Gambar 5.15. Persetujuan percepatan pengiriman gas dari West Natuna dan tambahan pasokan ke PLN Jawa Barat dalam rangka penghematan BBM
Untuk optimalisasi pemanfaatan gas bumi dalam negeri, pemerintah akan terus mendorong terbangunnya infrastuktur gas bumi baik melalui pipa maupun fasilitas terminal penerima gas
bumi di daerah-daerah yang telah diprogramkan pada wilayah pertumbuhan ekonomi, sebagaimana direncanakan dalam MP3EI, maupun pada sentra-sentra industri yang telah ada.
Dalam rangka mempercepat produksi gas bumi di cadangan yang terdapat di Indonesia, khususnya Wilayah East Natuna, pada tanggal 19 Agustus 2011, Pemerintah Principles of
Agreement POA terkait rencana eksplorasi dan eksploitasi Wilayah East Natuna bersama dengan para stakeholder yaitu PT Pertamina Persero, Esso Natuna Ltd, Total EP Activities
Petrolieres dan Petronas. POA tersebut dimaksudkan untuk melanjutkan proses yang menuju pada persiapan suatu kontrak kerja sama Wilayah East Natuna yang akan ditandatangani
kemudian, dimana Pemerintah berharap dengan akan ditandatanganinya kontrak kerja sama wilayah East Natuna akan segera dilakukan pengembangan proyek Gas East Natuna.
Gambar 5.16. Penandatanganan Principles of Agreement POA terkait rencana eksplorasi Dan eksploitasi Wilayah East Natuna di KESDM, 19 Agustus 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Gambar 5.17. Cadangan Gas Bumi Indonesia Tahun 2011
Disamping penandatanganan Principle of Agreement, juga dilakukan penandatanganan Head of Agreement antara PT. Pertamina EP, Mobil Cepu Ltd., Ampolex Cepu Pte., Ltd. dan PT.
Pertamina EP Cepu mengenai pelaksanaan unitisasi Lapangan Jambaran - Tiung Biru. Cadangan gas bumi pada tahun 2011
sebesar 152,89 TSCF, yang terdiri dari cadangan terbukti proven
sebesar 104,71 TSCF. Dan cadangan potensial sebesar
48,18 TSCF.
Dengan tingkat produksi seperti saat ini,
maka berdasarkan
perbandingkan antara
total cadangan gas bumi dengan tingkat
produksi gas
bumi saat
ini, diperkirakan cadangan gas bumi
masih dapat bertahan sekitar 49 Tahun dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru. Selain gas bumi konventional, Pemerintah juga mendorong unconventional resources seperti
Coal Bed Methane CBM. Sejak ditandatanganinya Kontrak Kerja Sama KKS CBM yang pertama di Indonesia pada tahun 2008, hingga saat ini total jumlah kontrak CBM yang telah
ditandatangani sebanyak 42 kontrak, yaitu 7 kontrak pada tahun 2008, 13 kontrak pada tahun 2009, 3 kontrak pada tahun 2010 dan 19 kontrak pada tahun 2011.
Dalam rangka mendukung CBM to power tahun 2011, saat ini telah ditandatangani 3 MoU antara KKKS dengan konsumen gas dengan total gas sebesar 1,2 MMSCFD 3,6 MW, yaitu:
Vico Blok CBM Sanga-Sanga dengan PT PLN. Pasokan gas 0,5 MMSCFD untuk melistriki
+1,5 MW bagi masyarakat di wilayah Sanga-Sanga.
Sangatta West Cbm Inc. Blok Sangatta I dengan PT Kutai Timur Investama. Pasokan gas 0,5 MMSCFD untuk melistriki +1,5 MW masyarakat di wilayah Sangatta.
Medco CBM Sekayu Blok CBM Sekayu dengan Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi Sumatera Selatan. Pasokan sekitar 0,2 MMSCFD untuk melistriki 0,6 MW masyarakat
di wilayah Sekayu
.
PAPUA NATUNA
MALUKU
TERBUKTI = 104 .71 TSCF
POTENSIAL =
48 .18 TSCF TOTAL
= 152 .89 TSCF
NAD SUMATERA
UTARA SUMATERA
TENGAH SUMATERA
SELATAN JAWA
TIMUR JAWA
BARAT SULAWESI
KALIMANTAN
CADANGAN GAS
BUMI TSCF
1.29 9.01
15.79 50.94
4.24 5.73
17.36 3.83
15.22 23.91
5.56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
3. CBM
Sampai pada tahun 2011 ini. Coal Bed Methane belum berproduksi, direncanakan baru mulai produksi di tahun 2012.
4. Produksi Batubara
Energi di Indonesia berasal dari berbagai sumber energy, salah satunya adalah batubara. Pasokan batubara untuk energi perlu dipenuhi dan dijaga supaya akses atau kemampuan
perusahaan batubara dalam memenuhi pasokan batubara dalam negeri dapat terukur sehingga tidak terjadi kelangkaan batubara. Karena itu sebagai cara dalam memenuhi
pasokan batubara untuk dalam negeri. Pemerintah membuat kebijakan Domestic Market Obligation DMO. Kebijakan ini bertujuan untuk mewajibkan perusahaan batubara untuk
memenuhi batubara di dalam negeri.
Rencana produksi batubara nasional perlu disusun guna menjaga pasokan batubara juga sebagai cara control pemerintah untuk menjaga kontinuitas pemanfaatan batubara untuk
mendukung pembangunan nasional.Rasio cadangan terhadap produksi dari tahun ke tahun semakin kecil maka perencanan produksi batubara memiliki peran penting dalam konservasi
batubara.
Produksi batubara pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 327 juta ton. Pada realisasinya, produksi batubara tahun 2011 diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 89 terhadap target
tahun 2011. Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 89 dikarenakan belum semua data IUP terkumpul dan saat ini sedang dalam proses pengumpulan data IUP untuk
mendapatkan data IUP yang lengkap. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat
Gambar 5.18. Penandatanganan Nota Kesepahaman Jual Beli CBM antara PT PLN Persero dan Virginia Indonesia Co. CBM Limited VICO, di KESDM, tanggal 4
November 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pembinaan Pengusahaan Batubara. Produksi batubara tersebut ekivalen dengan 107 realisasi tahun 2010 sebesar 275 juta ton, seperti pada tabel berikut :
Tabel 5.14 Produksi Batubara Tahun 2011
Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 90 dikarenakan belum semua data IUP terkumpul. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara. Pertumbuhan produksi batubara selama 5 lima tahun terakhir sebesar 8. Pertumbuhan
ini menunjukkan trend yang positif dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, karena secara tidak langsung juga meningkatkan penerimaan Negara, sebagaimana terlihat
pada grafik di bawah ini.
5. Pasokan Batubara Untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Dalam rangka mencukupi kebutuhan batubara di dalam negeri, maka pemerintah menerapkan kebijakan DMO Domestic Market Obligation batubara. Diterapkannya DMO
batubara cukup efektif untuk turut menjamin ketersediaan batubara dalam negeri. Berdasarkan KepMen ESDM No. 2360 K30MEM2010 Tentang Penetapan Kebutuhan dan
Persentase Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2011, dinyatakan bahwa Perkiraan kebutuhan batubara untuk kepentingan dalam negeri end user
domestic oleh pemakai batubara tahun 2011 adalah sebesar 78,97 juta ton. Namun target tersebut mengalami perubahan yang diakomodir berdasarkan Kepmen ESDM nomor
Grafik 5.8. Produksi Batubara 2007-2011 dan Rencana 2012
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
1334.K32DJB2011 tentang perubahan atas keputusan Menteri ESDM Nomor 2360.K30MEM2010 tentang penetapan kebutuhan dan persentase minimal penjualan
batubara untuk kepentingan dalam negeri tahun 2011, sehingga komposisi DMO batubara tahun 2011 setelah revisi, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5.15 DMO Batubara Tahun 2011
NO PERUSAH AAN
TONASE JU TA T ON GCV GAR
I PLN
55,82 70,69
4.000 - 5.200 IPP
8,97 11,36
4.000 - 5.200 PT FREEPORT INDONESIA
0,83 1,05
5.650 - 6.150 PT NEW MONT NUSA TENGGARA
0,47 0,60
5.200 PT PU SAKA JAYA PALU POW ER
0,19 0,24
5.000
II MET AL URGI
PT INCO 0,14
0,17 5,900
PT AN TAM 0,20
0,25 ? 6.000
III SEMEN
8,86 11,22
4.100 - 6.300 T EKST IL DAN PRODUK TEKSTIL
1,97 2,49
5.000 - 6.500 PUPUK
0,92 1,16
4.000 - 5.000 PULP
0,60 0,76
4.500 - 5.500 78,97
100,0 TOTAL
PLTU
SEMEN, PUPUK,PU LP DAN TEKSTIL
6. Produksi Mineral
Indonesia telah lama dikenal dunia sebagai negara penghasil timah, nikel, bauksit, tembaga, emas dan perak. Produksi Mineral di Indonesia dikelola oleh beberapa perusahaan besar,
seperti: PT. Freeport Indonesia yang menghasilkan tembaga, emas dan perak; PT Antam, Tbk yang menghasilkan bijih nikel, emas dan perak; PT Timah, Tbk menghasilkan timah; dan
PT. Inco, Tbk menghasilkan nikel mate. Penyusunan rencana produksi mineral oleh suatu perusahaan perlu mendapat perhatian dan
telaahan dikaitkan dengan kepentingan nasional berupa terjaminnya pasokan untuk kebutuhan dalam negeri, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan cadangan layak
tambang, intensitas kegiatan eksplorasi yang akan menambah jumlah cadangan layak tambang dan memperpanjang masa operasi, kualitas dan kuantitas produk, cut of grade,
hargapermintaan pasar, keuntungan yang akan diperoleh, konservasi bahan galian, legal aspek berupa tingkat produksi yang sesuai dengan dokumen Studi Kelayakan dan Amdal
yang disetujui, disamping memptenaGertimbangkan hambatan–hambatan pengusahaan. Penyusunan Rencana Produksi Mineral perlu dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
produksi mineral dan batubara nasional sehingga dapat dijadikan acuan bagi pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
dalam membuat kebijakan perencanaan produksi serta optimalisasi produksi dan pemanfaatan suatu kegiatan pengusahaan bahan galian mineral.
Tabel 5.16. Produksi Mineral
1 Logam Tembaga ton
878.377 665.158
618.297 2 Emas
kg 104.535
102.562 78.148
3 Perak kg
278.781 278.431
223.078 4 Logam Timah
ton 49.496
75.000 60.002
5 Bauksit mt
15.699.741 10.000.000
10.887.659 6 Bijih Besi
mt 3.865.385
5.000.000 5.215.391
7 Bijih Nikel ton
7.522.759 8.500.000
8.522.128 8 Ni+Co in matte
ton 77.186
70.500 70.936
9 Ferro Nikel mt Ni
18.688 18.000
19.990 10 Intan
crt n.a.
n.a. n.a.
11 Granit m3
2.343.133 2.500.000
2.810.148
2011 Realisasi
Rencana Realisasi
NO KOMODITI
SATUAN 2010
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan, produksi mineral tahun 2011 relatif baik, terdapat peningkatan produksi dari beberapa komoditi mineral seperti bijih besi 37, bijih nikel
93 dan granit 44. Namun, kondisi tersebut belum final dan masih dilakukan pencatatan. Beberapa komoditas yang tidak tercapai berdasarkan rencana seperti
tembaga, emas, perak dan logam timah. Hal ini dikarenakan : a. Tidak tercapainya rencana produksi komoditas tembaga emas dan perak terjadi
akibat penurunan produksi PT Freeport Indonesia yang terjadi akibat demo dan pemogokan kerja yang terjadi sejak triwulan III tahun 2011, yang berimbas pada
berhentinya operasional PT Freeport Indonesia. b. Tidak tercapainya rencana produksi komoditas logam timah di tahun 2011 terjadi
akibat keputusan bersama pengusaha timah di Bangka dan Belitung untuk menghentikan ekspor logam timah sejak Oktober 2011. Hal ini berimbas pada
terhentinya aktivitas produksi logam timah di Bangka Belitung.
7. Produksi BBM
Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dalam negeri secara langsung menuntut adanya ketersediaan fasilitas pengolahan migas yang cukup memadai, baik dari segi
kapaitas maupun maupun produksi. Meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia terkait pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor tidak disertai dengan penambahan kapasitas
produksi kilang, sehingga kekurangan jumlah pasokan BBM di Indonesia dipenuhi dari
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
impor. Sebagian besar pasokan BBM untuk Indonesia, dipasok dari kilang milik Pertamina, dengan status pada tahun 2011 terdapat lima kilang Pertamina yang aktif berproduksi.
Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2011 adalah sebesar 1.157,1 MBCD yang terdiri atas:
1. Kilang PT Pertamina Persero dengan total kapasitas 1047,3 MBCD - RU-II Dumai Sungai Pakning
: 177 MBCD - RU-III Plaju S. Gerong
: 127,3 MBCD - RU-IV Cilacap
: 348 MBCD - RU-V Balikpapan
: 260 MBCD - RU-VI Balongan
: 125 MBCD - RU-VII Kasim
: 10 MBCD 2. Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD
3. Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama TPPI dengan kapasitas 100 MBCD, mengolah bahan baku berupa kondensat.
4. Kilang PT Tri Wahana Universal TWU dengan kapasitas 6 MBCD Selain berbahan baku minyak bumikondensat, BBM juga dapat dihasilkan dari bahan baku
lainnya, seperti di kilang PT Patra SK di Dumai yang berbahan baku uncorverted oil kapasitas 25 MBCD serta PT Primergy Solution Gresik yang menghasilkan BBM dari
pelumas bekas kapasitas pelumas bekas 600 ton per bulan. Sampai dengan akhir tahun 2011, produki BBM mencapai 37,23 juta kiloliter terdiri dari
produksi kilang Pertamina, kilang Pusdiklat Migas, kilang TPPI dan kilang TWU dari 36,5 juta kiloliter yang ditargetkan, sehingga capaian produksi BBM di tahun ini mencapai 102.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011