3. Jumlah jaringan distribusi listrikkms dan gardu distribusi listrik.
Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan lisdes, yaitu melalui pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2011, realisasi
pembangunan gardu distribusi tercapai sesuai dengan target yaitu 369,6 MVA atau 100. Angka ini meningkat tajam bila dibandingkan dengan realisasi di tahun 2010, yaitu mencapai
800.
Demikian pula dengan pembangunan jaringan distribusi, di tahun 2011 realisasi melebihi target, yaitu sebesar 17.306 Kms atau 109,4. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 juga
mengalami peningkatan yag sangat besar yaitu dari 5.674 Kms di tahun 2010 menjadi 17.306 Kms di tahun 2011 atau meningkat sebesar 300.
Secara rinci target dan realisasi pembangunan gardu dan jaringan distribusi dapat dilhat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.47 Pembangunan Gardu dan Jaringan Distribusi
Indikator Kinerja Satuan
Realisasi 2010 2011
Target Realisasi
Capaian
1. Gardu Distribusi
MVA 45
370 369,6
99,9 2.
Jaringan Distribusi Kms
5.674 15.813
17.306 109,4
Gambar 5.46. Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
4. Desa Mandiri Energi
Desa Mandiri Energi DME adalah desa yang dapat menyediakan energi bagi desa itu sendiri sehingga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan menciptakan kegiatan-
kegiatan produktif. Desa Mandiri Energi
DME merupakan
terobosan dalam
mendukung diversifikasi
energi dan
penyediaan energi daerah. Desa
Mandiri Energi
DME merupakan program yang baru
diluncurkan pada tahun 2007 dan merupakan
terobosan dalam
mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah
perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati
BBN
dan non-BBN.
DME berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong
dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa.
Pemenuhan kebutuhan
sumber energi mandiri bagi desa-desa di
Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan manfaat
langsung berupa kemandirian energi dan peningkatan ekonomi perdesaan
melalui
pemberdayaan potensi
daerah. Pada tahun 2011 direncanakan
pembangunan DME sebanyak 50 desa, yang terdiri dari 35 DME
berbasis non-BBN dan 15 DME berbasis BBN. Sampai dengan akhir
Desember 2011, seluruh pembangunan DME tersebut dapat terselesaikan, bahkan sedikit melebihi target, yaitu 51 DME karena adanya pengalihan jenis fisik dari PLT Mikrohidro menjadi
PLT Pikohidro 2 unit. Sehingga total DME yang telah dibangun sejak tahun 2009 sebanyak 191 DME.
Pembangunan DME tahun 2011 dilaksanakan di 17 Propinsi yang mencakup: DME berbasis Singkong di 6 lokasi 5 propinsi, DME berbasis Nipah di 3 lokasi 2 propinsi, DME berbasis
Biomassa di 3 lokasi 1 propinsi, DME berbasis Biogas di 8 propinsi, DME berbasis PLTMH di 8 propinsi, DME berbasis PLT Pikohidro di 2 propinsi, DME yang menggunakan peralatan
kegiatan produktif sebanyak 9 propinsi.
Gambar 5.47. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 lhari Desa Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
Gambar 5.48. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 lhari Desa Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
S
Secara rinci lokasi DME yang berhasil diwujudkan di tahun 2011 ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.48 Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN
No Provinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa DME BERBASIS NIPAH
1 Kalimantan Barat
Pontianak Mempawah Hilir
Pasir 2
Riau Bengkalis
Siak Kecil Lubuk Muda
3 Riau
Bengkalis Bantan
Pambang
DME BERBASIS BIOMASSA
4 Riau
Indragiri Hilir Keritang
Sencalang 5
Riau Siak
Dayun Suka Mulya
6 Riau
Indragiri Hilir Kempas
Harapan Tani
DME BERBASIS SINGKONG
7 Jawa Tengah
Boyolali Banyuono
Cipangan 8
Jawa Barat Bekasi
Tambun Selatan Sumber Jaya
9 Kalimantan Barat
Kubu Raya Sei Raya
Kel. Sei Raya 10
Kalimantan Tengah Pulang Pisau
Maliku Gandang Barat
11 Sulawesi Barat
Mamuju Utara Pasang Kayu
Karya Bersama 12
Sulawesi Barat Mamuju Utara
Babalamotu Polewali
DME BERBASIS BIOGAS
13 NTB
Lombok Tengah Batu Keliang Utara
Lantan 14
NTB Lombok Utara
Tanjung Sigar Tegal
15 NTB
Lombok Barat Narmada
Sesaot 16
NTB Lombok Timur
Aikmel Kalijaga Timur
17 NTB
Lombok Timur Selong
Kelayu Jorong 18
Jawa Tengah Sragen
Sambirejo sukorejo
19 Jawa Tengah
Sragen Sambirejo
Jambeyan 20
Jawa Tengah Sragen
Sambirejo Jetis
21 Bali
Bangli Kintamani
Batur Selatan
Gambar 5.30. Peta Lokasi DME BBN dan Non BBN
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan danKonservasi Energi
€ EBTKE KESDM - 2011
Riau 3 lokasi
Riau 1 lokasi
Kalteng 1 lokasi
Sulut 1 lokasi
DME BBN SINGKONG
PETA SEBARAN DME BBN 2011
Kalbar 1 lokasi
Kalbar 1 lokasi
Sulbar 1 lokasi
DME BBN NIPAH DME BBN BIOMAS
DME IMPLEMENTASI BIOGAS RT
Jabar 1 lokasi
Jateng 1 lokasi
NTB 1 lokasi
DIY 1 lokasi
Riau 2 lokasi
Kementerian Energi danSumberDayaMineral DirektoratJenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
€ EBTKE KESDM -2011
Sumut
Lampung Jatim
NTB Kalteng
Kalsel Sulut
Gorontalo Sulteng
DME PLTMH
PETA SEBARAN DME NON BBN 2011
NTT Jabar
Sulsel Sultra
Papua Riau
Maluku Kalbar
Bengkulu
DME ARUS LAUT PENGADAAN DAN
PEMASANGAN PERALATAN PRODUKTIF
NTT Sumut
Lampung 2 lokasi
Sumsel Bangka
Belitung
Jabar Jateng
Sulteng Sulbar
NTB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No Provinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa
22 Lampung
Metro Metro Selaras
Rejomulyo 23
Lampung Lampung Barat
Ngambur Pekon Gedong Cahaya
24 Lampung
Pesawaran Padang Cermin
Pesawaran Indah 25
Lampung Tanggamus
Air Naningan Sinar Jawa
26 Jawa Barat
Sumedang Pamulihan
Haurgombong 27
Jawa Barat Ciamis
Purwadadi Karangpaningal
28 DIY
Sleman Cangkringan
Umbulharjo 29
NTT Sumba Barat Daya
Laura Lete Kendo
30 NTT
Sumba Barat Daya Kodi Utara
Bukambero 31
NTT Sumba Barat Daya
Kodi Utara Rama dana
Tabel 5.49 Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN
No Provinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa
1 PLTMH Dulamayo, Gorontalo
Gorontalo Telaga
Dulamayo 2
PLTMH Harumandala, Ciamis, Jawa Barat
Ciamis Cigugur
Harumandala 3
PLTMH Tumbang Lapan, Gunung Mas, Kalteng
Gunung Mas Tumbang Miri
Tumbang Lapan 4
PLTMH Nirmala, Ngada, NTT Ngada
Golewa Nirmala
5 PLTMH Tetebatu, Lombok Timur,
NTB Lombok
Timur Sikur
Tetebatu 6
PLTMH Laine, Sangihe, Sulawesi Utara
Sangihe Manganituv Selatan
Laine 7
PLTMH Lamontoli, Morowali, Sulawesi Tengah
Morowali Bungku Selatan
Lamontoli 8
PLTMH Hasinggahan, Samosir, Sumatera Utara
Samosir Sianjur Mula-Mula
Hasinggahan 9
Peralatan Produktif di Sumatera Utara
Tapanuli Selatan
Saipar Dolok Hole Huta Tonga Turunan
10 Peralatan Produktif di Jawa Tengah
Pekalongan Petungkriono
Tlogopakis 11
Peralatan Produktif di Sulawesi Barat
Mamasa Sumarorong
Batanguru 12
Peralatan Produktif di Lampung Lokasi di Kab. Lampung Utara
Lampung Utara
Tanjung Raja Sukasari
13 Peralatan Produktif di Sumatera
Selatan Muara Enim
Semendo Darat Tengah
Rekimai Jaya 14
Peralatan Produktif di Bangka Belitung
Bangka tengah
Lubuk Besar Perlang
15 Peralatan Produktif di Nusa
Tenggara Barat Lombok
Barat Lingsar
Murpeji, Desa Dasan Geria
16 PLT Pikohidro Wanarata,
Banjarnegara di Jawa Tengah Banjarnegara
Susukan Dusun Wanarata, Desa
Gumelem Kulon 17
PLT Pikohidro Jombok, Banjarnegara di Jawa Tengah
Banjarnegara Punggelan
Dusun Jombok, Desa Petuguran
18 Peralatan Produktif di Dusun
Gringging, Kecamatan Banjarnegara
Pagedongan Dusun Gringging, Desa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No Provinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa
Pagedongan, Jawa Tengah Pesangkalan
19 Peralatan Produktif di Dusun
Wanarata, Kecamatan Susukan, Jawa Tengah
Banjarnegara Susukan
Dusun Wanarata, Desa Gumelem Kulon
20 Peralatan Produktif di Dusun
Jombok, Kecamatan Punggelan, Jawa Tengah
Banjarnegara Punggelan
Dusun Jombok, Desa Petuguran
5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.
Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah. Program tersebut dilakukan sejak
tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.
Pada tahun 2011 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 260 lokasi titik bor yang dapat direalisasikan, yang terdiri dari 255 titiklokasi pemboran air sumur dalam dan 5 titiklokasi
pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah sulit air. Pelaksanaan kegiatan pem-boran tersebut menghasikan total debit air sebesar 2.256,12 literjam dengan
peruntukan sebanyak 626.700 Jiwa didaerah sulit airdesa tertinggal.
Dengan demikian, selama periode 1995 sampai dengan 2011 ini, total pemboran air tanah yang telah dilakukan sebanyak 784 titik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan peruntukan bagi
sekitar 1,8 juta jiwa. Perkembangan jumlah titik bor air tanah dan masyarakat yang dapat menikmati air bersih sejak tahun 1995
Jumlah lokasi Lokasi
100 255
255 784
Jumlah peruntukan Jiwa
251.200 626.700
626.700 1.807.673
Uraian Satuan
2011 Realisasi
Rencana Realisasi
Kumulatif s.d. Des 2011
2010
Tabel 5.50 Jumlah Lokasi Pengeboran Air TanahTahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
sampai dengan 2011, seperti grafik di bawah ini.
Lokasi Jumlah
1. Banten
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. D.I Yogyakarta
6. Nagroe Aceh Darusalam
7. Sumatera Barat
8. Sumatera Utara
9. Riau
10. Kepulauan Riau 11. Sumatera Selatan
12. Jambi 13. Lampung
14. Nusa Tenggara Barat 15. Nusa Tanggara Timur
16. Kalimantan Barat 17. Kalimantan Selatan
18. Kalimantan Timur 19. Sulawesi Selatan
20. Sulawesi Tenggara 21. Sulawesi Barat
22. Maluku Utara 23. Maluku
24. Papua 25. Papua Barat
16 lokasi 20 lokasi
44 lokasi 38 lokasi
15 lokasi
7 lokasi 4 lokasi
11 lokasi 6 lokasi
2 lokasi 7 lokasi
1 lokasi
12 lokasi 14 lokasi
26 lokasi 8 lokasi
1 lokasi 2 lokasi
6 lokasi 4 lokasi
1 lokasi 1 lokasi
1 lokasi 6 lokasi
2 lokasi
DKI Jakarta lokasi sumur pantau
5 Lokasi
50 100
150 200
250 300
6 6
6 14
5 3
3 2
24 34
28 61
72 139
26 100
255
JU M
L A
H P
E N
G E
B O
R A
N
Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah
Tabel 5.51 Lokasi Pemboran Air Tanah
Tahun 2011
Grafik 5.29. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah
Grafik 5.30. Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Grafik 5.25. Kebijakan dan Volume BBM bersubsidi
KEBIJAKAN DAN VOLUME
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM
No JENIS BBM
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
2010? 1
M. Tanah S
S S
S 2
Premium S
S S
NS 3
M. Solar S
S S
NS 4
M. Diesel S
S N S
N S 5
M. Bakar S
S NS
NS 6
Avtur S
NS NS
NS 7
Avgas S
NS NS
NS No
JENIS BBM TAHAP
I TAHAP
II TAHAP
III TAHAP
IV 2010?
1 M. Tanah
S S
S S
2 Premium
S S
S NS
3 M. Solar
S S
S NS
4 M. Diesel
S S
N S N S
5 M. Bakar
S S
NS NS
6 Avtur
S NS
NS NS
7 Avgas
S NS
NS NS
S = Subsidi NS = Non Subsidi
2009
VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009
2010 ?
BBM Non -Subsidi BBM Subsidi
BBM bersubsidi: 100.000 kL
M. Tanah 60
40 20
J u
ta K
L
VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009
2010 ?
BBM Non -Subsidi BBM Subsidi
BBM bersubsidi: 100.000 kL
M. Tanah 60
40 20
J u
ta K
L
BBM -SUBSIDI KEBIJAKAN DAN VOLUME
Tujuan V :
Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian.
Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan fluktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi
minyak tanah ke LPG tahun 2007. Dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM
dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga
dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin
sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG.
Selain itu,
pengawasan peruntukan minyak tanah terus
membaik dengan adanya kartu kendali minyak tanah. Adapun
dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah
dilakukan konversi
minyak tanah ke LPG, minyak tanah
tetap dijual dengan harga keekonomian.
Pelaksanaan pendistribusian
BBM bersubsidi dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku
badan usaha
yang mendapatkan
Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian
BBM bersubsidi Public Service ObligationPSO, dan untuk tahun 2010 dan 2011, PT AKR Corporindo dan PT Petronas Indonesia
ikut mendampingi PT Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi untuk beberapa wilayah di
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Terkait dengan subsidi LPG, sampai dengan bulan Juli 2010 telah dibagikan sebanyak 45,6 juta
paket perdana kepada rumah tangga dan usaha mikro. Sampai dengan akhir 2010, telah diprogramkan untuk membagikan sebanyak 52,9 juta paket perdana. Sedangkan untuk tahun
2011 direncanakan akan didistribusikan sebanyak 3,82 juta paket perdana. Di sub sektor ketenaga-listrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk
pelanggan kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis B-1 sampai dengan B-3 , Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga
jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan subsidi.
Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2010, yaitu sebagai berikut:
Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.52 Indikator Sasaran 9
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Jumlah subsidi BBM, BBN dan LPG
Rp Triliun 129,7
168,2 70,3
Ribu KL 40,49
41,42 97,7
2. Jumlah subsidi Listrik
Rp Triliun 65,6
93,3 57,8
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada
tahun 2011 ini realisasi subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya masih di bawah target yang ditetapkan. Perkembangan besarnya subsidi energi selama 6 tahun
terakhir, terlihat pada grafik dibawah ini
.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
1. Subsidi BBM LPG
Sebagaimana diketahui, bahwa BBM bersubsidi terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar. Kuota volume BBM bersubsidi 2011 berdasarkan APBN 2011 dialokasikan
sebesar 38,59 juta Kilo Liter KL dan mengalami perubahan berdasarkan APBN-P 2011 menjadi 40,49 juta KL.
Pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku badan usaha yang mendapatkan Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM bersubsidi
Public Service ObligationPSO, dan untuk tahun 2010 dan 2011, PT AKR Corporindo dan PT Petronas Indonesia ikut mendampingi PT Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi
untuk beberapa wilayah di luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Sebagai gambaran, untuk tahun 2011 dari kuota BBM bersubsidi sebesar 40,49 juta kilo liter, PT AKR
mendapat alokasi untuk mendistribusikan BBM bersubsidi sebesar 0,25 dan Petronas sebesar 0,05, selebihnya sebesar 99,69 didistribusikan oleh PT Pertamina.
Realisasi volume BBM bersubsidi s.d. November 2011 sebesar 38 juta KL dan sampai dengan akhir Desember 2011 diperkirakan mencapai lebih dari 41 juta KL.
Over kuota terjadi pada jenis BBM Premium dan Solar berturut-turut sekitar 3 dan 0,1 yang disebabkan antara lain karena pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata,
tingginya harga minyak dunia yang menyebabkan disparitas harga BBM bersubsidi dengan non-subsidi sehingga memicu konsumen bermigrasi dari BBM non-subsidi ke BBM
bersubsidi dan penyalahgunaan BBM utamanya ke industri. Sedangkan untuk minyak tanah, telah berhasil dilakukan penghematan konsumsi sebesar 3,4 dari kuota APBN-P. Hal
Grafik 5.31. Perkembangan Subsidi BBMLPG dan Listrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
tersebut utamanya karena berhasilnya program konversi minyak tanah ke LPG. Secara rinci, tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan realisasi subsidi energi tahun
2010 dengan tahun 2011.
U r a ia n 2 0 1 0
2 0 11 T a r g e t
R e a lis a s i C a p a ia n
V o lu m e B B M + B B N J u ta K ilo L ite r
3 8 ,5 9 4 0 ,4 9
4 1 , 2 4 9 7 ,7
• P re m iu m B io e th a n o l
2 3 ,1 9 2 4 ,5 4
2 5 , 3 3 9 6 ,8
• K e ro s e n e
2 , 3 2 1 , 8 0
1 ,7 4 1 0 3 , 3
• S o la rB io d ie s e l
1 3 ,0 8 1 4 ,1 5
1 4 , 1 7 9 9 ,9
IC P U S b b l
8 0 9 5
1 1 1 , 8
S u b s id i R p T r iliu n
9 5 .9 1 1 2 9 . 7 2
1 6 8 .2 6 7 0 ,3
K u r s R p 1 U S
9 .2 5 0 8 7 0 0
8 . 7 3 4
Pada tahun 2011 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 168,26 triliun atau melebihi dari kuota yang ditargetkan sebesar Rp. 129,72 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2010, di
tahun 2011 ini jumlah subsidi energi mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu mencapai 75.
Untuk mengupayakan pendistribusian BBM tepat sasaran dan tepat volume dilakukan upaya-upaya antara lain: Peningkatan pengawasan bersama aparat penegak hukum dan
Pemda, melakukan investigasi capulbaket di lapangan dan memberikan sanksipenegakan hukum terhadap APMS dan SPBU yang menyimpang, dan penguatan kelembagaan.
Tabel 5.37 Rencana dan Realisasi Volume BBM Bersubsidi
Grafik 5.32. Kuota dan Realisasi Konsumsi BBM PSO 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Selain itu, pada tanggal 19 Agustus 2011 telah dilakuan MoU atau Keputusan Bersama antara Menteri ESDM dengan Menteri Dalam Negeri antara lain mencakup peran dan
tanggung jawab Pemda dalam perencanaan kebutuhan BBM bersubsidi dan pengawasan pendistristribusiannya.
Pemerintah juga
terus melakukan
sosialisasi dan
himbauan kepada
masyarakat untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi, termasuk sosialisasi
volume BBM bersubsidi kepada masing- masing
Pemerintah Daerah
kabupatenkota. Telah
dilakukan pembukaan outlet SPBU Non subsidi di 21
lokasi di DKI, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi terutama di daerah yang berada
di jalur angkutan industri tambang dan perkebunan.
Dalam rangka memantapkan persiapan pelaksanaan pengaturan BBM bersubsidi,
pada tanggal 31 Maret 2011 dilakukan sosialisasi untuk KapoldaKapolsek se-
Jabodetabek dan
sekitarnya di
Kementerian ESDM. Pertemuan kali ini dimaksudkan untuk lebih memantapkan
Gambar 5.49. Penandatanganan MoU Tentang Koordinasi Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang ESDM
Gambar 5.50. Sosialisasi penggunaan alat kendali RFID pada kendaraan angkutan umum, di
Terminal Bus Senen, 20 Oktober 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
pemahaman atas kebijakan pengaturan BBM bersubsidi, pola pengawasan dan operasionalnya.
Dalam rangka implementasi program pengaturan BBM bersubsidi yang rencananya dilaksanakan pada tahun 2012, dilakukan persiapan-persiapan antara lain:
Telah dilakukan Kajian pengaturan BBM bersubsidi yang dilakukan oleh konsorsium
Perguruan Tinggi UGM, ITB, dan UI yang hasilnya telah disampaikan kepada Komisi VII DPR-RI pada Maret 2011.
Telah dibentuk 5 lima Pokja; yaitu: Pokja Penyiapan Infrastruktur, Pokja Pengawasan,
Pokja Sosialisasi, Pokja Regulasi, dan Pokja Sosial Ekonomi.
Sejak Desember 2010 Pemerintah secara rutin melakukan rapat koordinasi persiapan pengaturan BBM bersubsidi dengan melibatkan Bappenas, Kemenkeu, Kemenhub,
Kemkominfo, Kemendagri, POLRI, beberapa Pemda, BPH Migas, PT Pertamina Persero.
Pada tahun 2011 ini dilaksanakan pemasangan alat kendali Radio Frequency
Identification DeviceRFID pada sekitar 1.000 angkutan umum Angkot di Jakarta, trayek Senen-Kampung Melayu. Uji coba RFID tersebut pertama kali dilakukan pada
tanggal 25 Agustus 2011 di SPBU Nomor 3413102 di daerah Matraman. Untuk tahun 2012 direncanakan pemasangan alat kendali untuk 30.000 kendaraan di beberapa kota
besar di Jawa Bali. Pada tanggal 25 April 2011 KESDM melakukan Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan
Pengaturan BBM
Bersubsidi bagi
Supervisor SPBU di Wilayah Jakarta. Hal tersebut
dimaksudkan untuk
lebih memantapkan kemampuan petugas SPBU
sehingga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat atau pengguna BBM
pada umumnya, mengenai jenis-jenis BBM yang ada termasuk adanya BBM Bersubsidi
dan Non Subsidi dan pemanfaatan BBM Bersubsidi serta penggunaan BBM sesuai
spesifikasi mesin kendaraan.
Gambar 5.51. Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan Pengaturan BBM Bersubsidi bagi Supervisor SPBU di Wilayah Jakarta
di KESDM 25 April 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Dalam rangka menuju pemanfaatan BBM subsidi yang tepat volume dan tepat sasaran, pada tanggal 20 Oktober 2011 juga telah dilakukan Uji Coba Penggunaan Alat Kendali di Terminal
Bus Senen. Hal ini merupakan rangkaian kegiatan untuk persiapan pelaksanaan pengaturan BBM bersubsidi dengan tujuan menguji kehandalan sistem alat kendali RFID Radio Frequency
Identification dan untuk memetakan pola konsumsi BBM khususnya untuk
angkutan umum. Uji
coba ini
rencananya akan
dilaksanakan dengan memasang RFID Tag pada Mikrolet sejumlah 3.000 unit,
dan memasang perangkat alat di 4 SPBU di Jakarta.
Untuk tahap awal pada tanggal
25 Agustus
2011, telah
dilaksanakan peresmian uji coba alat kendali RFID di SPBU Nomor 3413102 di
daerah Matraman. Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulangrefill
LPG 3 kg sebesar 3,52 juta Metrik Ton. Realisasi
distribusi isi ulangrefill sebesar 3,28 juta MT status November 2011 atau mencapai 98,2 dari target. Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini,
telah berhasil mendistribusikan paket sebanyak 53.287.342 untuk rumah tangga, dan refill sebesar 7.997 ribu MT. Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011
mencapai Rp. 37,55 triliun.
Tabel 5.54 Program Konversi Minyak Tanah ke LPG
Uraian Satuan 2007
2008 2009
2010 2011
Akumulasi APBN
APBN-P Realisasi
Distribusi Paket
Perdana Ribu
Paket 3.976 15.078 24.355 4.715
- -
53.287
Isi UlangRefill
Ribu MTon
21 547
1.767 2.714 3.522
3.283 7.997
Nett Penghemata
n Rp.
Triliun 37,55
Gambar 5.52. Uji coba pemasangan RFID sebagian dari rangkaian program Pengaturan BBM bersubsidi, di SPBU
Nomor 3413102, daerah Matraman
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan
Bakar Nabati BBN, Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan BBN sebesar 5 dari total konsumsi energi pada tahun 2025.
Kemudian untuk mendukung Perpres 5 Tahun 2006 tersebut dan dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase
tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan
BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku. Namun, untuk mengantisipasi harga
BBN yang terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka diperlukan subsidi BBN. Berdasarkan APBN 2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN, sebagai berikut:
Bioetanol 1 sebesar Rp 2.000liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter , dan subsidi
sebesar Rp.8 miliar.
Biodiesel 5 sebesar Rp. .2.000liter dengan kuota sebesar 600 ribu Kilo Liter , dan
subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.
Gambar 5.53. Peta Program Konversi Minyak Tanah ke LPG
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 mencapai Rp. 673,15 miliar dengan volume BBN yang tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56 terhadap target tahun 2011.
Sedangkan produksi bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga indeks pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.
Tabel 5.39 Subsidi BBN Tahun 2011 Kilo Liter
PRODUK 2011
APBN KL APBN-P KL
Realisasi KL Subsidi Rp.
Miliar
Bioethanol 4.000
4.000 -
-
Biodiesel 600.000
600.000 336.574
673,15 TOTAL
604.000 604.000
673,15
Jumlah subsidi BBM, BBN, dan LPG di tahun 2011 ini mencapai Rp 82,35 Triliun atau 107,4 dari target yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM, BBN dan
LPG yang jauh dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun 2010, pada tahun 2011 ini jumlah subsidi mengalami peningkatan
yang hampir 2 kali lipat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
2. Subsidi Listrik
Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berfluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari
total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang fiskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal
seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan fiscal sustainability.
Pada tahun 2011 ini realisasi subsidi listrik jauh diatas dari jumlah target yang ditetapkan yaitu mencapai Rp 93,29 Triliun sedangkan targetnya adalah sebesar Rp 65,48 triliun.
Membengkaknya subsidi tahun 2011 ini disebabkan oleh karena beberapa hal, antara lain: 1. Naiknya ICP dari semula 95 USDbarrel menjadi 111 USDBarrel, kurs semula Rp 8.700
menjadi Rp 8.734; Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Target pasokan gas sebesar 320 TBTU diperkirakan hanya tercapai sebesar 284 TBTU; 3. Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I, repowering PLTU
Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta ton.
20 40
60 80
100
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
R p
T ri
li u
n
Perkembangan Subsidi Listrik Tahun 2005 - 2011
Alokasi Realisasi
Dasar penghitungan subsidi listrik diilustrasikan seperti gambar di bawah ini:
Grafik 5.28. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi BBM
Gambar 5.55. Dasar Penghitungan Subsidi Listrik Gambar 5.54. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Grafik 5.33. Neraca Perdagangan Sektor ESDM
Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus
Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu
bph 61 masih lebih besar dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan,
maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer.
Dengan produksi minyak sebesar 945 ribu bph saat ini, sementara konsumsi dalam negeri sebesar 1.038 ribu bph, maka impor BBM tetap diperlukan. Konsumsi terbesar terjadi pada
sektor transportasi 56 dan diikuti oleh pembangkit listrik 18, industri 13,5 dan rumah tangga 12,5.
Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan
ekonomi tersebut didukung oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor
yang masih positif. Sektor ESDM selalu mencatatkan
surplus sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Nilai impor per
tahun adalah antara 54 s.d. 64 persen
dari nilai
ekspornya, sehingga neraca perdagangannya
selalu positif. Pada tahun 2008, surplus dicapai
pada angka yaitu sebesar US 17,9 miliar, dimana ekspornya
mencapai US 50,1 miliar dan impornya
US 32,2
miliar. Demikian juga untuk tahun 2009 ini,
dimana dampak resesi global masih kuat, meskipun nilai ekspor sektor ESDM menurun, namun nilai impornya juga menurun,
sehingga surplus masih dapat dipertahankan.
NERACA PERDAGANGAN SEKTOR ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2010 ditetapkan 1 satu sasaran
sebagai berikut:
Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Jumlah ekspor minyak mentah Juta barel
135 100,74
74,62 2.
Jumlah ekspor gas MMSCFD
4.153 4.468,2
107,6 3.
Jumlah impor BBM Juta KL
30,06 31,29
95,9 4.
Jumlah impor minyak mentah Juta Barel
90,04 91,48
98,4
1. Jumlah ekspor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun sebagian diekspor karena spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan
kilang dalam negeri. Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta
BOPD atau di atas kapasitas kilang 1,057 juta BOPD dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin
menurun dan dibawah kapasitas kilang dalam negeri. Sementara konsumsi meningkat namun peningkatan kapasitas kilang sangat terbatas.
Realisasi ekspor minyak mentah pada tahun 2011 ini mencapai 100,74 juta barel atau lebih rendah dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 135 juta barel atau 74,62. Begitu pula jika
Tabel 5.56 Indikator Sasaran 10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2010, realisasi ekspor minyak mentah menurun sebesar 20, dimana pada tahun 2010 ekspor minyak mentah mencapai 121 juta barel.
Perkembangan ekspor minyak bumi ke berbagai negara sejak tahun 2004 sampai dengan 2011, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.41 Ekspor Minyak Bumi
Tahun Jepang
USA Korea
Taiwan Singapura
Lainnya Total
Ribu Barel
Pangsa Ribu
Barel Pangsa
Ribu Barel
Pangsa Ribu
Barel Pangsa
Ribu Barel
Pangsa Ribu
Barel Pangsa
2004 52.040
29,1 11.930
6,7 42.111
23,5 6.029
3,4 8.761
4,9 57.998
32,4 178.869
2005 43.628
27,3 6.256
3,9 40.108
25,1 2.639
1,7 7.612
4,8 59.459
37,2 159.703
2006 42.203
26,4 8.950
5,6 23.723
14,9 7.249
4,5 5.480
3,4 47.355
29,7 134.960
2007 45.892
28,7 4.464
2,8 18.051
11,3 3.779
2,4 7.796
4,9 55.286
34,6 135.267
2008 37.724
23,6 4.740
3,0 12.289
7,7 1.981
1,2 15.083
9,4 100.778
63,1 134.872
2009 25.783
16,1 5.264
3,3 19.394
12,1 2.160
1,4 11.649
7,3 69.032
43,2 133.282
2010 23.407
19,3 4.779
3,9 17.607
14,6 1.961
1,6 10.576
8,7 62.671
51,8 121.000
2011 36.823
36,6 5.553
5,5 11.366
11,3 1.489
1,5 10.012
9,9 35.500
35,2 100.744
Rata-rata 2004-2011
36.494 25,9
5.263 4,3
23.081 15,1
3.590 2,2
10.213 6,7
61.010 40,9
137.677
Sedangkan neraca minyak bumi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
2 0 0 4 2 0 0 5
2 0 0 6 2 0 0 7
2 0 0 8 2 0 0 9
2 0 1 0
P r o d u k s i M i n y a k R e a l i s a s i
A 1 . 0 9 8
1 . 0 5 9 1 . 0 0 5
9 5 4 9 7 9
9 4 9 9 4 5
1 . 1 5 0 1 . 1 2 5
1 . 0 5 0 1 . 0 0 0
1 . 0 0 0 9 6 0
9 6 5 E k s p o r M i n y a k
B 4 8 9
4 3 4 3 6 9
3 6 6 3 9 9
3 2 1 3 3 2
Im p o r M i n y a k C
4 0 4 3 2 2
3 1 7 3 1 4
2 4 7 3 1 1
2 7 7 R e f i n e r i I n t a k e
D 1 . 0 1 3
9 4 7 9 5 3
9 0 2 8 2 7
9 3 9 8 9 0
Im p o r B B M E
3 3 9 4 5 1
3 5 5 4 1 0
4 2 2 3 8 2
4 0 7 E k s p o r B B M
F 1 7 7
1 1 9 1 0 3
1 2 0 3 1
1 1 2 8 ,7
P e r b e d a a a n Statistik G = D + E -F – H
7 1 1 7 8
1 6 8 1 3 0
1 4 3 1 5 3
2 9 P e n j u a l a n
H 1 . 1 0 3
1 . 1 0 2 1 . 0 3 8
1 . 0 6 3 1 . 0 7 5
1 . 0 5 6 1 . 2 5 9
S u m b e r : D i t j e n M i g a s , d i o l a h o l e h P u s d a t i n M B O P D = Ribu Barel Oil per Day
K e t e r a n g a n : 1
H O M C H i g h O c t a n e M o g a s C o m p o n e n t
20
8 9 0 , 4 K i l a n g
K a p a s i t a s 1 . 1 5 7 M B O P D
Pasokan BBM
1.267,9 P r o d u k s i
94 5 Ekspor
M inyak B u m i -331,5
E k s p o r B B M
- 8,7
I m p o r M inyak B u m i
276,9 I m p o r
BBM 407,2
R u m a h Tangga 55,13
4 I n p u t L a i n n y a
1
1 4 4 Pem bangkit Listrik
111,3 9 Industri
176,6 14 Transportasi
816,4
65 BBM
703,8 N o n BBM
299,8
Stok 156,9
Komersial Lainnnya 100,1
8
2. Jumlah ekspor gas bumi
Pasca diterbitkan UU Migas Nomor 22 tahun 2001, direncanakan alokasi gas bumi untuk domestik mencapai 63,5, sedangkan alokasi gas bumi untuk ekspor sebesar 36,5. Hal ini
Gambar 5.56. Neraca Minyak BumiBBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
menunjukkan bahwa pada tataran kebijakan dan perencanaan, upaya pengutamaan pasokan gas bumi domestik sudah berjalan sangat baik. Meskipun saat ini kebijakan alokasi gas untuk
domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor gas juga tetap diperlukan untuk mencapai skala keekonomian dari suatu lapangan gas bumi, mengingat harga gas bumi domestik pada
umumnya lebih rendah dibandingkan untuk ekspor. Realisasi ekspor gas bumi tahun 2011 menurun sebesar 7,8 bila dibandingkan dengan tahun
2010, yaitu dari sebesar 4.848 MMSCFD menjadi 4.468 MMSCFD yang berasal dari Gas pipa sebesar 924,5 MMSCFD dan LNG sebesar 3.543,7 MMSCFD. Secara rinci produksi dan
pemanfaatan gas bumi dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 5.58. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi
MMSCFD PUPUK
615,3 7,3
KILANG 89,5
1,1 PET . KIM IA
93,5 1,1
KONDENSASI 12,8
0,2 LPG
38,0 0,5
PGN 752,7
8,9 PLN
721,4 8,6
KRAKAT AU ST EEL 51,6
0,6 INDUST RI LAIN
552,1 6,6
CIT Y GAS 0,20
0,002 PEM AKAIAN SENDIRI
544,6 6,5
SUB T O T AL DO M EST IK 3.471,9
41,2 FEED KILANG LNG
3.543,7 42,0
LPG -
0,0 GAS PIPA
924,5 11,0
SUB T O T AL EKSPO R 4.468,2
53,0 L O SSES
488,3 5,8
T O T A L 8.428,4
100 DO M EST IK
EKSPO R
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
HULU HILIR
ImporEkspor Produksi
Pengolahan Pemakaian Domestik
Penyaluran Distribusi
Ekspor Gas Ekspor LNG
915 Produksi
Flaring 506,6
LPG
1.041,7 own use
MINYAK 57,2
93,3 Minyak Kondensat
945 MMBbl
Truk LPG
9.336 Impor LPG
LNG
3.911 = Custody Transfer Point CTP
192
3.911
Rumah Tangga 520 92.9
Industri 40 7.1
Pupuk 618 22.0
Pembangkit Listrik 737 26,2
Distributor PGN 788 28,0
-Komersial -Industri
-RT -Listrik
Petro Kimia 93 3,3
Krakatau Steel 55 1,9
Industri Lain 520 18.5
2.810
Pipa Gas
Data 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Rata-rata Prosentase
Produksi Gas bumi 8.279
8.180 8.093
7.686 7.883 8.386
9.336 8.263
50,0
Pemakaian Domestik 3.522 3.563
3.716 3.505
3.769 4.233 4.509
3.831 23,2
Ekspor 4.746
4.615 4.377
4.183 4.114 4.153
4.827 4.431
26,8
Gas Pipa 352
492 443
620 642
806 915
610 13,8
LNG 4.393
4.126 3.934
3.563 3.473
3.347 3.911
3.821 86,2
559
3. Jumlah impor BBM
Realisasi impor BBM pada tahun 2011 mencapai 31,29 Juta KL, angka ini lebih tinggi dari jumlah target yang ditetapkan yaitu sebesar 30,06 Juta KL, dengan demikian capai kinerja
mencapai 95,9. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2010 juga masih lebih tinggi yaitu mengalami kenaikan sebesar 20. Ini menunjukkan bahwa konsumsi BBM di Indonesia relatif
masih tinggi sedangkan produksi BBM dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan akan BBM, sehingga ketergantungan terhadap impor BBM semakin lama semakin besar.
Tabel di bawah ini adalah perkembangan supply demand BBM di Indonesia selama 12 tahun terakhir.
P ROD UKS I IMP OR
TOTA L K ONS UMSI DA LA M
N EGE RI E KS POR
TOTA L 2 0 0 0
4 2 . 6 5 4 . 6 2 5 1 6 . 7 2 5 . 1 7 5
5 9 . 3 7 9 . 8 0 0 5 5 . 0 5 9 . 3 3 5
5 5 . 0 5 9 . 3 3 5 2 0 0 1
4 3 . 6 8 0 . 1 0 9 1 3 . 7 6 0 . 0 0 6
5 7 . 4 4 0 . 1 1 6 5 6 . 8 5 5 . 7 4 0
5 6 . 8 5 5 . 7 4 0 2 0 0 2
4 3 . 0 2 9 . 2 5 8 1 6 . 9 7 0 . 4 5 5
5 9 . 9 9 9 . 7 1 4 5 7 . 6 6 7 . 3 8 8
5 7 . 6 6 7 . 3 8 8 2 0 0 3
4 2 . 5 2 0 . 9 1 0 1 6 . 8 9 6 . 7 3 5
5 9 . 4 1 7 . 6 4 5 5 8 . 3 6 1 . 3 4 3
5 8 . 3 6 1 . 3 4 3 2 0 0 4
4 3 . 2 3 3 . 0 6 4 1 9 . 1 5 0 . 6 8 4
6 2 . 3 8 3 . 7 4 8 6 2 . 2 0 9 . 2 3 5
6 2 . 2 0 9 . 2 3 5 2 0 0 5
4 0 . 9 9 1 . 6 1 8 2 5 . 8 4 8 . 2 3 3
6 6 . 8 3 9 . 8 5 1 6 2 . 5 3 4 . 2 6 0
2 6 . 4 8 3 , 7 6 2 . 5 6 0 . 7 4 4
2 0 0 6 3 8 . 6 8 9 . 7 4 1
2 0 . 3 5 6 . 2 4 1 5 9 . 0 4 5 . 9 8 2
5 8 . 5 7 4 . 7 8 8 1 5 3 . 7 0 2 , 7
5 8 . 7 2 8 . 4 9 1 2 0 0 7
3 7 . 5 5 2 . 0 9 8 2 2 . 9 0 6 . 0 3 0
6 0 . 4 5 8 . 1 2 7 6 0 . 7 1 7 . 0 2 0
2 5 4 . 4 1 6 , 0 6 0 . 9 7 1 . 4 3 6
2 0 0 8 3 8 . 5 2 9 . 1 4 2
2 3 . 8 4 6 . 5 3 5 6 2 . 3 7 5 . 6 7 7
6 0 . 2 2 3 . 6 0 9 2 8 4 . 2 5 2 , 4
6 0 . 5 0 7 . 8 6 1 2 0 0 9
3 7 . 9 4 0 . 0 3 3 2 1 . 9 8 5 . 2 0 9
5 9 . 9 2 5 . 2 4 1 5 8 . 2 7 7 . 0 0 8
2 5 8 . 6 3 8 , 5 5 8 . 5 3 5 . 6 4 6
2 0 1 0 3 7 . 4 8 3 . 9 6 0
2 6 . 0 1 7 . 4 2 0 6 3 . 5 0 1 . 3 8 0
6 2 . 1 8 7 . 0 8 0 5 0 4 . 4 8 0 , 0
6 2 . 6 9 1 . 5 6 0 2 0 1 1
3 7 . 4 8 3 . 9 6 0 3 1 . 2 9 0 . 8 6 5
6 8 . 7 7 4 . 8 2 5 6 3 . 1 8 8 . 4 3 9
2 8 8 . 8 3 8 , 0 0 6 3 . 4 7 7 . 2 7 7
D ata U n a u d i t e d
T a b e l 5 . 5 9 S u p p l y De ma n d BB M I n d o n e s i a
T AHU N S UP PLY KL
DE MA ND KL
Gambar 5.57. Neraca Gas Bumi Tahun 2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
4. Jumlah impor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun karena spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri,
oleh karena itu untuk memenuhi kekurangan pasokan dalam negeri, dilakukan impor minyak yang sesuai spesifikasi kilang minyak di Indonesia.
Realisasi impor minyak mentah pada tahun 2011 ini mencapai 91,48 Juta Barel, realisasi ini lebih rendah dari capaian pada tahun 2010 yang sebesar 101,09 juta barel juta barel atau
mencapai 109,5. Hal ini menunjukkan bahwa sedikit demi sedikit ketergantungan terhadap impor minyak mentah mulai berkurang. Perkembangan impor minyak mentah secara rinci
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.60 Impor Minyak Bumi Berdasarkan Negara Asal
NEGARA 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
SAUDI ARABIA 41.339.170
37.879.588 39.370.973
41.104.335 37.492.581
37.778.523 44.050.541
35.485.274 THAILAND
4.929.038 26.697.782
16.242.111 -
7.514.801 11.453.001
10.344.698 -
MALAYSIA 8.980.884
11.194.281 12.295.808
13.436.675 12.898.109
17.006.829 24.451.592
1.155.327 VIETNAM
8.365.693 10.795.674
9.620.135 10.044.660
611.002 -
616.988 285.098
AUSTRALIA 6.287.874
9.574.905 7.180.910
8.759.629 6.421.267
4.142.384 -
- BRUNEI
3.674.660 8.715.524
- -
- -
- 7.748.804
NIGERIA 29.393.837
8.596.294 6.076.856
- -
- -
16.689.013 CHINA
10.594.779 7.317.693
19.221.220 23.046.601
24.039.812 12.835.025
7.644.040 LIBYA
3.646.681 6.821.381
- -
- -
- ALGERIA
8.068.368 5.164.111
5.661.452 5.087.133
1.746.944 650.537
- 4.686.907
PAPUA N GUINEA 3.134.773
4.986.874 -
1.000.534 1.588.075
- -
RWANDA 1.938.925
4.500.062 993.838
2.023.181 2.624.360
4.547.772 1.988.948
YAMAN 1.939.917
2.380.711 -
2.441.466 4.306.231
10.772.645 655.341
ANGOLA 2.943.342
2.004.092 -
- -
- -
IRAN 1.888.712
1.860.618 601.649
3.295.556 -
- -
AZERBAIJAN -
- 1.037.908
5.992.414 9.089.452
999.276 -
19.505.368 SUDAN
- -
- -
- -
- 567.538
IRAK -
- -
- -
- -
TURKEY 7.478.917
19.933.385 11.340.882
TOTAL VOLUME IMPOR 137.126.653 148.489.589 118.302.860 116.232.183 115.811.551 97.005.665 120.119.377 101.093.030
91.485.762
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tujuan VII : Terwujudnya Peningkatan Efek Berantai Ketenagakerjaan
Sektor ESDM berkontribusi secara nyata sebagai penggerak utama pembangunan melalui efek berantai Multiplier Effect. Disamping pembangunan daerah dan Pengembangan Masyarakat
Community Development, efek berantai tersebut dapat diidentifikasi dari kegiatan pembukaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah dan peningkatan kegiatan ekonomi.
Sektor ESDM memberikan dampak backward linkage dan forward linkage. Keberadaan industri ESDM membentuk backward linkage, yaitu terciptanya industri yang mendukung kegiatan
industri ESDM tersebut. Contoh dari industri tersebut antara lain industri material dan peralatan di Batam seperti pabrikasi pipa, platform, alat-alat berat dan lain-lain. Selain itu,
adanya industri ESDM juga menghidupkan forward linkage dimana industri lain seperti pabrik pupuk, petrokimia, dan industri lainnya tumbuh dan berkembang karena keberadaan dan
operasi industri ESDM. Kebutuhan sektor ESDM terhadap tenaga kerja terdidik dan trampil banyak sekali membuka
lapangan kerja, meskipun sifat dari industri ESDM adalah capital intensive atau memerlukan modal besar untuk beroperasi, bukan labour intensive atau memerlukan jumlah tenaga yang
banyak sekali untuk memulai operasi industrinya. Upaya peningkatan keterampilan sumber daya manusia sektor ESDM sangat didukung melalui kerjasama yang intensif antara
pemerintah dan industri. Salah satu upaya nyata adalah Peningkatan Kualitas SDM Nasional dalam Kegiatan Usaha
Migas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja migas tingkat terampil dan ahli dalam negeri yang memiliki kualifikasi dengan pengakuan nasional dan internasional, dalam
rangka menjawab isu-isu strategis bidang migas, seperti: peningkatan cadangan dan produksi migas nasional, pembangunanpeningkatan kapasitas sarana pengolahan, distribusi dan
transmisi migas, serta peningkatan jumlah dan kompetensi aparatur pusat maupun daerah di bidang pengelolaan dan pengawasan kegiatan usaha migas.
Berdasarkan data yang terkumpul, telah terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja langsung sebesar 167 dalam kurun waktu 3-4 tahun yaitu dari tahun 2005 sebesar 655 ribu tenaga kerja
menjadi 1,7 juta tenaga kerja pada tahun 2008. Angka ini belum termasuk tenaga kerja tidak langsung yang terlibat dalam kegiatan pendukung. Namun demikian, akibat dampak resesi
global, pada tahun 2009 diperkirakan terjadi sedikit penurunan penyerapan tenaga kerja langsung menjadi sekitar 1,6 juta tenaga kerja. Namun Dengan potensi yang sangat besar dan
perkembangan sektor ESDM, maka di tahun 2014 ditargetkan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 3,3 juta tenaga kerja atau meningkat lebih dari dua kali lipat jumlah tenaga
yang terserap tahun 2009.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
KESDM juga berupaya terus membina dan mengembangkan kegiatan usaha penunjang migas sebagai pilar pertumbuhan perekonomian nasional melalui langkah-langkah utama, yaitu,
keberpihakan kepada perusahaan nasional dengan memberikan preferensi, insentif, aliansi strategis kemitraan, serta proteksi; pengendalian impor barang operasi migas yang bertujuan
untuk pemberdayaan produksi dalam negeri, disamping untuk mendapatkan fasilitas bebas bea masuk dan pajak dalam rangka impor PDRI; penyusunan dan menerbitkan ADP Apreciation of
Domestic Product List, yang memuat perusahaanpabrikan yang sudah mampu memproduksi barang dan jasa dalam negeri sebagai acuan dalam pengadaan barang dan jasa di Kegiatan
Usaha Migas; mewajibkan minimum TKDN Tingkat Komponen Dalam Negeri dalam setiap pengadaan barang dan jasa dan penyiapan kebijakan untuk Perusahaan Migas Nasional yang
mendominasi pada industri migas. Dalam rangka mewujudkan peningkatan Efek Berantai Ketenagakerjaan ditetapkan 4 empat
sasaran sebagai berikut:
Sasaran 11. Terwujudnya Penyerapan Tenaga Kerja
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.61 Indikator Kinerja Sasaran 11
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM Orang
1.216.569 1.024.997 98,4
1. Jumlah tenaga kerja sub sektor
migas Orang
283.659 279.743
98.6
2. Jumlah tenaga kerja sub sektor
Ketenagalistrikan Orang
787.000 562,679
71.5
3. Jumlah tenaga kerja sub sektor
pertambangan umum Orang
145.910 182.575
125
Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja nasional yang berperan dalam berbagai kegiatan di sektor ESDM adalah sebanyak 1.024.997 orang atau 98,4 dari target yang telah ditetapkan sebanyak
1.216.569 orang. Jumlah tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja asing dan tenaga kerja nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
dari tiga sub sektor yaitu sub sektor migas, ketenaglistrikan dan pertambangan umum. Penjelasan rinci tentang capaian kinerja sasaran ini dijelaskan di bawah ini.
1. Jumlah tenaga kerja sub sektor migas
Realisasi penyerapan tenaga kerja pada sub sektor migas tahun 2011 adalah sebesar 279.743 orang dari 283.659 orang yang ditargetkan atau capaiannya sebesar 98,6. Dalam rangka menunjang
terwujudnya peningkatan efek berantai ketenagakerjaan, program yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 meliputi: program pembinaan dan pengawasan penggunaan TKA dan TKI di
subsektor migas yang bertujuan agar penggunaan TKA di subsektor migas dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam rangka alih teknologi kepada TKI. Hasil konsultasi teknis yang
dilaksanakan selama tahun 2011 adalah: a. Rekomendasi RPTKA :
Telah diproses sebanyak 389 rekomendasi RPTKA, yang terdiri dari: - Rekomendasi persetujuan sebanyak = 355 untuk 3211 posisi
- Rekomendasi penolakan sebanyak = 34 untuk 251 posisi. b. Rekomendasi IMTA :
Telah di proses sebanyak 1166 rekomendasi IMTA, yang terdiri dari : - Rekomendasi persetujuan IMTA = 1024 untuk 2424 Orang
- Rekomendasi penolakan IMTA = 142 untuk 251 Orang.
Berdasarkan hasil pemantauan, perbandingan jumlah tenaga kerja nasional TKN dan Tenaga Kerja Asing sub sektor migas sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, seperti table dan grafik
bawah ini
Tahun Jumlah Tenaga Kerja
TKN TKA
Jumlah
2007 2008
2009 2010
2011 290.379
286.770 275.908
291.455 276.532
2.018 2.105
3.088 4.270
3.211 292.497
288.368 278.996
295.725 279.743
Grafik 5.34. Tenaga Kerja Nasional dan Asing sub sektor migas ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Kekuatan tenaga kerja di Sub Sektor Migas per jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.63 Kekuatan Tenaga Kerja Sub Sektor Migas per Jenis Kegiatan
2. Jumlah tenaga kerja sub sektor ketenagalistrikan
Pada tahun 2011 ini, realisasi penyerapan tenaga kerja sub sector ketenagalistrikan adalah sebesar 562,679 orang atau sebesar 71,5 dari jumlah target yang ditetapkan sebanyak
787.000 orang. Jumlah tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja asing dan tenaga kerja nasional yang berasal dari 3 perusahaan pemberi kerja yaitu : PT PLN Persero; Listrik swasta dan
usaha jasa penunjang tenaga listrik. Secara rinci jumlah tenaga kerja pada tiap-tiap perusahaan tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.64 Tenaga Kerja Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010
No. PerusahaanPemberi Kerja
Jumlah orang
1. PT PLN Persero:
48,629
PT PLN Persero Holding 42,046
Anak perusahaan
6,583 2.
Listrik swastaIndependent Power Producer IPP 14,050
3. Usaha jasa penunjang tenaga listrik
500,000
Total 562,679
UNIT KERJA 2011
WNI TKA
Regulator 958
100 Kegiatan Hulu
27.416 1.137
4.15 Kegiatan Hilir
10.144 6
0.01 Jasa Penunjang
237.844 2.012
0.85 Kantor Perwakilan
145 56
38.62
Jumlah 276.532
3.211 1.44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
3. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Mineral dan Batubara
Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja pada subsektor pertambangan umum yang meliputi Mineral dan Batubara telah melakukan evaluasi terhadap tenaga kerja yang bekerja di
perusahaan PKP2B dan Kontrak Karya. Dari data statistik, tren penyerapan tenaga kerja terus meningkat, seperti terlihat pada grafik disamping.
Tabel 5.65 Perbandingan Tenaga Kerja Asing Dan Tenaga Kerja Lokal
Sub Sektor Mineral Batubara
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah tenaga kerja pada sub sector pertambangan umum pada
tahun 2011 ini meningkat sebesar 27 yaitu dari 144.084 orang di tahun 2010 menjadi 182.575
orang di tahun 2011.
Sasaran 12. Terwujudnya Pemberdayaan Nasional
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.66 Indikator Kinerja Sasaran 12
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Rasio tenaga kerja asing dengan
tenaga kerja nasional Rasio
100 : 1 100 : 1
100
Perusahaan 2009
2010 2011
TKI TKA
TKI TKA
TKI TKA
Kontrak Karya
23.742 412
25.546 436
48.019 929
PKP2B
17.200 207
17.888 212
133.248 379
Sub Kontraktor
89.567 375
99.633 369
Jumlah
130.509 994
143.067 1.017
181.267 1.308
131.503 144.084
182.575
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Persentase pemanfaatan barang dan
jasa dalam negeri pada usaha minyak dan gas bumi
55 51
92,7
3. Persentase Penggunaan Barang dan
Jasa Produksi dalam negeri dalam pembangunan sub sektor Mineral dan
Batubara 41
60 146
Terwujudnya pemberdayaan nasional dapat diukur melalui 3 indikator kinerja seperti yang tercantum pada tabel di atas, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rasio tenaga kerja asing dengan tenaga kerja nasional
Realisasi penggunaan tenaga asing dengan penggunaan tenaga kerja nasional di Sektor ESDM pada tahun 2009 sampai dengan 2011 ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.67 Rasio Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing
Sub Sector 2009
2010 2011
TKN TKA
TKN TKA
TKN TKA
Migas 275.908
3.088 291.455
4.270 276.532
3.211 Pertambangan Umum
130.509 994
143.067 1.017
181.267 1.308
Jumlah 406.417
4082 434.522
5.287 457.799
4.519 Rasio
100 1
80 1
100 1
Dari tabeL di atas, terlihat perbandingan pemakaian TKN dan TKA antara tahun 2009 sampai dengan 2011. Pada tahun 2009 penggunaan TKN terlihat jauh lebih banyak dibandingkan
dengan TKA dengan rasio 100 : 1. Pada tahun 2010, jumlah penggunaan TKN dan TKA meningkat, namun penggunaan TKA meningkat lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
TKN, sehingga rasio perbandingannya menjadi 80 :1. Kemudian pada tahun 2011 penggunaan TKN kembali meningkat dibandingkan dengan penggunaan TKA dengan rasio 100 : 1, demikian
pula dengan penyerapan TKN meningkat 5 dibanding tahun 2010.
2. Persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha minyak dan gas bumi
Dalam rangka peningkatan pengawasan dan pembinaan untuk pengadaan barang dan jasa barang operasi perminyakan di lingkungan industri perminyakan, dilakukan kegiatan
pengawasan pemanfaatan barang dan jasa teknologi dan rekayasa rancang bangun dalam negeri pada industri migas dan pengendalian dan pemantauan impor barang operasi
perminyakan yang mendukung aktivitas penilaian dan penandasahan Rencana Impor Barang Masterlist RIBMasterlist.
Selama tahun 2011 telah ditandasahkan Rencana Kebutuhan Barang Impor yang diajukan oleh
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Kontraktor KKS menjadi Rencana Impor Barang guna menunjang kegiatan operasi perminyakan sesuai dengan kebutuhan operasi sebesar € US 3,5 milyar, dengan status
barang sewa sebesar € US 2,27 milyar dan barang bukan sewa sebesar € US 1,24 milyar dengan rincian dalam bentuk barang jadi, sebesar € US 638,22 juta, dalam bentuk
Manufaktur Batam sebesar € US 470,53 juta, dan dalam Fabrikasi Dalam Negeri sebesar € US 127,28 juta. Selanjutnya, hasil dari kegiatan verifikasi RKBI yang dilakukan memberikan
intervensi berupa quota impor sebesar US 15,48 Juta. Nilai sebesar ini merupakan nilai dari barang impor yang dapat dicegah tidak disetujui dengan maksud agar dibelanjakan di dalam
negeri sesuai komitmen kontrak yang ada.
Tabel 5.68 Nilai Rencana Impor Barang Operasi Migas Dan Intervensi Verifikasi Rencana Kebutuhan
Barang Impor 2006-2011 URAIAN
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
NILAI RKBI Juta USD
1,847.47 3,119.00 1,922.00 4,733.72 3,420.95 5,781.38 3,732.40 Nilai RIB Juta
USD 1,394.02 2,689.00 2,068.00 3,379.82 2,536.30 4,742.29 3,503.78
Barang Impor 940.72 2,160.00 1,421.00 2,789.25 1,672.91 4,167.73 2,905.97
MFG BATAM Juta USD
239.22 425.00
499.00 474.52
750.70 474.74
470.53 FAB LOKAL Juta
USD 214.08
104.00 148.00
116.05 112.69
99.82 127.28
ADP Juta USD 156.99
631.00 652.89
754.29 619.54
2.26 11.65
Kuota Impor Juta USD
- -
- -
- 18.13
15,4
Berdasarkan data tersebut diatas, terlihat penurunan penggunaan barang operasi perminyakan yang pengadaannya berasal dari luar negeri, hal ini karena adanya penurunan impor barang
sewa KKKS, sedangkan industri dalam negeri yaitu untuk barang-barang yang dimanufaktur di Batam mengalami penurunan 0.8 dibandingkan tahun lalu dan fabrikasi di luar pulau Batam
mengalami peningkatan mencapai 27,5 dari tahun lalu. Hal ini disebabkan karena peningkatan pemanfaatan produk dalam negeri oleh KKKS. Tetapi secara keseluruhan terjadi
penurunan pemanfaatan penggunaan produk dalam negeri melalui mekanisme Rencana Impor barang dari 57 tahun lalu saat ini hanya 51 dari target 55. Dari hasil evaluasi, penurunan ini
diakibatkan : - KKKS tidak percaya terhadap kualitas produksi dalam negeri
- Persyaratan lelang dalam hal spesifikasi barang KKKS, dimana spesifikasi tersebut tidak Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
dapat dipenuhi oleh produsen dalam negeri antara lain ukuran, jenis dan delivery.
3. Penggunaan Barang dan Jasa Produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor Pertambangan Umum
Penggunaan produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor tidak bisa dilakukan sekaligus, namun perlu dilakukan upaya terus-menerus sejak sekarang agar target pencapaian
kandungan lokal secara maksimum dapat dicapai. Untuk menghasilkan produk yang tidak kalah bersaing baik dalam segi kompetensi, mutu, harga dan jangka waktu penyerahan
barangperalatan, maka dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi di bidang pertambangan.
Penggunaan barang dan jasa dalam negeri ditujukan untuk menekan biaya produksi dan menumbuhkan ekonomi lokal, Dengan meningkatkan pengunaan barang dan jasa dalam
negeri diharapkan industri pertambangan akan lebih banyak dapat menampung tenaga kerja. Salah satu cara yang dilakukan dalam meningkatkan pemanfaatan barang dan jasa dalam
negeri, Ditjen Minerba menghimbau agar instansi terkait yang membawahi langsung pembinaan industri produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam upaya
peningkatan volume dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok kedalam industri pertambangan di Indonesia.
Di bawah ini adalah tabel pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri di subsektor mineral dan batubara.
Grafik 5.35. Rencana kebutuhan barang impor
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
Nilai RIB Juta USD Barang Impor
MFG BATAM Juta USD FAB LOKAL Juta USD
ADP Juta USD Kuota Impor Juta USD
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tabel 5.69 Tabel Pemanfaatan Barang dan Jasa Dalam Negeri
Jumlah penggunaan produk dalam negeri yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sub sektor mineral dan batubara telah mencapai 60. Hal ini menunjukkan bahwa kwalitas produksi
dalam negeri tidak kalah baik dari barang impor, selain itu juga menunjukkan kepedulian usaha industri untuk lebih menggunakan produk dalam negeri. Capaian kinerja pada tahun ini adalah
sebesar 146, yaitu dari target sebesar 41 dapat direalisasikan sebesar 60. Perlu dijelaskan bahwa kebijakan penggunaan kandungan lokal bukan sebatas penggunaan sumber
daya manusia atau barang lokal, namun harus lebih luas dan besar. Maksudnya produsen dan pasarnya harus dibawa ke Indonesia, sehingga multiplayer effect benar-benar dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia . Hal ini telah diamanatkan dalam UU No. 4 Tahun 2009 pasal 106 yang secara tegas menyebutkan bahwa perusahaan tambang harus mengutamakan
tenaga kerja, barang dan jasa dalam negeri.
Sasaran 13.Peningkatan Nilai Tambah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.70 Indikator Kinerja Sasaran 13
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Persentase peningkatan kemampuan
nasional dalam merancang dan merakit instalasi peralatan migas
65 65
100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Sektor ESDM berkontribusi secara nyata sebagai penggerak utama pembangunan melalui efek berantai Multiplier Effect. Disamping pembangunan daerah dan Pengembangan Masyarakat
Community Development, efek berantai tersebut dapat diidentifikasi dari kegiatan pembukaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah dan peningkatan kegiatan ekonomi.
Dalam rangka memberi peningkatan nilai tambah terhadap kemampuan nasional Sektor ESDM melakukan pengembangan teknologi dalam bidang rekayasa perancangan dan perakitan
instalasi peralatan migas. Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas, bahwa untuk tahun 2010 target kinerja yang ditetapkan dapat dicapai seluruhnya atau 100.
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM berhasil merealisasikan 1 buah paten di bidang minyak dan gas bumi yaitu Metode Formulasi Inhibitor Korosi dari Limbah
Industri Kelapa Sawit, dan 6 buah pilot plant yaitu: Pembuatan Surfaktan untuk Aplikasi Pendesakan Minyak dengan Injeksi Kimia Lanjutan; Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering
untuk Peningkatan Perolehan Minyak; Studi Pengembangan Formula Pelumas Industri; Percontohan Tabung ANG untuk Rumah Tangga; Pengembangan Teknologi Ultrasonography
Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas; dan Rancang Bangun Adsorben Komponen Korosif Gas Bumi.
Beberapa buah pilot plant dibidang migas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Teknologi Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas
Tujuan kegiatan adalah menentukan desain dan prototype peralatan well inspection berbasis teknologi Ultrasonography.
Pada penelitian tahap I ini sistem yang telah berhasil direkayasa adalah bagian dari sistem yang lebih lengkap dengan range jarak efektif 6 cm ke dinding, temperatur sensor yang sudah
diuji adalah 30 – 150 degC, dan untuk kemampuan tekanan yang diijinkan terhadap sensor masih tekanan atmosfer.
Subsistem
ini telah
menunjukkan bahwa
pantulan dinding sumur dapat dideteksi
dan dikonversi
menjadi data digital. Setelah itu pantulan harus diusahakan
agar tidak hanya pada satu titik tetapi dapat dibuat pada
ratusan bahkan ribuan titik pixel yang mewakili dinding
sumur.
Untuk pantulan
vertikal harus dengan sensor
Gambar 5.58. Diagram rencana pengembangan alat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
dengan frekuensi yang lebih tinggi dan kemampuan jarak lebih jauh. Sensor yang ada dimensinya masih terlalu besar sehingga belum memenuhi syarat untuk skala lapangan
.Untuk pemilihan bahan sampai tahun -1 ini masih pada bahan tahan karat stainless steel.
Dengan penguasaan teknologi Ultrasonography ini di harapkan akan memecahkan salah satu masalah penurunan produksi migas nasional dan memberikan manfaat bagi pemerintah
untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan pengembangan SDM di bidang Migas.
2. Rekayasa Instrumentasi Geofisika
Pada tahun pertama Rekayasa Instrumentasi Geofisika log NMR telah berhasil menyelesaikan prototipe alat yang dapat dipakai untuk logging NMR di sumur tiruan.
Prototipe terdiri dari sensor dan alat-alat pendukungnya yang cukup banyak. Prototipe sudah berfungsi pada skala laboratorium dan skala sumur tiruan terbukti dengan telah dapat
direkamnya longitudinal polarization time T1 dan transversal. Pencapaian ini masih perlu penyempurnaan lagi agar alat dapat dipakai untuk melakukan logging di sumur migas yang
sebenarnya. Kegiatan rekayasa telah mampu berinteraksi dengan partikel elementer yang sangat kecil yakni proton yang ukurannya jauh lebih kecil dari pada atom dan menampilkan
perilaku gerakan mekanik yang terjadi akibat interaksi itu. Pengujian di sumur migas masih terkendala oleh masalah mekanik yang penyelesaiannya tidak dapat dalam waktu singkat.
Masalah tersebut di antaranya adalah belum cocoknya sambungan kabel logging dengan kabel yang menerima sinyal dari sensor, diameter NMR probe yang dirancang untuk sumur
migas sehingga tidak cocok untuk sumur CBM yang ukurannya lebih kecil. Penyelesaiannya adalah dengan membubut
lagi “tube” sambungan kabel atau memesan tube
tersebut dari luar negeri import.
Kegiatan yang dilakukan adalah melanjutkan proses
dewatering pada kelima sumur uji CBM untuk
dapat memproduksikan
gas metana; melakukan optimasi
produksi dan
kinerja pompa;
pengukuran terhadap kualitas air yang terproduksi terutama kandungan unsur logam beratnya dan salinitas airnya; memanfaatkan gas terproduksi untuk dapat menghasilkan listrik dengan
melakukan pemasangan kompresor, genset, dan panel instalasi listrik.
Grafik 5.36. Hasil pengukuran T1 dan T2 secara digital di sumur tiruan pada 120 kedalaman yang berbeda. Level kedalaman a, b, c, d dan e
diambil sebagai contoh uji
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pelaksanaan pemasangan dan dewatering dengan pompa Progressing Cavity Pump PCP telah selesai dilakukan dan gas metana batubara telah mulai berproduksi kembali sumur CBM 3 dan
4 akan tetapi sumur CBM 5 belum ada tanda-tanda gas akan keluar. Tidak lamanya umur elastomer pompa disebabkan karena runtuhan karat pada tubing dan
kontaminasi dengan gas metana dalam jumlah banyak. Air yang dihasilkan pada kegiatan dewatering di masing-masing sumur berkisar antara 8 – 10 bblhari.
Setelah dilakukan kerja ulang, gas mulai keluar kembali pada sumur CBM 3 setelah 17 hari dewatering sekitar 0.176 MScfhari dan sumur CBM 4 setelah 10 hari dewatering dengan
produksi gasnya baru mencapai 0.194 Mscfhari, dimana produksi sebelumnya bisa mencapai 10 MScfhari.
Pemanfaatan gas untuk kelistrikan sudah dilakukan di sumur CBM 3 dan 4 dengan memasang generator berkapasitas 12 KVA dan listrik yang dihasilkan sementara ini dipergunakan untuk
penerangan lokasi. Air hasil dewatering dari kelima sumur CBM dikatagorikan kedalam jenis tawar hampir payau, dengan kandungan cloride Cl
-
berkisar 400 - 1200 ppm. Hasil analisa kimia unsur-unsur logam berat yang terkandung di dalam air CBM dapat dikatakan bahwa
kandungan unsur logam berat masih di bawah ambang batas yang dipersyaratkan dalam PP No 85 tahun 1999 dari Menteri Lingkungan Hidup.
Gambar 5.59. CBM 4 dan Hasil Produksi Gasnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
3. Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering untuk Peningkatan Perolehan Minyak;
Tujuan kegiatan adalah untuk mendapatkan data IFT Inter Facial Tension pepfactant dengan minyak bumi, mengetahui apa yang berperan menentukan nilai IFT, dan mendapatkan
masukan untuk perancangan peptida surfaktan baru dengan kemampuan unggul
IFT,stabilitas, dll untuk peningkatan perolehan minyak bumi hingga 70.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh 10 sintesis peptida, karakterisasi kemurnian dan
struktur sekunder peptida pada 10 kondisi. Dan karakteristik stabilitas suhu pada 5 kondisi dan
karakteristik integritas peptida terhadap perbedaan
konsentrasi dan pemotongan prolease pada 2 kondisi.
Sasaran 14. Peningkatan industri jasa backward linkage dan industri yang berbahan
baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk forward linkage
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.71 Indikator Kinerja Sasaran 14
No.
Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Peningkatan industri jasa penunjang Jumlah industri jasa penunjang Migas
Perusahaan 950
1239 97.5
Jumlah industri jasa penunjang ketenagalistrikan
Perusahaan 680
624 96
Jumlah industri jasa penunjang mineral dan batubara
Perusahaan 650
670 103
2.
Terpenuhinya bahan baku industri pupuk Persentase pemenuhan bahan baku
industri pupuk
100 92.2
92.2
Gambar 5.60. Alat Analisis CBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Grafik 5.37. Jumlah Surat Keterangan Terdaftar Migas Tahun 2011
1. Peningkatan industri jasa penunjang
Salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi adalah adanya usaha penunjang minyak dan gas bumi. Usaha penunjang migas berperan penting dalam berbagai
kegiatan usaha minyak dan gas bumi dari sektor hulu hingga hilir. Dengan demikian keberadaannya sangat penting bagi berbagai pihak yang terkait, termasuk investor pada sub
sektor minyak dan gas bumi.
Besarnya tingkat kebutuhan usaha penunjang migas nasional diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memberikan efek berantai multiplier effect bagi kegiatan
perekonomian dalam negeri.
Hal tersebut tentunya memerlukan pengelolaan dan pembinaan terhadap badan usaha penunjang migas secara transparan, terbuka dan adil dengan lebih berpihak pada usaha jasa
penunjang migas dalam negeri yang secara teknis memenuhi persyaratan modal, kompetensi dan kualifikasi. sehingga dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna dan penyedia
barang dan jasa dalam hak dan kewajiban.
Bentuk pembinaan usaha penunjang migas yang dilakukan oleh Ditjen Migas adalah dengan surat keterangan terdaftar yang diberikan kepada badan usaha penunjang migas yang kompeten
dan berkualifikasi serta memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis.
Jumlah industri jasa penunjang mineral dan batubara
Usaha Jasa Pertambangan adalah jenis usaha yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan danatau bagian kegiatan usaha pertambangan. Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan
bertujuan untuk: a menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
pertambangan; b mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa pertambangan darn meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c
mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal dalam usaha pertambangan melalui usaha jasa pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi riil. Usaha jasa pertambangan dikelompokkan menjadi :
1. Usaha Jasa Pertambangan, yaitu usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan danatau bagian kegiatan usaha pertambangan
2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti, yaitu usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan meliputi:
bidang-bidang di luar usaha jasa pertambangan Ijin yang dikeluarkan untuk usaha jasa ada dua bentuk yaitu Ijin Usaha Jasa Pertambangan
IUJP untuk usaha jasa pertambangan; dan Surat Keterangan Terdaftar SKT untuk usaha jasa pertambangn non inti. Dari permohonan yang dievaluasi pasca terbit Peraturan Menteri
ESDM Nomor 28 Tahun 2009 sekitar 62 merupakan IUJP dan sebesar 38 merupakan SKT. Persentase Bidang Perusahaan Jasa yang masuk pasca terbit Peraturan Menteri ESDM Nomor
28 Tahun 2009, sebagai berikut : -
Tertinggi adalah bidang penambangan pengangkutan 35 -
Terendah adalah bidang pengolahan dan pemurnian 1 -
Lain – lain: konstruksi 24 ; penyelidikan umum, explorasi studi kelayakan 20 ; lingkungan pertambangan, pascatambang reklamasi 12 ; dan keselamatan
kesehatan Kerja 7 . Jumlah industri jasa penunjang sub sektor mineral dan batubara tahun 2011 ini melampaui
batas dari target yang telah ditetapkan yaitu dari 650 perusahaan industri jasa yang ditargetkan, realisasinya adalah sebnayak 670 perusahaan industri jasa, atau capaian kinerja
adalah sebesar 103.
2. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk
Isu yang penting dalam rencana pengembangan pabrik pupuk adalah jaminan ketersediaan dan kontinuitas pasokan bahan baku dalam periode yang panjang. Bahan baku pabrik pupuk urea
yang paling efisien selama ini adalah gas bumi. Sebagai alternatif pertama bahan baku diupayakan akan menggunakan gas bumi dengan jaminan pasokan paling tidak selama 20
tahun. Untuk itu perlu diadakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam mengupayakan sumber-sumber gas yang diprioritaskan sebagai bahan baku pupuk.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pemanfaatan gas bumi sangat tergantung pada tersedianya infrastruktur gas bumi yang dapat digunakan untuk mengalirkan gas bumi dari lapangan kepada konsumen gas bumi atau yang
menghubungkan sumber-sumber gas bumi dengan pasar konsumen. Sejauh ini perkembangan jaringan pipa gas di Indonesia bersifat piecemeal, suatu jalur pipa baru dibangun apabila terjadi
transaksi pengiriman gas ke konsumen besar, yang kemudian diikuti oleh terbentuknya pasar di daerah yang dilewati jalur pipa.
Untuk pemanfaatan gas bumi Indonesia yang optimal dibutuhkan suatu jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi yang terpadu yang menghubungkan multi produsen dan multi konsumen.
Namun, untuk membangun jaringan pipa gas terpadu tersebut diperlukan dana yang sangat besar, sedangkan dana yang dimiliki Pemerintah sangat terbatas. Karena itu Pemerintah
mendorong pemanfaatan gas bumi pada mulut tambang, dalam hal ini industri yang merupakan konsumen gas bumi dibangun disekitar lokasi cadangan gas bumi. Pembangunan industri dekat
dengan sumber gas bumi akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk mengalirkan gas bumi, sehingga dapat menekan harga
gas bumi yang harus dibeli oleh konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik pupuk adalah sebagai berikut:
a. Umur pabrik yang tua sudah di atas 30 tahun, dimana pada saat ini pemakaian gas
buminya 25 lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik yang menggunakan teknologi baru yang hemat energi.
b. Penggantian peralatan dalam jumlah besar akan menyebabkan membesarnya biaya
investasi dan operasional; peralatan yang tidak diganti, memiliki potensi yang besar terjadi kerusakan secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan turunnya on stream days
yang meningkatkan biaya pemeliharaan dan menurunkan keandalan pabrik. c.
Suku cadang peralatan sulit diperoleh di pasaran dan jika bisa dipenuhi oleh vendor maka harganya akan sangat mahal.
d. Sebagian besar pabrik pupuk yang menggunakan bahan baku gas bumi belum
mendapatkan alokasi jumlah gas yang cukup dalam jangka panjang. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan gas untuk industri pupuk, Pemerintah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk, dimana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diinstruksikan untuk memprioritaskan alokasi pemenuhan
kebutuhan gas bumi untuk bahan baku dan energi industri pupuk. Revitalisasi tersebut diprioritaskan terhadap pabrik yang sudah berumur di atas 25 tahun dan menggunakan energi €
30 MMBTUton Urea. Revitalisasi tersebut meliputi penggantian 5 lima pabrik pupuk yang sudah berusia tua yaitu pabrik Pupuk Sriwidjaja Pusri II, III dan IV, pabrik Pupuk Kalimantan
Timur PKT 1 dan pabrik Pupuk Kujang Cikampek PKC 1A, serta pembangunan 1 satu pabrik urea ammonia baru Petrokimia Gresik PKG II PT.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Status pasokan gas untuk pabrik pupuk baik yang eksisting maupun untuk rencana revitalisasi pabrik pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pupuk Sriwidjaja − Pabrik Pusri IB, III dan IV yang kontrak gasnya berakhir pada tahun 2012 akan dialokasikan
gas dari Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD dan dari Pertagas sebesar 14 MMSCFD selama 5 tahun sampai dengan 2017.
− Revitalisasi Pusri IIB dibutuhkan gas sebesar 63 MMSCFD 45 MMSCFD berasal dari pengalihan gas Pusri II mulai tahun 2015 dan dilakukannya konversi bahan bakar gas
dengan batubara sebesar 18 MMSCFD. − Revitalisasi Pusri IIIB dan IVB gabungan menjadi Pusri IIIB kebutuhan gasnya sebesar 70
MMSCFD, Pusri mengharapkan sumber gasnya berasal dari lapangan-lapangan gas di Sumatera bagian Selatan atau melalui gasifikasi batubara di Tanjung Api Api.
b. Pupuk Kujang Cikampek − Pasokan gas untuk PKC IB yang dipasok dari Pertamina EP dimana kontraknya berakhir
tahun 2011, sudah ada PJBG antara PKC dan Pertamina EP untuk pasokan gas sebesar 39 MMSCFD mulai tahun 2012-2016. Sedangkan PHE ONJW sebesar 57MMCSFD
− Untuk revitalisasi PKC IC sebagai pengganti PKC 1A, dimana berdasarkan rapat yang telah dilakukan antara Ditjen Migas, Ditjen Industri Kimia Dasar, BPMIGAS, PT Pertamina EP dan
PKC pada tanggal 28 Juli 2011, dianjurkan kepada PKC untuk dapat melakukan pendekatan langsung kepada Pertamina EP Cepu PEPC sebagai operator Lapangan Jambaran-Tiung
Biru, terhadap kemungkinan pengembangan lapangan gas lain di sekitar Blok Cepu dan upside potential dari lapangan Kedung Keris dan Alas Tua
c. Pupuk Kalimantan Timur − Telah ditandatanganinya Natural Gas Sale and Purchase Agreement NGSPA antara PKT
dengan Pearl Oil dan KKKS Blok Mahakam pada tanggal 20 Juni 2011 untuk volume gas sebesar 84.800 MMBTUhari € 80 MMSCFD selama 10 tahun mulai tahun 2012 sampai
dengan tahun 2021. − Pasokan gas untuk PKT-1 5 sebesar 84.800 MMBTUhari, dimulai tanggal 1 Januari 2012
sampai dengan 31 Desember 2021 untuk PKT-1 sampai dengan Desember 2013 dan PKT-5 mulai Januari 2014 sampai dengan Desember 2021.
− Alokasi pasokan gas dari 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 dipasok oleh KKKS Mahakam, sedangkan mulai 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2021 dipasok oleh
KKKS Sebuku. KKKS Sebuku mengalami decline period mulai tahun 2017.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
d. Petrokimia Gresik Telah ditandatanganinya Memorandum of Agreement MoA antara PKG dengan Mobil Cepu
Ltd. untuk pabrik PKG II dengan volume gas sebesar 85 MMSCFD, dimana saat ini masih dilakukan pembahasan untuk perpanjangan masa berlaku MoA tersebut.
e. Pupuk Iskandar Muda − Pasokan gas untuk PIM tahun 2011 dialokasikan setara dengan 7 kargo LNG sampai dengan
21 Desember 2011, dimana 3 kargo dari ExxonMobil Oil Indonesia EMOI dan sebanyak 4 kargo dipasok dari Bontang melalui mekanisme Cargo Loading Agreement CLA.
− Pada tanggal 15 Desember 2011 telah dilakukan rapat pembahasan pasokan gas untuk PIM tahun 2012, dimana alokasi gas untuk tahun 2012 adalah 8 kargo 7 kargo berasal dari
Bontang dan 1 kargo dari ExxonMobil Oil indonesia EMOI. − Dikarenakan pasokan gas untuk PIM tahun 2011 akan habis per tanggal 21 Desember 2011,
maka 1 kargo pada butir b ditarik ke Desember 2011 dan akan dipasok oleh Mahakam PSC. − Mengingat bahwa PIM adalah BUMN yang mendapat penugasan untuk memasok pupuk
urea bersubsidi bagi petani di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan dan Riau Kepulauan, maka Pemerintah memutuskan bahwa harga gas tersebut pada butir c
disesuaikan dengan harga 2 kargo terakhir untuk PIM yaitu US 8MMBTU.
5.4. Capaian Kinerja Sasaran Penunjang
Selain sasaran-sasaran utama yang telah dikemukakan di atas, Kementerian ESDM juga mempunyai sasaran penunjang yang tidak kalah pentingnya dengan sasaran utama dalam
rangka mewujudkan tujuan serta visi misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010 dan 2014. Sasaran-sasaran penunjang
tersebut adalah sebagai berikut :
Sasaran 1 :
Terwujudnya pengaturan pengawasan penyediaan dan pendistribusian bahan bakar minyak dan pengangkutan gas bumi melalui pipa yang
optimal.
Dalam rangka mewujudkan pengaturan dan pengawasan penyediaan dan pendistribusian bahan bakar minyak dan pengangkutan gas bumi melalui pipa yang optimal, Kementerian ESDM
menetapkan indikator kinerja seperti tersebut ada tabel diatas. Adapun Pengaturan Dan Pengawasan Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa dilaksanakan oleh Badan Pengatur Hilir Migas BPH Migas yang dibentuk berdasarkan UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Nomor : 67 Tahun 2002, tugas pokok Badan Pengatur adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan pengangkutan Gas Bumi melalui
pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi BBM yang ditetapkan Pemerintah dapat terjamin di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan
pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri. Fungsi BPH Migas adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendsitribusian bahan bakar minyak dan pengangkutan
gas bumi melalui pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi bahan bakar minyak yang ditetapkan pemerintah dapat terjamin di seluruh wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia NKRI serta meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 21 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Jumlah Badan Usaha yang mendaftarkan
Nomor Registrasi Usaha NRU dari BPH Migas
Badan Usaha 10
13 130
2. Jumlah pengawasan Badan Usaha Niaga
Umum dan terbatas pemegang izin usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Non
PSO Badan Usaha
54 64
119
3. Jumlah pengawasan terhadap penugasan
Badan Usaha untuk penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu BBM
Subsidi Pengawasan
8 11
230
4. Jumlah Pengelolaan Sistem Informasi
Direktorat BBM dalam rangka pengawasan penyediaan dan
pendistribusian BBM Sistem Informasi
IT 4
5 125
5. Jumlah rekomendasipertimbangan untuk
penetapan kebijakanpenugasan Rekomendasi
Pertimbangan Penetapan
4 3
75
6. Jumlah rancangan peraturanjuklak
juknis untuk penyediaan dan pendistribusian BBM Nasional
RancanganJuklak dan Juknis
6 3
50
Tabel 5.72 Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
7. Jumlah daerah yang telah
mengembangkan sistem pengawasan pendistribusian tertutup jenis BBM tertentu
secara bertahap Provinsi
8
8. Jumlah pemberian Hak Khusus pada
kegiatan usaha Gas Bumi melalui Pipa Ruas Transmisi
Pipa Dedicated hilir 4
7 5
15 182
9. Jumlah Badan Usaha yang telah
melakukan penetapan pengaturan akses Access Arrangement pengangkutan gas
bumi melalui pipa Badan Usaha
4 2
50
10. Jumlah penetapan akun pengaturan
Badan Usaha Peraturan
1 1
100 11.
Jumlah penetapan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
4 Badan Usaha 4
2 50
12. Jumlah penetapan harga gas bumi untuk
Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil Badan Usaha
6 4
67 13.
Jumlah Pembangunan Ruas Transmisi Gas Bumi
Badan Usaha 2
2 100
14. Jumlah Pembangunan Pipa Dedicated
Hilir Badan Usaha
5 2
40 15.
Jumlah Pembangunan Jaringan Pipa Gas Kota
Badan Usaha 4
4 100
16. Jumlah Volume Gas Bumi yang
diniagakan Melalui Pipa MMSCF
680.229,4 679.580,7
99,9 17.
Jumlah Volume Gas Bumi yang diangkut Melalui Pipa
Juta MBTU 103.842,9
108.695,5 104,7
18. Jumlah laporan pertanggungjawaban
administrative Laporan
10 10
100 19.
Jumlah regulasi yang disusun Regulasi
2 2
100 20.
Jumlah sarana dan prasarana yang memenuhi standar
Paket 1
1 100
21. Jumlah penarikan iuran dari Badan Usaha
Milyar 436
783 180
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Uraianpenjelasan singkat tentang capaian indikator kinerja pada tabel di atas, adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Badan Usaha yang mendaftarkan Nomor Registrasi Usaha NRU dari BPH Migas
Setiap Badan Usaha yang akan melakukan kegiatan di bidang usaha hilir harus mengajukan Nomor Registrasi Usaha NRU kepada BPH Migas sesuai dengan Peraturan BPH Migas No.
08PBPH MigasX2005 tanggal 10 Oktober 2005 tentang Kewajiban Pendaftaran Bagi Badan Usaha yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Bahan Bakar Minyak.
Sampai dengan bulan Desember tahun 2011, jumlah Izin Usaha Bidang Hilir Minyak Bumi yang telah diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sekitar 414 Izin
usaha, terdiri dari : -
8 Izin Usaha Pengolahan; -
10 Izin Usaha Pengolahan Sementara; -
55 Izin Usaha Niaga Umum; -
93 Izin Usaha Niaga Terbatas; -
225 Izin Usaha Pengangkutan; -
23 Izin Usaha Penyimpanan. Dari jumlah tersebut diatas, Badan Usaha yang telah mengajukan dan memperoleh Nomor
Registrasi Usaha NRU sebanyak 103 Badan Usaha. Pada tahun 2011 ini, telah diterbitkan 13 buah NRU bagi Badan Usaha yang telah
mengajukan NRU, jumlah ini melampaui jumlah target yang ditetapkan yaitu sebanyak 10 NRU, dengan demikian capaian kinerja untuk indikator ini adalah 130. 13 NRU yang telah
terbit pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1.
PT Humpuss Intermoda Transportasi, Tbk NRU Izin Usaha Pengangkutan
2. PT Gresik Distribution Terminal
NRU Izin Usaha Penyimpanan 3.
PT Buma Niaga Perkasa NRU Izin Usaha Niaga Umum
4. PT Dovechem Maspion Terminal
NRU Izin Usaha Penyimpanan 5.
PT Mandiri Berkah Energi NRU Izin Usaha Niaga Terbatas
6. PT Odessey Shipping Lines
NRU Izin Usaha Pengangkutan 7.
PT Patra Buana Putra NRU Izin Usaha Niaga Terbatas
8. PT Permata Buana Putra
NRU Izin Usaha Pengangkutan 9.
PT Anugrah Aldhi Persada NRU Izin Usaha Niaga Terbatas
10. PT Adhimix Precast Indonesia
NRU Izin Usaha Niaga Terbatas 11.
PT Surya Parna Niaga NRU Izin Usaha Niaga Umum
12. PT Cosmic Pekanbaru
NRU Izin Usaha Niaga Umum 13.
PT Green Gold Alam Indonesia NRU Izin Usaha Niaga Terbatas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Jumlah pengawasan Badan Usaha Niaga Umum dan terbatas pemegang izin usaha
penyediaan dan pendistribusian BBM Non PSO
BPH Migas memiliki tugas melakukan pengaturan dan pengawasan ketersediaan dan pendistribusian BBM di seluruh wilayah NKRI. Kegiatan pengawasan yang dilakukan meliputi
pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian BBM yang dilakukan oleh Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum dan Izin Usaha Niaga Terbatas. Pada tahun 2011,
Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum dan Izin Usaha Niaga Terbatas mentargetkan pengawasan kepada 54 Badan Usaha, namun kegiatan pengawasan yang
berhasil dilaksanakan adalah sebanyak 64 Badan Usaha, atau capaian kinerja sebesar 119. Selain itu, BPH Migas telah melakukan monitoring dan pengawasan terhadap kegiatan
penyediaan dan pendistribusian BBM Non-PSO terhadap 103 seratus tiga Badan Usaha. Realisasi penjualan BBM Non-PSO Januari-September tahun 2011 mencapai 21,02 juta KL,
atau rata-rata sebesar 2,34 juta KLBulan. Hampir sebanyak 73,45 penyediaan dan pendistribusian BBM Non-PSO dilakukan oleh PT PERTAMINA, sedangkan sisanya dilakukan
oleh Badan-Badan Usaha lainnya, dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 5.73 Realisasi Penjualan BBM Non PSO
Nama Badan Usaha Realisasi Penjualan BBM Non
PSO tahun 2011 Januari- September
Rata-Rata Realisasi Penjualan BBM Non PSO
Perbulan Juta Kilo Liter
Juta Kilo LiterBulan
PT Pertamina 15,44
73,45 1,72
Badan Usaha – Badan Usaha Lain
5,58 24,06
0,62
Total BBM Non PSO 21,02
100 2,34
3. Jumlah pengawasan terhadap penugasan Badan Usaha untuk penyediaan dan
pendistribusian Jenis BBM Tertentu BBM Subsidi.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan BBM bersubsidi, BPH Migas melakukan pengawasan terhadap Badan Usaha yang ditugaskan untuk penyediaan dan
pendistribusian jenis BBM bersubsidi Indonesia Bensin Premium, Minyak Tanah, dan Minyak Solar. Badan Usaha tersebut adalah PT Pertamina, PT AKR Corporindo Tbk, dan PT
Petronas Niaga. Realisasi kegiatan pengawasan yang telah dilakukan selama tahun 2011 berjumlah 11 jenis
pengawasan dari 5 jenis pengawasan yang ditargetkan, hal ini merupakan sebuah prestasi, dimana terlihat kegigihan BPH Migas dalam hal penyediaan dan pendistribusian BBM bagi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
mastayakat. 11 jenis pengawasan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.
Pengawasan kegiatan
penyediaan dan
pendistribusian Jenis
BBM Tertentu
BersubsidiPSO,
2.
Monitoring dan evaluasi pendistribusian sistem tertutup Jenis BBM Tertentu BBM Bersubsidi dengan alat kendali di Kepulauan Riau Pulau Bintan, Pulau Batam dan Pulau
Bangka-Belitung,
3.
Monitoring penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu pada Hari Besar Nasional,
4.
Monitoring penerimaan dan pengeluaran Jenis BBM Tertentu di setiap rantai pasok untuk mengantisipasi kelangkaan,
5.
Pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk transportasi laut,
6.
Pengawasan penyaluran JBT di APMS dalam rangka pengamanan kebijakan satu harga,
7.
Pengawasan dan evaluasi penyaluran Jenis BBM Tertentu Bersubsidi di wilayah perbatasan,
8.
Monitoring ketahanan stok dalam rangka menjaga ketersediaan BBM,
9.
Monitoring penyediaan BBM dari produk kilang dalam negeri,
10.
Pengawasan operasional pendistribusian BBM Berusbidi Badan Usaha P3JBT,
11.
Monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan pengawasan sistem pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu Bersubsidi untuk transportasi laut.
Hasil pengawasan: PT Pertamina masih memegang peran terbesar dengan kuota sebesar 99,69 dari total
kuota nasional APBN-P tahun 2011 sebesar 40,494 juta KL. Kuota volume Jenis BBM Tertentu sesuai dengan APBN-P Tahun 2011 dan Realisasi
penjualan Jenis BBM Tertentu Periode Januari s.d Desember Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.74 Kuota BBM Tertentu Jenis BBM
Tertentu Volume Berdasarkan
Kuota APBNP-2011 Realisasi Tahun 2011
Januari – Desember
Juta KL Rata-Rata
Juta KLBulan Juta KL
Rata-Rata Juta KLBulan
Premium 24,539
2,045 25,527
2,127 Minyak Tanah
1,800 0,150
1,696 0,141
Minyak Solar 14,155
1,180 14,563
1,213 Total
40,494 3,375
41,786 4,481
Keterangan : -
Realisasi sd Desember 2011 PT Pertamina Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011 realisasi MySAP -
Realisasi sd Desember 2011 Badan Usaha Pendamping Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011 Prognosa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011