PERENCANAAN STRATEGIS Program Pembangunan dan Target Tahun 2010-2014 Sektor ESDM 1 Program Pembangunan Sektor ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 Sektor ESDM memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam penyediaan energi
terutama pasokan gas dan bahan mineral. Pemakaian gas domestik dimanfaatkan untuk industri pupuk, kilang petrokimia, kondensasi, LPG, PGN, PLN, Krakatau steel dan industri
lainnya. Saat ini kebijakan alokasi gas lebih mengutamakan pasokan domestik, dimana cadangan
besar dapat digunakan baik untuk domestik maupun ekspor dan cadangan kecil untuk domestik. Selain itu, kebijakan DMO gas juga diberlakukan 25 dari bagian KKKSPSC untuk
domestik, sisanya dapat dipergunakan untuk domestik maupun ekspor. Dari tahun ke tahun, ekspor gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus diintensifkan.
Terkait dengan gas bumi untuk domestik, berdasarkan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi PJBG tahun 2002 – 2008 pasca diterbitkanya UU Migas Nomor 22 tahun 2001, alokasi gas bumi
domestik mencapai 63,5, sedangkan alokasi gas bumi ekspor sebesar 36,5. Hal ini menunjukkan bahwa pada tataran kebijakan dan perencanaan, upaya pengutamaan pasokan
gas bumi domestik berjalan sangat baik. Meskipun saat ini kebijakan alokasi gas untuk domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor gas tetap diperlukan untuk mencapai skala
keekonomian dari suatu lapangan gas bumi. Pertimbangannya adalah harga gas bumi domestik umumnya lebih rendah dibandingkan harga untuk ekspor.
Disamping gas bumi, bahan mineral juga berperan penting sebagai pemasok bahan baku industri. Bahan mineral tersebut antara lain tembaga, emas, perak, bauksit, nikel, granit, intan
dan besi. Produksi mineral dari tahun ke tahun sesuai dengan harapan. Peranan pengelolaan bahan mineral, lebih dominan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Hal ini terkait dengan
adanya UU Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana kegiatan usaha pertambangan dapat di desentralisasikan,
sehingga ijin usaha pertambangan atau Kuasa Pertambangan KP dapat dikeluarkan oleh Bupati dan Gubernur. Dengan demikian, koordinasi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah sangat penting dalam rangka pengelolaan, pengawasan pertambangan di daerah agar penerimaan negara dari pertambangan umum dapat dioptimalkan.
Tujuan strategis lainnya dalam pasokan energi dan mineral untuk kebutuhan domestik adalah peningkatan efisiensi pemakaian dan pengolahan energi, dimana tingkat elastisitas energi
perlu diturunkan terus. Pada tahun 2010 direncanakan bahwa elastisitas energi berada pada angka 1.64.
b
Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM
Sektor ESDM selalu berperan dalam mendorong peningkatan aktifitas investasi di sektor ESDM. Pada tahun 2005 hingga 2008 terjadi peningkatan investasi sekitar 67 dari US 11,9
miliar menjadi US 19,9 miliar, di tahun 2009 sempat terjadi penurunan investasi sebesar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011 3.32 dari tahun 2009 yang disebabkan karena adanya penundaan rencana kegiatan investasi
di berbagai perusahaan yang antara lain akibat tumpang-tindih dan kendala izin AMDAL yang diterbitkan daerah. Namun demikian pada tahun 2010 ditargetkan total investasi sebesar US
28.063 juta. Sedangkan untuk sub sektor ketenagalistrikan dan pemanfaatan energi, total investasinya yang ditargetkan pada tahun 2010 adalah US 10.146 juta. Dan untuk sub sektor
pertambangan umum, target investasi pada tahun 2010 adalah US 2.502 juta. Dengan total investasi pada tahun 2010 sebesar US 15.4105 juta, migas masih tetap pemegang proporsi
terbesar investasi dengan porsi sekitar 55.
c
Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara
Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM setiap tahunnya memberikan kontribusi diatas 30 terhadap penerimaan nasional.
Minyak dan gas bumi masih merupakan penghasil terbesar, yakni dengan porsi penerimaan 18.7 pada tahun 2009. Pada tahun 80an, komoditi migas merupakan sumber utama bagi
penerimaan negara, dimana kontribusinya bahkan mencapai lebih dari 70. Penerimaan dan kontribusi migas terhadap APBN tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga
minyak. Sejak pertengahan tahun 90an produksi minyak bumi, yang merupakan energi habis pakai, mulai menurun.
Namun demikian, seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional relatif menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang
ditetapkan setiap tahunnya. Dengan proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditi lainnya di sektor ESDM, maka realisasi total penerimaan
sektor ESDM juga selalu lebih tinggi dari targetnya. Penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk dividen dari BUMN di lingkungan sektor ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan
sektor ESDM terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB serta usaha pertambangan KP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati.
Jenis-jenis penerimaan yang terangkum dalam Indikator tujuan dari penerimaan negara sektor ESDM berasal dari sub-sektor minyak dan gas, PNPB dari pertambangan umum,
kegiatan jasa penelitian dan pengembangan, dari kegiatan di Badan Diklat dan dari BPH Migas. Di tahun 2010 ini ditargetkan penerimaan Negara mencapai Rp 218 Triliun dengan
komposisi penerimaan dari sub sektor Migas sebesar Rp 159,75 Triliun, sub sektor pertambangan umum Rp 57,139 Triliun, dari sub sektor penunjang sebesar Rp 0,64 Triliun.
d
Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah
Di samping berperan penting terhadap penerimaan negara, sektor ESDM juga turut mendukung pembangunan daerah, antara lain melalui dana bagi hasil DBH, kegiatan