberapa perusahaan besar, seperti: PT. Freeport Indonesia yang menghasilkan tembaga, emas dan perak; PT Antam, Tbk yang menghasilkan bijih nikel, emas dan perak; PT Timah, Tbk menghasilkan timah; dan PT. Inco, Tbk menghasilkan nikel mate. Perkembangan produksi mineral sejak tahun 2005 sampai dengan 2010 dan peta sebaran sumber daya dan cadangan mineral, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.6. Perkembangan Produksi Mineral 2005-2010 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011  Listrik Perkembangan total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4 per tahun. Sampai dengan akhir tahun 2010, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional adalah sebesar 33.823 MW yang terdiri atas pembangkit milik PT PLN Persero sebesar 26.212 MW, IPP sebesar 6.231 MW dan PPU sebesar 1.380 MW. Perkembangan kapasitas terpasang pembangkit listrik No . PULAU 2006 2007 2008 2009 2010 1 Sumatera 4,275 4,615 4,951 5,300 5,909 2 Jawa-Bali 22,387 23,046 23,137 23,253 23,906 3 Kalimantan 1,000 1,121 1,178 1,277 1,602 4 Sulawesi 1,053 1,082 1,198 1,166 1,580 5 Nusa Tenggara 273 267 265 252 282 6 Maluku 197 180 182 182 233 7 Papua 170 166 168 171 311 NASIONAL 29,354 30,477 31,077 31,602 33,823 Gambar 1.11. Peta Sebaran Sumber Daya dan Cadangan Mineral Indonesia Tabel 1.7. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik Nasional Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 per pulau dapat dilihat pada tabel di samping. Secara lengkap perkembangan pembangunan di bidang ketenagalistrikan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Uraian Satua n 2006 2007 2008 2009 2010 Rasio Elektrifikasi 63 64.34 65.1 65.79 67.15 Jumlah Desa Berlistrik Desa 54.136 65.816 66.039 70.511 70.822 Jumlah KK Berlistrik Ribu 33.118 35.630 36.230 37.950 39.696 Total Kapasitas Terpasang MW 29,354 30,477 31,077 31,602 33,823 PLN MW 24.675 24.925 25.451 25.751 26.212 IPP MW 3.222 3.984 1.159 4.269 6.231 PPU MW 526 796 916 920 1.380 Produksi Listrik GWh 104.469 111.241 118.047 120.457 168.665,2 1 PLN GWh 28.640 31.199 31.389.66 35.015 124.897,45 IPP GWh 133.108 142.441 149.437 155.472 43.767,76  Energi Baru Terbarukan Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sedangkan kemampuan ketersediaan sumberdaya energi konvensional dari waktu ke waktu mengalami penurunan akibat ekploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam rangka mengurangi ketergantungan pada energi konvensional, perlu adanya kegiatan diversifikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan energi baru terbarukan EBT, seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan Tabel 1.8. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 bakar fosil. Melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, EBT diharapkan dapat berperan minimal 17 dalam pemanfaatan energi nasional pada tahun 2025. Dalam pelaksanaan diversifikasi energi, pangsa energi terbarukan yang bersumber dari air, panas bumi, surya, bayu, dan sampah juga menunjukkan peran yang semakin berarti. Dalam tahun 2010 pangsa energi baru terbarukan air telah mencapai 12 dari keseluruhan pangsa energi nasional. Secara lengkap, capaian penggunaan EBT dapat diuakan sebagai berikut: Perkembang-an bauran energi primer pembangkit tenaga listrik secara nasional dari tahun ke tahun menunjukkan terjadinya penurunan penggunaan BBM dari 40 pada tahun 2006 menjadi 22 pada tahun 2010, selain itu upaya untuk memperbaiki bauran energi primer terlihat dengan naiknya penggunaan batubara dari 27 pada tahun 2007 menjadi 38 pada tahun 2010 dan naiknya penggunaan gas dari 9 pada tahun 2006 menjadi 25 pada tahun 2010. e Pembangunan Daerah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan melindungi kemiskinan sesuai dengan Peraturan Presiden Perpres No. 13 tahun 2009, maka sebagian pembangunan sektor ESDM tetap diarahkan untuk melanjutkan pembangunan daerah. Peran sektor ESDM juga penting sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM terhadap pembangunan daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil DBH, kegiatan pengembangan masyarakat atau community development comdev atau corporate social responsibility CSR. Selain itu terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi DME, dan Pemboran air tanah yang merupakan program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih efektif. Energi Primer Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Batubara 27 43 35 39 38 Gas 9 19 17 25 25 BBM 40 27 36 25 22 Panas Bumi 5 3 3 3 3 Air 19 8 9 8 12 Bio Diesel Tabel 1.9. Bauran Energi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011  Dana Bagi Hasil Pada tahun 2010, Dana Bagi Hasil DBH sector ESDM yang diserahkan adalah sebesar Rp 35,8 Triliun atau 92,2 dari target sebesar Rp 38,9 Triliun. Meskipun tidak mencapai target, namun jika dibandingkan dengan DBH sector ESDM tahun 2009, realisasi DBH tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 13,9, yaitu dari Rp 31,5 Triliun 2009 menjadi Rp 35,8 Triliun 2010. Dana Bagi Hasil Sector ESDM ini terdiri dari DBH minyak bumi Rp. 14.6 Triliun, gas bumi Rp.10,5 Triliun dan pertambangan umum Rp.10.53 Triliun serta dari pertambangan panas bumi sebesar Rp.0,20 Triliun. Perbandingan DBH tahun 2009 dan tahun 2010 serta rencana 2011, dapat dilihat pada grafik di samping. Besarnya DBH sektor ESDM selaras dengan penerimaan sektor ESDM. Kenaikan DBH dari tahun 2005 sampai dengan 2009 menunjukan kenaikan sampai 53 yang merupakan peningkatan peran sektor ESDM dalam mendukung pembangunan daerah.  Corporate Social Responsibility CSR Sektor ESDM Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development comdev adalah bagian dari tanggung jawab korporat Corporate Social Responsibility yang merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat lokal dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi peningkatan pendapatan, perbaikan jalan, sarana pertanian, pembangunanperbaikan sarana ibadah, Pendidikan dan Kebudayaan kelompok usaha, pelatihan, perencanaan, Kesehatan kesehatan terpadu, air bersih, Lingkungan penanaman bakau, reklamasi dan lainnya kegiatan sosial, penyuluhan, pembangunan sarana olah raga. Grafik 1.16. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Comdev dan CSR sektor ESDM pada tahun 2010 menggunakan dana sebesar Rp1.5 triliun yang merupakan peningkatan 12 dari dana yang dipergun akan tahun 2009 sebesar Rp. 1,3 triliun. Dana Comdev dan CSR ini selalu meningkat dari tahun ke tahun yang menunjukkan perhatian yang berkelanjutan terhadap pengembangan kehidupan masyarakat.  Desa Mandiri Energi DME Desa Mandiri Energi DME merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan merupakan terobosan dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati BBN dan non-BBN. DME berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Pemenuhan kebutuhan sumber energi mandiri bagi desa-desa di Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan manfaat langsung berupa kemandirian energi dan peningkatan ekonomi perdesaan melalui pemberdayaan potensi daerah. Total DME yang telah dibangun sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 sebanyak 141 DME, sehingga total seluruh desa dengan sumber energi mandiri telah terwujud sebanyak 633 desa, dimana sebanyak 396 desa adalah DME berbasis Non-BBN dan 237 desa berbasis BBN. No. Perusahaan 2009 Rp Miliar 2010 Rp Miliar Target Realisasi Capaian 1. Perusahaan Migas 215.5 215.5 425.0 197.2 2. Perusahaan Listrik 94.0 90.3 90.3 100 3. Perusahaan Pertambangan Umum 1,002.4 1,308.2 952.2 72.8 TOTAL 1,311.9 1,614 1,467.5 90.9 Tabel 1.10. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Gambar 1.12. Peta Sebaran Desa Mandiri Energi  Pemboran Air Tanah Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah juga merupakan program strategis sektor ESDM yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Penyediaan air tanah di daerah sangat sulit air diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air minum dan air baku penduduk di desa tertinggal atau desa miskin. Hal ini diharapkan akan memicu rangkaian dampak positif, secara sosial, ekonomi dan pengembangan wilayah. Kegiatan penyediaan air bersih tersebut dilakukan tiap tahunnya melalui pendanaan APBN dari tahun anggaran 19951996. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini. Sejak tahun 1995 hingga 2010, jumlah titik bor air tanah yang telah direalisasikan adalah sebanyak 533 buah titik bor dan jumlah masyarakat yang dapat menikmati air bersih di daerah sulit air adalah sebanyak 1,167,113 jiwa, di bawah ini adalah grafik perkembangan jumlah titik bor dan masyarakat yang dapat menikmati air bersih. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Gambar 1.13. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah dan Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih 3 Capaian Kinerja Keuangan Realisasi Keuangan Kementerian ESDM selama 5 tahun terakhir 2006 – 2010, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Unit Eselon I 2006 2007 2008 2009 2010 Sekretariat Jenderal 166.975 427.158,22 369.372,01 422.166,23 569.193,50  BPH Migas - - 192.790,61 170.838,30 227.878,11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Tabel 1.11. Realisasi Anggaran KESDM 2006-2010 Unit Eselon I 2006 2007 2008 2009 2010  Dekonsentra si 112.693 156.346,01 32.063,59 31.334,09 23.857,74 Inspektorat Jenderal 42.825 37.813,86 46.111,91 51.878,96 92.558,15 Direktorat Jenderal Migas 285.659 380.201,61 219.865,53 307.400,85 485.505,86 Direktorat Jenderal LPE 178.669 589.110,33 421.789,09 795.882,28 347.351,82 PT. PLN Persero 2.720.830 2.382.596, 04 2.819.293,0 1 3.272.716,39 1.843.527,71 Direktorat Jenderal Minerba dan Pabum 132.869 283.735,51 239.397,72 214.385,09 331.273,83 Balitbang ESDM 368.876 546.783,39 358.706,22 333.961,10 579.013,06 Badiklat ESDM 316.352 334.917,32 371.031,26 259.302,59 383.508,96 Badan Geologi 297.474 362.272,53 373.139,48 276.162,91 622.785,97 Setjen DEN - - 37.205,71 Jumlah 4.623.222 5.500.934, 83 5.443.560, 43 6.578.028,7 8 5.543.660,42 �

1.3. Peran dan Posisi KESDM Sebagai Regulator

1 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Migas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan pembuat kebijakan pada bidang hulu- hilir migas. Untuk regulator keselamatan dan usaha penunjang hulu-hlir migas dilakukan oleh Ditjen Migas sebagai perangkat Menteri ESDM. Disamping itu, regulator usaha hulu migas juga dilakukan oleh Ditjen Migas. Sedangkan untuk hilir migas, pelaksanaan regulasi dilakukan oleh Ditjen Migas dan BPH Migas. Ditjen Migas melakukan regulasi hilir yaitu untuk bahan bakar lain BBL dan gas bumi non-pipa. Sedangkan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 pipa dilakukan oleh BPH Migas. Pada tingkat mikro hulu migas, terdapat pelaku usaha yaitu Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap seperti Pertamina, Chevron, Medco dan badan usaha migas lainnya yang disebut sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas, terdapat BPMIGAS yang berperan dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Kontrak Kerja Sama oleh KKKS. Selain itu, terdapat juga badan usaha yang bergerak dalam usaha penunjang migas. Badan usaha tersebut yaitu pabrikasi peralatan dan melakukan jasa-jasa seperti konsultansi, G G, pemboran, inspeksi teknis, litbang, dikLat dan jasa-jasa lainnya. Di rekt orat Jenderal Mi gas Regul at or Kesel amat an dan Usaha Penunj ang Hul u-Hi l i r Mi gas M E N TE R I E S D M M E N T E R I E S D M Pembuat Kebi j akan Bi dang Hul u Pembuat Kebi j akan Bi dang Hul u – – Hi l i r Mi gas Hi l i r Mi gas D i r ekt or at Jen der al M i gas D i r ekt or at Jen der al M i gas Regu l at or U saha H ul u Regu l at or U saha H ul u M AK R O Keb i j akan dan R egu l asi : D i r ekt or at Jend er al M i gas D i r ekt or at Jend er al M i gas Reg ul at or H i l i r B B L d an Reg ul at or H i l i r B B L d an Gas B um i N o n Gas B um i N o n - - P i pa P i pa B P H M I GAS B PH M I GA S Usaha Hul u Mi g as Usaha Hi l i r Mi g as B P M IG A S B P M IG A S B a d a n U s a h a B U T B a d a n U s a h a B U T H u lu M ig a s H u lu M ig a s B a d a n U s a h a B a d a n U s a h a B B L d a n G a s N o n B B L d a n G a s N o n - - P ip a P ip a B a d a n U s a h a B a d a n U s a h a B B M d a n G a s P ip a B B M d a n G a s P ip a KKS M I KR O Pel aku Usah a R e g u l as i R e g u l as i R e g u l as i PENGELOLAAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI U S AH A P E N U N J A N G M I GAS B B L Ba h a n B a k a r L a in Gambar 1.14. Pengelolaan Sub Sektor Migas 2 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan Pada sub sektor ketenagalistrikan, Menteri ESDM melakukan kebijakan, regulasi keteknikan dan regulasi bisnis pada tataran makro. Sedangkan pada tingkat mikro, pengusahaan ketenagalistrikan dilakukan oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK yang meliputi pembangkitan, transmisi dan distribusi termasuk pemasaranpenjualan. Terkait aspek korporasi, PLN berada di bawah Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Sedangkan terkait aspek regulasi dan kebijakan, PLN berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Disamping itu, pada tataran mikro juga terdapat badan usaha swasta seperti IPP, Koperasi, BUMD, dll yang dapat melakukan usaha ketengalistrikan yang kemudian listriknya dijual kepada PLN sebagai PKUK. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 P R O V IN S I • T a n gg un gj a wa b p e ng e l o l a a n l i n t a s K a b up a t e n d a n a t a u b er d a mp a k r e g i o na l • P e r da K A BU P A TE N K O T A • T a n gg un gj a wa b p e ng e l o l a a n d i W i l a y a h K a b u pa t e n Ko t a • P e r da P E L AK U U S A H A • B U MN B U MD • B a d a n U s a h a L a i n P e me r i nt a h c .q . D E SD M • P en e t a p a n K e b i j a ka n d a n P e n g at u r a n • P en e t a p a n S t a n d a r d an P e do ma n • P en g e l o l a a n e x i s t i n g k on t r a k p e r t a mb an g a n • T a n gg un gj a wa b p e ng e l o l a a n m in e r b a b e r d am p a k n a s i o na l d a n l i nt a s p r o v i n s i • P e mb i n aa n d a n P e n g a wa s a n Ha k P en gus a h a a n E co nomi c R i g h t P e n y e l e n g ga r a a n P e n gu a s a a n P e r t a mb an ga n Mini n g R i g h t K ep emi l i k a n Mine r a l Ri g ht + D e s e n tr a li s a s i + D e k o n s e n tr a s i P e ru n d a n g -u n d a n g a n PENGELO LAAN SUB SEKTO R MI NERAL, BATUBARA DA N PANAS BUMI B A N GS A I N DO N ES IA N EG A RA Gambar 1.15. Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan 3 Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Mineral, Batubara Dan Panas Bumi Berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian kepemilikan sumber daya alam dikelola oleh negara yang dalam hal ini pemerintah bertindak melakukan pengelolaan terhadap seluruh sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia. Pemerintah cq. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penetapan kebijakan dan pengaturan, penetapan standar dan pedoman, pengelolaan existing kontrak pertambangan, tanggung jawab pengelolaan, pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan pertambangan mineral, batubara dan panas bumi. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan melalui Peraturan Daerah Provinsi untuk wilayah lintas kabupaten danatau berdampak regional dekonsentrasi dan Peraturan Daerah KabupatenKota di PENGELOLAAN SUB SEKTOR KETENAGALISTRIKAN D E S D M TATARAN MAKRO KEBI JAKAN MI KRO KORPORASI D E S D M P K U K P L N D E S D M REGULASI KETEKNI KAN REGULASI BI SNI S Transmi si Di st ri busi Pembangki tan BUMS I P

P, KOPERASI , BUMD, DLL

K E M E N T E R IA N N E G A R A B U M N Mel i p ut i pemasaran penj ual an Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 wilayah kabupatenkota desentralisasi, sedangkan hak pengusahaan dilakukan oleh pelaku usaha seperti BUMN, BUMD maupun pelaku usaha lainnya. 1. 4 Karakteristik Kelembagaan KESDM 1 Tugas dan Fungsi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dibentuk berdasarkan Surat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sesuai Peraturan Presiden tersebut, tugas pokok dan fungsi kementerian ESDM seperti dibawah ini. Kementerian E S D M TUGAS POKOK DAN FUNGSI KEMENTERIAN ESDM Tugas: K e m e n t er i an E n e r gi d a n S u m b e r D a y a M i ne r al m e m p u n y a i t ug a s m e n ye l en g g a r ak a n u r us a n d i b i da n g e n e r gi d a n s um b e r d a y a m ine r al d a l am p e m e r i nt ah a n u n t uk m e m b a n t u P r es ide n d a lam m e n y e l en g g a r aka n p e m e r i nt ah a n n e g a r a. Fungsi: D a l am m e l ak s an a k a n t ug a s n y a , K e m e n t er i an E S D M m e n y e l en g g a r aka n f un g s i: 1 . P e r um u s a n , p e n e t ap a n , d a n p e l ak s an a a n k e b i j aka n d i b ida n g e n e r gi d a n s u m b e r d a ya m i ne r al 2 . P e n g e l ol aa n b a r an g m i l i k k e k a ya a n n e g a r a ya n g m e n j ad i t an g g u n g j aw a b K e m e n t er i an E n e r gi d a n S u m b e r D a y a M i ne r al 3 . P e n g a w a s a n a t as p e l aks a n a a n t ug a s d i l i ng ku n g a n K e m e n t er i an E n e r gi d a n S u m b e r D a y a M i ne r al 4 . P e l ak s an a a n b i mb i ng a n t ekn i s d a n s up e r vi si a t as p e l aks a n a a n u r us a n K e m e n t er i an E n e r gi d a n S u m b e r D a y a M i ne r al d i d a e r ah 5 . P e l ak s an a a n k e g i at an t ek n i s ya n g b e r s ka l a n a s i on a l Pe r pr es No . 2 4 T ahun 2 01 0 t ent ang K edudukan T ugas da n F ungs i Kem ent er i a n Negar a ser t a Susuna n O r gani s asi T ugas da n F ungs i Esel on I K em e nt er i a n Negar a 6 Gambar 1.17. Tugas Pokok dan Fungsi KESDM Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai kewenangan: 1. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan secara makro di bidangnya; 2. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; 3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesionalahli serta persyaratan jabatan di bidangnya; 4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya; 5. Penetapan pedoman pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam di bidangnya; Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidangnya; 7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidangnya; 8. Penanggulangan bencana berskala nasional di bidangnya; 9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya; 10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidangnya; 11. Penyelesaian perselisihan antarprovinsi di bidangnya; 12. Pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidangnya; 13. Pelancaran kegiatan distribusi bahan-bahan pokok di bidangnya; 14. Pengaturan survai dasar geologi dan air bawah tanah skala lebih kecil atau sama dengan 1 : 250.000, penyusunan peta tematis, dan inventarisasi sumber daya mineral dan energi serta mitigasi bencana geologi; 15. Pengaturan pembangkit, transmisi, dan distribusi ketenagalistrikan yang masuk dalam jaringan transmisi grid nasional dan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nukLir, serta pengaturan pemanfaatan bahan tambang radio aktif; 16. Penetapan kebijakan intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan harga energi, serta kebijakan jaringan transmisi grid nasionalregional listrik dan gas bumi; 17. Penetapan kriteria wilayah kerja usaha termasuk distribusi ketenagalistrikan dan pertambangan; 18. Penetapan penyediaan dan tarif dasar listrik, bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan gas bumi di dalam negeri; 19. Pemberian izin usaha inti minyak dan gas bumi, mulai dari eksplorasi sampai dengan pengangkutan minyak dan gas bumi dengan pipa lintas provinsi, izin usaha inti listrik yang meliputi pembangkitan lintas provinsi, transmisi dan distribusi, serta izin usaha non-inti yang meliputi depot lintas provinsi dan pipa transmisi minyak dan gas bumi; 20. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:  Pengelolaan dan penyelenggaraan perlindungan sumber daya alam di wilayah laut di luar 12 dua belas mil dan wilayah lintas propinsi di bidangnya,  Penetapan standar penyelidikan umum dan standar pengelolaan sumber daya mineral dan energi, air bawah tanah dan mineral radio aktif, serta pemantauan dan penyelidikan bencana alam geologi.  Pengaturan dan penetapan standar serta norma keselamatan di bidang energi, sumber daya mineral, dan geologi. Dalam menjalankan tugas yang telah dibebankan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Mineral memiliki susunan organisasi sebagai berikut : 1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; 2. Sekretariat Jenderal; 3. Inspektorat Jenderal; 4. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi; 5. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi; 6. Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 7. Badan Geologi; 8. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral; 9. Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral; 10. Badan Pelaksana Hilir Migas 11. Dewan Energi Nasional 12. Staf Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi; 13. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Keuangan; 14. Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi; 15. Staf Ahli Menteri Bidang Kewilayahan dan Lingkungan Hidup; 16. Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Kelembagaan; 17. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2 Struktur Organisasi Struktur organisasi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011