mastayakat. 11 jenis pengawasan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.
Pengawasan kegiatan
penyediaan dan
pendistribusian Jenis
BBM Tertentu
BersubsidiPSO,
2.
Monitoring dan evaluasi pendistribusian sistem tertutup Jenis BBM Tertentu BBM Bersubsidi dengan alat kendali di Kepulauan Riau Pulau Bintan, Pulau Batam dan Pulau
Bangka-Belitung,
3.
Monitoring penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu pada Hari Besar Nasional,
4.
Monitoring penerimaan dan pengeluaran Jenis BBM Tertentu di setiap rantai pasok untuk mengantisipasi kelangkaan,
5.
Pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk transportasi laut,
6.
Pengawasan penyaluran JBT di APMS dalam rangka pengamanan kebijakan satu harga,
7.
Pengawasan dan evaluasi penyaluran Jenis BBM Tertentu Bersubsidi di wilayah perbatasan,
8.
Monitoring ketahanan stok dalam rangka menjaga ketersediaan BBM,
9.
Monitoring penyediaan BBM dari produk kilang dalam negeri,
10.
Pengawasan operasional pendistribusian BBM Berusbidi Badan Usaha P3JBT,
11.
Monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan pengawasan sistem pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu Bersubsidi untuk transportasi laut.
Hasil pengawasan: PT Pertamina masih memegang peran terbesar dengan kuota sebesar 99,69 dari total
kuota nasional APBN-P tahun 2011 sebesar 40,494 juta KL. Kuota volume Jenis BBM Tertentu sesuai dengan APBN-P Tahun 2011 dan Realisasi
penjualan Jenis BBM Tertentu Periode Januari s.d Desember Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.74 Kuota BBM Tertentu Jenis BBM
Tertentu Volume Berdasarkan
Kuota APBNP-2011 Realisasi Tahun 2011
Januari – Desember
Juta KL Rata-Rata
Juta KLBulan Juta KL
Rata-Rata Juta KLBulan
Premium 24,539
2,045 25,527
2,127 Minyak Tanah
1,800 0,150
1,696 0,141
Minyak Solar 14,155
1,180 14,563
1,213 Total
40,494 3,375
41,786 4,481
Keterangan : -
Realisasi sd Desember 2011 PT Pertamina Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011 realisasi MySAP -
Realisasi sd Desember 2011 Badan Usaha Pendamping Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011 Prognosa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Berdasarkan realisasi volume pendistribusian Jenis BBM Tertentu rata-rata perbulan mulai Januari sampai dengan Desember 2011 yaitu sebesar 4,481 juta KLBulan. Total realisasi Jenis
BBM Tertentu Januari sampai dengan Desember Tahun 2011 sebesar 41,786 Juta KL telah melebihi kuota sejumlah 1,292 juta KL atau sebesar 3,2 dari Kuota Januari sampai dengan
Desember 2011 yang sejumlah 40,494 juta KL. Berdasarkan tabel realisasi Januari - Desember 2011 di atas, nampak bahwa volume
penjualan Jenis BBM Tertentu tahun 2011 mengalami overkuota. Untuk jenis Bensin Premium terdapat overkuota sebesar 4, sementara untuk jenis Minyak Solar mengalami
overkuota sebesar 2,9. Dalam rangka membenahi payung hukum terhadap pengendalian penggunaan BBM
bersubsidi, maka mutlak diperlukan segera perubahan Perpres No. 55 tahun 2005 jo Perpres No. 9 tahun 2006 tentang Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri yang terdiri atas Bensin
Premium, Kerosin minyak tanah dan Minyak Solar. Pada materi perubahan Perpres tersebut diatas diatur ketentuan penggunaan yang boleh membeli BBM bersubsidi secara
jelas. Untuk pelaksanaannya secara operasional BPH Migas perlu diberi payung hukum untuk mengatur pengendalian volume BBM bersubsidi untuk masing-masing pengguna,
disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah.
4. Jumlah Pengelolaan Sistem Informasi Direktorat BBM dalam rangka pengawasan
penyediaan dan pendistribusian BBM
Dalam rangka memudahkan dalam hal pengawasan penyediaan dan pendistribusian BBM, BPH Migas membuat suatu sistem informasi, dimana data-data penyediaan dan
pendistribusian BBM dapat dengan mudah dilihat, karena data selalu up date. Pada tahun ini, sebanyak 5 buah sistem informasi berhasil di wujudkan dari 4 buah sistem informasi yang
ditargetkan. Secara rinci sistem informasi yang dapat di wujudkan adalahebagai berikut:
1.
Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Sistem Tertutup Jenis BBM Tertentu BBM Bersubsidi dengan alat kendali di Kepulauan Riau Pulau Bintan dan Pulau Batam dan
Bangka Belitung,
2.
Pelaksanaan kegiatan registrasi Badan Usaha dan pengawasan kegiatan Badan usaha pemilik NRU,
3.
Monitoring penerimaan dan pengeluaran Jenis BBM Tertentu di setiap rantai pasok untuk mengantisipasi kelangkaan,
4.
Pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk Transportasi Laut,
5.
Monitoring dan pengelolaan kegiatan Teknologi Informasi Direktorat BBM dalam rangka pengawasan pendistribusian BBM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
5. Jumlah rekomendasipertimbangan untuk penetapan kebijakanpenugasan
Rekomendasipertimbangan sangat diperlukan didalam menetapkan kebijakanpenugasan, oleh karena itu ditahun ini BPH Migas menjadikan rekomendasi untuk penetapan
kebijakanpenugasan sebagai salah satu indikator dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rekomendasi yang dihasilkan tahun 2011 ini sebanyak 3 buah rekomendasi dari
target sebanyak 4 buah. Dengan kata lain capaian kinerja ini adalah sebesar 75. Rekomenadsi yang berhasil diwujudkan adalah sebagai berikut:
1. Penilaian kinerja Badan Usaha Pelaksana Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu.
2. Perencanaan kuota volume Jenis BBM Tertentu di setiap KabupatenKota seluruh wilayah NKRI tahun 2012.
3. Persiapan pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu P3JBT tahun 2012.
6. Jumlah rancangan peraturanjuklak juknis untuk penyediaan dan pendistribusian BBM Nasional
Salah satu kinerja yang tidak kalah penting adalah terwujudnya rancangan peraturanjuklak dan juknis untuk penyediaan dan pendistribusian BBM nasional, tahun ini dari 6 buah
rancangan peraturan yang ditargetkan, hanya 3 buah rancangan peraturan yang dapat direalisasikan, yaitu :
1. Peraturan tentang Penetapan WDN bagi Badan Usaha Pelaksana P3JBT Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu,
2. Pedoman Penyediaan dan Pendistribusian JBT pada daerah yang belum terdapat penyalur,
3. JuklakjuknisSOP pengawasan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu
7. Jumlah daerah yang telah mengembangkan sistem pengawasan pendistribusian
tertutup jenis BBM tertentu secara bertahap
Pengembangan sistem pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu secara bertahap belum dapat direalisasikan. Untuk kegiatan Intensifikasi pengembangan pengawasan sistem
pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu Bersubsidi untuk transportasi darat di Pulau Bintan dan Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau dan Intensifikasi pengembangan
pengawasan sistem pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu Bersubsidi untuk transportasi darat di Pulau Bangka dan Belitung Provinsi Bangka-Belitung tidak terlaksana
karena gagalnya proses seleksi penyedia jasa kegiatan tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pada tahun ini ditargetkan kegiatan Intensifikasi Pengembangan Pengawasan Sistem Pendistribusian Tertutup Jenis BBM Tertentu Bersubsidi untuk transportasi laut dilakukan
pada wilayah WDN I Sumatera, wilayah WDN II Jawa Bali, wilayah WDN III.1 Kalimantan, wilayah WDN III.2 Sulawesi, Maluku dan Papua, dan wilayah WDN IV NTB dan NTT, namun
tidak selesai dilaksanakan dimana rata-rata pencapaian kegiatan sebesar 27.
8. Jumlah pemberian Hak Khusus pada kegiatan usaha Gas Bumi melalui Pipa
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, Hak Khusus adalah hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa pada Ruas Transmisi danatau pada Wilayah Jaringan Distribusi berdasarkan lelang.
Selanjutnya dalam Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 19 Tahun 2010, Hak Khusus di bedakan menjadi 4 empat macam, yaitu :
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi tertentu adalah
hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi tertentu berdasarkan lelang.
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi
tertentu adalah hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan DIstribusi
tertentu berdasarkan lelang.
Hak Khusus Niaga Gas Bumi Melalui Pipa Dedicated Hilir adalah hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa pada Pipa Dedicated Hilir pada Wilayah Niaga Tertentu tidak berdasarkan lelang.
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada Pipa Dedicated Hilir adalah hak
yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Pipa Dedicated Hilir pada Wilayah Niaga
Tertentu tidak berdasarkan lelang. Dalam rangka mencapai terwujudnya pengaturan pengawasan pengangkutan gas yang
optimal, dilakukan pemberian Hak Khusus Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa yang sekaligus menjadi indikator kinerja keberhasilan. Ditargetkan 4 Ruas transmisi dan 7 Pipa
dedicated hilir dapat dicapai di tahun 2011 ini, namun pada realisasinya dapat melebihi target sebesar 182, yaitu dengan realisasi 20 Ruas transmisi dan 15 Pipa dedicated hilir.
Adapun rincian pemberian Hak Khusus kepada Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha Gas Bumi melalui pipa tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
PT Pertamina Gas, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 242KDBPH MigasKomII2011 tanggal 9 Pebruari 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir Ruas pipa Pondok Tengah - Tegal Gede di Kabupaten Bekasi;
PT Pertiwi Nusantara Resources, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 243KDBPH MigasKomII2011 tanggal 9 Pebruari 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir Ruas pipa Kandang Haur Timur - Hot Tap Pipa PT Pertagas KM 37 di Kabupaten Indramayu;
PT Mitra Energy Buana, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 245KDBPH MigasKomIV2011 tanggal 11 April 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir ruas pipa GMS PT Pertagas PLTG Keramasan - PT Sunan Rubber, KP 0.7 - PT REMCO dan Metering KM 3 PT
Pertagas - PT Hok Tong di Palembang;
PT Energasindo Heksa Karya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 249KDBPH MigasKomVII2011 tanggal 20 Juli 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir dari Tempino Kecil - Payo Selincah di Jambi;
PT Energasindo Heksa Karya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 250KDBPH MigasKomVII2011 tanggal 20 Juli 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dari Tempino Kecil - Payo Selincah di Jambi;
PT PGN Persero Tbk, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 260KDBPH MigasKomIX2011 tanggal 7 September 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir pada 10 sepuluh Wilayah Distribusi antara lain Distribusi Palembang, Distribusi Tangerang – Serang –
Cilegon – Anyer, Distribusi Jakarta, Distribusi Bogor, Distribusi Bekasi, Distribusi Karawang - Purwakarta - Subang, Distribusi Cirebon, Distribusi Medan - Binjai - Deli Serdang, Distribusi
Batam dan Distribusi Pekanbaru.
PT Mitra Energi Buana, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 266KTBPH MigasKomXII2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedcated hilir dari Tie Point LBCV Musi 2 PT Pertamina Gas Ruas Simpang Y - Pusri pipa diameter 14 sampai dengan PT
Aneka Bumi Pratama di Palembang;
PT Majuko Utama Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 267KTBPH MigasKomXII2011 tanggal 9 Desember 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dari MS PT Pertamina Cilegon, PT Chandra Asri Petrochemical dan PT Dong Jin di Cilegon;
PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 268KTBPH MigasKomXII2011 tanggal 9
Desember 2011 tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa Pada Ruas Transmisi Wampu - Belawan, Pantai Pakam Timur - Hamparan Perak dan Hamparan
Perak - Paya Pasir di Sumatera Utara.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
9. Jumlah Badan Usaha yang telah melakukan penetapan pengaturan akses Access Arrangement pengangkutan gas bumi melalui pipa.
Badan Usaha yang telah mendapatkan Hak Khusus dari BPH Migas mempunyai kewajiban untuk menerapkan “open access” terhadap fasilitas pengangkutan Gas Bumi yang dimilikinya
dengan tujuan agar penggunaan fasilitas tersebut menjadi lebih optimal dengan memberikan “spare capacity” fasilitas yang belum dipakai sepenuhnya kepada pihak ketiga.
Pemanfaatan Bersama Fasilitas Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa atau yang dikenal dengan Pengaturan Akses adalah suatu aturan yang memuat tentang hak dan kewajiban
transporter dan penggunaan pipa. Dalam Pengaturan Akses tersebut juga menerangkan aturan yang menyangkut mekanisme bagaimana pihak ketiga dapat mengakses fasilitas
perpipaan milik transporter dan aturan-aturan lainnya seperti aturan yang berkaitan dengan aspek teknis maupun legal. Mengingat bahwa fasilitas pengangkutan adalah milik Badan
Usaha Transporter, maka Pengaturan Akses pada dasarnya dibuat oleh Badan Usaha Transporter, namun demikian agar suatu Pengaturan Akses memiliki jiwa etika bisnis yang
wajar, sehat dan transparan, maka BPH Migas berwenang untuk memberikan masukan- masukan terhadap Pengaturan Akses yang dibuat oleh Badan Usaha Transporter. Secara
ringkas dinyatakan bahwa Pengaturan Akses adalah aturan yang dibuat oleh Badan Usaha Transporter yang mana dalam mekanisme pembuatannya mengacu kepada petunjuk
pelaksanaan pembuatan Pengaturan Akses yang dikeluarkan oleh BPH Migas. Suatu Pengaturan Akses secara legal dapat digunakan apabila Pengaturan Akses tersebut telah
disetujui dan ditetapkan oleh BPH Migas. Kegiatan Penetapan Pengaturan Akses kepada Badan Usaha mencapai target 50 yaitu dari 4
Badan Usaha yang ditargetkan telah melakukan penetapan pengaturan akses Access Arrangement pengangkutan gas bumi melalui pipa, hanya 2 Badan Usaha yang dapat
direalisasikan. Adapun persetujuan terhadap Pengaturan Akses Access Arrangement kepada Badan Usaha oleh BPH Migas adalah :
PT Transportasi Gas Indonesia untuk Ruas Transmisi Grissik - Batas Negara Singapura
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 261AABPH MigasKomIX2011 tanggal 7 September 2011.
PT PGN Persero Tbk, untuk ruas pipa di Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 268AABPH MigasKomXII2011 tanggal 9 Desember 2011.
Pada saat ini BPH Migas sedang melakukan pembahasan dalam rangka penyusunan draft Access Arrangement untuk beberapa ruas yang dioperasikan Badan Usaha, antara lain :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Access Arrangement untuk Ruas Transmisi Grissik – Duri yang dioperasikan oleh PT
Transportasi Gas Indonesia. Status saat ini menunggu penetapan oleh Komite BPH Migas;
Access Arrangement untuk Ruas Tempino Kecil – PLN Payo Selincah yang dioperasikan
oleh PT Energasindo Heksa Karya. Status saat ini sedang dilakukan pembahasan antara Direktorat Gas Bumi dengan PT Energasindo Heksa Karya;
Access Arrangement untuk Ruas Transmisi Kepodang – Tambak Lorok yang dioperasikan
oleh PT Bakrie Brothers Tbk. Status saat ini menunggu keputusan Pemerintah mengenai status pipa Kepodang - Tambak Lorok yang sebelumnya merupakan dedicated
hulu menjadi open access.
10. Jumlah penetapan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
Tarif adalah biaya yang dipungut sehubungan dengan jasa Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 67
Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, Badan Pengatur BPH Migas mempunyai tugas yang meliputi pengaturan, penetapan dan pengawasan Tarif
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa. Dalam menetapkan Tarif, BPH Migas menggunakan prinsip tekno-ekonomi dan mempertimbangkan perhitungan keekonomian dari Badan
Usaha, kepentingan pemakai dan konsumen, hal ini agar tidak merugikan dan memberatkan Badan Usaha dan konsumen, maka dalam menetapkan Tarif, Badan Pengatur wajib
memperhatikan kepentingan pemilik Gas Bumi, pemilik pipa dan konsumen. Capaian kinerja ini terealisasi 50 dari target yang ditetapkan, yaitu dari 4 Badan Usaha yang
ditargetkan hanya 2 yang dapat direalisasikan. Penetapkan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa yang dapat direalisasikan yaitu :
a. Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa pada ruas transmisi Wampu - Belawan, Pantai Pakam Timur - Hamparan Perak dan Hamparan Perak - Paya Pasir di
Sumatera Utara kepada PT Perusahaan Gas Negaran Persero Tbk, berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 270TarifBPH
MigasKom XII2011 tanggal 27 Desember 2011. b. Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa pada ruas transmisi Tempino Kecil
- Payo Selincah kepada PT Energasindo Heksa Karya berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 264TarifBPH MigasKomXII2011
tanggal 9 Desember 2011. Saat ini sedang dilakukan evaluasi penetapan 2 dua Tarif Pengangkutan Gas Bumi pada
ruas transmisi lainnya, yaitu : Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
a. Ruas pipa transmisi Gas Bumi SSWJ 1 milik PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk, permohonan pengajuan usulan Tarif dalam proses evaluasi dan pembahasan oleh
BPH Migas. Terhadap usulan tersebut telah dilakukan verifikasi aset oleh lembaga jasa penilai dan verifikasi volume.
b. Ruas pipa transmisi Gas Bumi Grissik - Duri milik PT Transportasi Gas Indonesia. Permohonan pengajuan usulan Tarif telah dievaluasi oleh BPH Migas, namun karena
sesuatu hal PT Transportasi Gas Indonesia mencabut permohonan usulan Tarif tersebut.
11. Jumlah penetapan harga gas bumi untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, salah
satu tugas Badan Pengatur BPH Migas adalah pengaturan, penetapan dan pengawasan mengenai harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil. BPH Migas dalam
menetapkan harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil mempertimbangkan nilai keekonomian dari Badan Usaha serta kemampuan dan daya beli masyarakat, dengan
arti lain bahwa penetapan harga Gas Bumi oleh BPH Migas mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis atas penyediaan Gas Bumi serta sesuai dengan kebijakan harga yang
ditetapkan Pemerintah. Pada tahun 2011, BPH Migas telah menerbitkan Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi Nomor 22PBPH MigasX2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang Penetapan Harga Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil sebagai revisiperubahan atas Peraturan
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 03PBPH MigasI2005 tanggal 15 Januari 2005. Hal ini tidak terlepas dari adanya kebijakan Pemerintah untuk
mengembangkan jaringan distribusi gas baru untuk skenario pembangunan Kota Gas gas cluster melalui mekanisme lelang bagi operator, dimana harga jual gas yang diterapkan
wajib mendapatkan persetujuan dari BPH Migas. Revisi atas peraturan ini yaitu dengan menambahkan komponen-komponen biaya pembentuk harga gas dan sumber-sumber
investasi baru baik yang dibangun Badan Usaha maupun Pemerintah dalam rangka mendorong pengembangan pembangunan infrastruktur baru.
Dalam Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 22PBPH MigasX2011 disebutkan bahwa penetapan dan penerapan harga Gas Bumi oleh BPH Migas digolongkan
menjadi beberapa kriteria tertentu berdasarkan pada kegiatan untuk keperluan komersil dan non komersil dengan mengacu kepada volume pemakaian per bulan pelanggan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tahun ini ditargetkan 6 wilayah yang sudah ditetapkan Harga Gas Bumi untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, namun yang dapat direalisasikan sebanyak 4 wilayah atau
dengan kata lain capaian kinerja mencapai 67. Wilayah tersebut adalah: 1. Kota Palembang kepada PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya, berdasarkan
Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 20PBPH MigasII2011 tanggal 9 Pebruari 2011 tentang Harga Jual Gas Bumi Melalui Pipa untuk Konsumen
Rumah Tangga di Wilayah Jaringan Distribusi di Kota Palembang Cluster Lorok Pakjo dan Cluster Siring Agung. Adapun Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah :
Rumah Tangga 1 RT-1 meliputi Rumah Susun, Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana dan sejenis ditetapkan sebesar Rp 2.250m
3
; Rumah Tangga 2 RT-2 meliputi Rumah Menengah, Rumah Mewah, Apartemen dan
sejenis ditetapkan sebesar Rp 2.710m
3
. 2. Kota Tarakan kepada Perusda Tarakan, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi Nomor : 23PBPH MigasVII2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang Harga Jual Gas Bumi untuk Pelanggan Rumah Tangga Pada Jaringan Pipa Distribusi di
Kota Tarakan. Harga Jual Gas Bumi yang yang ditetapkan adalah sebesar Rp 2.802m
3
. 3. Kota Depok kepada PT Jabar Energi, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak
dan Gas Bumi Nomor : 24PBPH MigasVII2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang Harga Jual Gas Bumi untuk Pelanggan Rumah Tangga Pada Jaringan Pipa Distribusi di Kota Depok
Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur. Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah sebesar Rp 2.790m
3
. 4. Kota Bekasi kepada PT Sinergi Patriot Bekasi, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur
Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 25PBPH MigasXII2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Harga Jual Gas Bumi melalui pipa PT Sinergi Patriot Bekasi untuk Konsumen
Rumah Tangga pada Jaringan Pipa Distribusi di Perumahan Bumi Bekasi Baru, Kelurahan Bojong Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah sebesar
Rp 2.773m
3
. Permohonan usulan Harga Jual Gas Bumi PT Petrogas Jatim Utama untuk jaringan Gas
Bumi di Kota Surabaya dan Sidoarjo yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Migas saat ini masih dalam tahap evaluasi dan pembahasan. Hal ini dikarenakan pengusulan harga
oleh Badan Usaha sudah pada akhir tahun dan skema yang diusulkan tidak sesuai dengan Peraturan BPH Migas Nomor : 22PBPH MigasX2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
12. Jumlah Pembangunan Ruas Transmisi Gas Bumi
Dalam rangka Peningkatan Pengembangan Infrastruktur Jaringan Pipa Gas Bumi, BPH Migas melaksanakan kegiatan lelang pembangunan ruas transmisi gas bumi, pada tahun ini 2
Badan Usaha berhasil melaksanakan pembangunan ruas transmisi gas bumi tersebut, atau capaian 100.
BPH Migas pada tahun 2006 telah melaksanakan lelang ruas transmisi Gas Bumi yaitu Gresik - Semarang, Cirebon - Semarang dan Bontang - Semarang. Perkembangan rencana proyek
pembangunan ruas transmsi Gresik - Semarang yang dilaksanakan oleh PT Pertagas, saat ini sedang dalam proses memperoleh izin dan FEED.
Untuk ruas transmisi Bontang Kalimantan Timur - Semarang Jawa Tengah Kalija yang dimenangkan oleh PT Bakrie Brothers Tbk, BPH Migas telah mengusulkan pembangunan
pipa secara bertahap dengan membangun ruas transmisi Kepodang - Tambak Lorok sebagai bagian dari Kalija kepada Menteri ESDM. Namun sampai saat ini masih menunggu
Keputusan Menteri ESDM mengenai perubahan status pipa yang semula dedicated hulu menjadi pipa Open Access pada Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional. Saat ini PT Bakrie Brothers Tbk telah menyiapkan Access Arrangement ruas transmisi Kepodang - Tambak Lorok, revisi AMDAL dan FEED. Untuk ruas Cirebon -
Semarang masih menunggu kepastian pasokan gas LNG melalui Floating Storage Receiving Unit FSRU Jawa Tengah dan kepastian penyerapan gas oleh PLN sebagai anchor buyer.
13. Jumlah Pembangunan Pipa Dedicated Hilir
Sebagai upaya peningkatan pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri, saat ini dibangun 5 lima ruas pipa dedicated hilir sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaitu :
1. PT Surya Cipta Internusa untuk ruas pipa dari GRE Pertamina Gas - Kawasan Industri Maspion dan Jaringan Distribusi ke Konsumen di Wilayah Gresik, Jawa Timur sepanjang
15.000 meter; 2. PT Bayu Buana Gemilang untuk ruas pipa dari Tandes - Perak sepanjang 7.139 meter dan
ruas pipa dari Waru - Platinum Karangpilang sepajang 6.300 meter; 3. PT Mitra Energy Buana untuk ruas dari Tie Point LBCV Musi 2 PT Pertamina Gas Ruas
Simpang Y - Pusri pipa diameter 14 sampai dengan PT Aneka Bumi Pratama di Palembang;
4. PT Inti Daya Latu Prima unuk ruas dari Tie in jalur pipa gas dari MRS Panaran ke MRS IDLP di Simpang Kabil diameter 12 inch sepanjang 800 meter dan dari MRS IDLP ke PT
Dale Energy diameter 12 inch sepanjang 800 meter; 5. PT Sadikun Niagamas Raya di Gresik, Jawa Timur.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
14. Jumlah Pembangunan Jaringan Pipa Gas Kota
Salah satu tugas dan fungsi BPH Migas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah meningkatkan pemanfaatan
Gas Bumi di dalam negeri. Beranjak dari fungsi tersebut, maka sejak tahun 2007 BPH Migas telah melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomis pembangunan kota gas di beberapa
wilayah yang memiliki potensial sumber pasokan gas bumi, baik berupa lapangan gas maupun wilayah yang dilewati pipa transmisi danatau distribusi Gas Bumi. Studi kelayakan
teknis dan ekonomis pembangunan kota gas tersebut dalam rangka meningkatkan pemenuhan kebutuhan energi bagi masyarakat, khususnya pada sektor rumah tangga.
Pembangunan jaringan distribusi Gas Bumi untuk rumah tangga menjadi salah satu program prioritas nasional yang bertujuan untuk diversifikasi energi, penyediaan energi bersih, aman
dan murah serta program komplementer konversi minyak tanah ke LPG guna meminimalkan penggunaan Minyak Bumi. Di sisi Pemerintah, melalui program ini diharapkan dapat
mengurangi penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar sehingga mengurangi beban subsidi, penghematan APBN untuk BBM.
Pembangunan infrastruktur jaringan Gas Bumi untuk rumah tangga membutuhkan biaya yang besar, di sisi lain keuntunganmargin yang diperoleh kecil sehingga Badan Usaha tidak
tertarik membangun. Melihat kondisi demikian, maka Pemerintah melalui dana APBN merealisasikan Pembangunan jaringan Gas Bumi tersebut sebagai stimulus untuk
mewujudkan Kota Gas. Pada tahun 2011 ini, jumlah wilayah yang direncanakan akan dibangunan jaringan pipa gas
kota adalah 4 wilayah dan seluruhnya dapat direalisasikan yaitu tahun 2011 di Bontang, Sengkang, Sidoarjo Tahap II dan Palembang Tahap II.
Adapun wilayahkota yang telah dilakukan studi pembentukan kota gas antara lain Blora, Tarakan, Samarinda, Balikpapan, Bontang, Sorong, Lhokseumawe, Jambi, Prabumulih,
Semarang, Subang, Bojonegoro, Bangkalan, Tenggarong, Wajo, Pekanbaru, Bandar Lampung, Muara Enim, Cilegon, Lhoksukon, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur,
Musi Banyu Asin, Banyu Asin, Metro Lampung, Indramayu dan Luwuk Banggai. Hasil studi kelayakan teknis dan ekonomis pembangunan kota gas tersebut selanjutnya
ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Migas untuk dilaksanakan Kajian Front End Engineering Design Consctruction FEED dan Detail Engineering Desing Constrtuction DEDC
serta pelaksanaan pembangunannya. Adanya keterbatasan anggaran Pemerintah menyebabkan realisasi pembangunan jaringan gas tidak dapat dilaksanakan secara cepat.
Beberapa wilayahkota telah direalisasikan pembangunan jaringan gas antara lain tahun 2009 di kota Surabaya dan Palembang, tahun 2010 di kota Prabumulih, Bekasi, Depok,
Sidoarjo dan Tarakan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
15. Jumlah Volume Gas Bumi yang diniagakan Melalui Pipa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dinyatakan bahwa pembiayaan operasional Badan Pengatur BPH Migas bersumber dari Iuran Badan Usaha yang diaturnya.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2006 tentang Besaran dan Penggunaan Iuran Badan Usaha dalam Kegiatan Usaha Penyediaan dan Pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dinyatakan bahwa Badan Usaha yang wajib membayar Iuran adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa, yaitu: Badan Usaha pemegang Izin Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa transporter
pada Ruas Transmisi danatau Wilayah Jaringan Distribusi yang telah memiliki Hak Khusus dari BPH Migas.
Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga dengan Fasilitas trader yang memiliki fasilitas yang telah memiliki Hak Khusus dari BPH Migas.
Besaran Iuran yang wajib dibayar oleh Badan Usaha yang melakukan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi danatau pada Wilayah Jaringan
Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 didasarkan pada perkalian jumlah volume Gas Bumi yang diangkut melalui pipa per tahun dengan persentase dari tarif
pengangkutan Gas Bumi per seribu standard kaki kubik sebagai berikut :
Tabel 5.75 Besaran Persentase Tarif Pengangkutan Gas Bumi
terhadap volume Gas Bumi yang diangkut Volume Gas Bumi Yang Diangkut
Melalui Pipa Besaran Persentase Dari Tarif Pengangkutan
Gas Bumi Per Seribu Standard Kaki Kubik
Sampai dengan 100 seratus Miliar Standard Kaki Kubik per tahun
3 tiga per seratus Di atas 100 seratus Miliar Standard Kaki
Kubik per tahun 2 dua per seratus
Kemudian besaran Iuran yang wajib dibayar oleh Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha Niaga Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 3 didasarkan pada
perkalian jumlah volume Gas Bumi yang dijual per tahun dengan 3 000 tiga per seribu dari harga jual Gas Bumi per seribu standard kaki kubik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Grafik 5.38. Realisasi Volume Penjualan Gas Bumi Melalui Pipa
Tabel 5.76 Realisasi Volume Gas Bumi Yang Niagakan
Setiap Badan Usaha BADAN USAHA NIAGA
VOLUME PENJUALAN MMBTU
PT. PGN Persero Tbk 136,348,360.55
PT. Bayu Buana Gemilang 7,315,724.84
PT. Banten Inti Gasindo 1,270,047.73
PT. Energasindo Heksa Karya 8,028,237.19
PT. Odira Energy Persada 5,085,311.91
PT. Sadikun Niagamas Raya 1,316,172.05
PT. Mitra Energi Buana 668,046.28
PT. Krakatau Daya Listrik 520,837.10
PT. Pelangi Cakrawala Losarang 756,217.81
PT. Pertiwi Nusantara Resources 154,691.34
Total 161,463,646.81
Dalam Pasal 11 dan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2006, Badan
Usaha wajib menyampaikan kepada BPH Migas rencana volume dan laporan realisasi
volume Gas Bumi yang diangkut melalui pipa setiap triwulan. Pada tahun 2011,
realisasi volume Gas Bumi yang diniagakan Badan Usaha yang melakukan kegiatan
usaha Gas Bumi melalui pipa sampai dengan Triwulan
III Tahun
2011 sebesar
161.463.646,81 MMBTU dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel di atas.
16. Jumlah Volume Gas Bumi yang diangkut Melalui Pipa
Pada tahun 2011 pada triwulan III, realisasi volume pengangkutan sebesar 1.021.704.119,57 MSCF. Angka ini naik 1,37 dari volume pengangkutan sebelumnya pada triwulan yang
sama yaitu sebesar 1.007.844.002 MMSCF. Rincian volume pengangkutan Gas Bumi melalui pipa setiap badan usaha adalah :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Grafik Rencana VS Realisasi Iuran Badan Usaha Tahun 2006 s.d 2012
100 200
300 400
500 600
700 800
TH. 2006 TH. 2007
TH. 2008 TH. 2009
TH. 2010 TH. 2011
TH.2012 Rencana
Realisasi
Perkiraan Penerimaan Iuran BPH Migas tahun 2012
Dalam Milyar Rupiah
17. Jumlah penarikan iuran dari Badan Usaha
Salah satu tugas pokok dan fungsi Sekretariat BPH Migas adalah penarikan iuran dari Badan Usaha, iuran ini merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Pada tahun anggaran
2011 ini realisasi penerimaan iuran dari Badan Usaha melampui target dengan capaian sebesar180, yaitu dari target sebesar Rp 463 miliar dan realisasi sebesar Rp. 783 miliar.
Sasaran 2 : Pengungkapan Potensi Geologi Indonesia Untuk Kesejahteraan dan
Perlindungan Masyarakat.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 20 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator kinerja
BADAN USAHA PENGANGKUTAN
VOLUME PENGANGKUTAN
MSCF
PT Pertamina Gas Pertagas 793.405.608,12
PT Transportasi Gas Indonesia 219.802.136,10
PT PGN Persero Tbk 8.496.375,36
Total 1.021.704.119,57
Tabel 5.59 Realisasi volume pengangkutan Gas Bumi melalui
pipa Setiap Badan Usaha
Grafik 5.39. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha
Grafik 5.40. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha tahun 2006 - 2012.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan digunakan Peta
905 996
110
2.
Jumlah lokasi penelitianpemetaan cekungan sedimen Lokasi
4 3
75
3.
Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor
255 255
90
4.
Rekomendasi Teknis Penataan Ruang berbasis Geologi Rekomendasi
100 95
95
5.
Jumlah usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN Rekomendasi
68 71
104
6.
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya geologi panas bumi, batubara, CBM,
Gambut, Bitumen padat, dan mineral Wilayah
75 71
95
7.
Jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi Rekomendasi
109 296
272
8.
Jumlah gunung api yang dipantau untuk kegiatan gunungapi aktif tipe A dari Pos Pengamatan Gunung Api
GA dipantau melalui pos PGA
GA dipantau melalui 10 regional
center 68
37 68
37 100
100
9.
Jumlah kawasan karst terpetakan pada skala 1:50.000 Kawan
2 2
100
10.
Jumlah lokasi yang telah dilakukan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan infrastruktur
Lokasi 13
13 100
11.
Jumlah lokasi yang telah dilakukan pemetaan geologi lingkungan kawasan pertambangan untuk tata ruang
pada skala 1:100.000 Lokasi
7 7
100
12.
Jumlah lokasi yang dilakukan pemetaan geologi lingkungan untuk tata ruang pada skala 1:100.000
Lokasi 13
13 100
13.
Jumlah layanan informasi publik melalui Museum Kegeologian
Pengunjung 500.000
441.344 88
14.
Jumlah lokasi pemetaan kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta zona
kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta KRB gempa bumi, peta KRB tsunami dan peta risiko
gempabumitsunami, gerakan tanah dan gunungapi . Laporan Peta
59 59
100
15.
Tersedianya informasi peringatan dini bencana gunungapi dan bencana geologi lainnya
Laporan dan informasi
peringatan dini 27
60 222
16.
Jumlah informasi Penelitian Dan Mitigasi Bencana Gunungapi, Gempabumi, Tsunami, Gerakan Tanah
Laporan 39
41 105
Tabel 5.78 Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
17.
Jumlah sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan kebencanaan dan penyusunan rencana kontinjensi
Dokumen 11
11 100
18.
Tersusunnya Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi
dan Tsunami Dokumen
9 9
100
19.
Jumlah peta geofisika bersistem dan bertema yang dihasilkan dan digunakan
line km 100.000
49.000 49
20.
Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi sebagai geo-edukasi dan destinasi geo-wisata
Kegiatan Terbitan
16 17
106
1. Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan digunakan
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM mentargetkan sebanyak 905 lembar peta geologi yang akan dihasilkan dan digunakan, namun pada realisasinya kinerja ini dapat melampaui target
yang ditetapkan yaitu sebanyak 996 atau capaian kinerja mencapai 110. Rincian peta-peta tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di Pulau Kalimantan berhasil menghasilkan sebanyak 747 lembar peta dari 740 lembar peta yang ditargetkan. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini berbasis interpretasi penginderaan jauhremote sensing dengan skala 1:50.000. Di bawah ini adalah lokasi penelitian pemetaan geologi berbasis penginderaan
jauh dan hasil kegiatan interpretasi secara keseluruhan di lokasi penelitian Pulau
Kalimantan.
Kegiatan Penelitian dan mitigasi bencana gunung api, gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah menghasilkan 41 peta.
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
1 1
. .
L L
o o
k k
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
l l
i i
t t
i i
a a
n n
P P
e e
m m
e e
t t
a a
a a
n n
G G
e e
o o
l l
o o
g g
i i
B B
e e
r r
b b
a a
s s
i i
s s
P P
e e
n n
g g
i i
n n
d d
e e
r r
a a
a a
n n
J J
a a
u u
h h
T T
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
1 1
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
2 2
. .
H H
a a
s s
i i
l l
I I
n n
t t
e e
r r
p p
r r
e e
t t
a a
s s
i i
P P
e e
m m
e e
t t
a a
a a
n n
G G
e e
o o
l l
o o
g g
i i
B B
e e
r r
b b
a a
s s
i i
s s
P P
e e
n n
g g
i i
n n
d d
e e
r r
a a
a a
n n
J J
a a
u u
h h
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
b. Peta terbit KRB, peta Zona Resiko dan peta tematik lainnya seperti jalur pengungsian dan sebagainya sebanyak 19 peta.
c. Kegiatan pemetaan kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta zona kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta KRB gempa bumi, peta KRB
tsunami dan peta risiko gempabumitsunami, gerakan tanah dan gunungapi menghasilkan 59 peta.
d. Kegiatan Pemetaan kawasan kars yang dipetakan pada skala 1:50.000 menghasilkan 2 peta. e. Kegiatan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan infra struktur menghasilkan
13 peta. f. Kegiatan pemetaan geologi lingkungan kawasan pertambangan untuk tata ruang pada
skala 1:100.000 menghasilkan 7 peta. g. Pemetaan geologi lingkungan untuk tata ruang pada skala 1:100.000 menghasilkan 13 peta.
h. Pemetaan Penataan Ruang berbasis geologi menghasilkan 95 peta.
2. Jumlah lokasi penelitianpemetaan cekungan sedimen
Jumlah lokasi penelitiaanpemetaan cekungan sedimen yang meliputi kegiatan stratigrafi, sedimentologi, struktur geologi, gaya berat, magnet, dan analisa secara laboratorium dan
geofisika ditargetkan pada tahun 2011 ini adalah sebanyak 4 lokasi cekungan sedimen, namun yang dapat direalisasikan adalah 3 lokasi wilayah cekungan di Pulau Sulawesi yaitu :
1. Cekungan Kendari- Muna-Buton, Sulawesi Tenggara Dilihat dari aspek sistem petroleumnya, di daerah penelitian sangat sulit mencari jenis
batuan Tersier yang bertindak sebagia batuan induk, karena hampir semuanya tersusun oleh batugamping, batu napal, maupun konglomerat yang tidak mungkin sebagai penghasil
minyak.
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
3 3
. .
L L
o o
k k
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
l l
i i
t t
i i
a a
n n
C C
e e
k k
u u
n n
g g
a a
n n
K K
e e
n n
d d
a a
r r
i i
- -
M M
u u
n n
a a
- -
B B
u u
t t
t t
o o
n n
, ,
S S
u u
l l
a a
w w
e e
s s
i i
T T
e e
n n
g g
g g
a a
r r
a a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Cekungan Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah Dari pola-pola kontur anomaly magnet regional, dibagian barat daerah penelitian secara
regional mengindikasikan adanya pola struktur sesar yang berarah barat laut – tenggara. Sedangkan dibagian Selatan nilai anomaly magnet relatif tidak berubah, yaitu berkisar -200
nT dan makin ke Utara nilai anomaly magnet relatif semakin naik dengan nilai bervariasi. Perubahan nilai magnetik dari selatan keutara tersebut, dapat mengindikasikan bahwa
struktur sesar secara regional relatif berarah Barat-Timur
.
3. Cekungan Wokam, Kep. Aru, Maluku Secara administratif Kepulauan Wokam termasuk pada Kabupaten Kepulauan Aru. Dari
hasil penelitian gaya berat, batas cekungan Wokam diduga berada di bagian tengah peta Kep. Aru P. Wokam yang dibatasi nilai kontur anomali antara +100 sd +200 nT
membentuk pola cekungan dan kemungkinan cekungan sedimen lebih berkembang kearah utara. Dengan geomorfologi yang terdiri dari, perbukitan rendah bertopografi
karst, dataran dengan karst lorong di beberapa tempat dan rawa.
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
4 4
. .
L L
o o
k k
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
l l
i i
t t
i i
a a
n n
C C
e e
k k
u u
n n
g g
a a
n n
L L
u u
w w
u u
k k
- -
B B
a a
n n
g g
g g
a a
i i
, ,
S S
u u
l l
a a
w w
e e
s s
i i
T T
e e
n n
g g
a a
h h
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
5 5
. .
L L
o o
k k
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
l l
i i
t t
i i
a a
n n
C C
e e
k k
u u
n n
g g
a a
n n
W W
o o
k k
a a
m m
, ,
K K
e e
p p
A A
r r
u u
M M
a a
l l
u u
k k
u u
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
3. Rekomendasi Teknis Penataan Ruang berbasis Geologi
Kegiatan penyelidikan geologi lingkungan wilayah perkotaan, regional, pesisir dan pulau- pulau kecil, pertambangan, kawasan karst, kawasan cagar alam geologi dan untuk seluruh
hasil penyelidikan tersebut adalah berupa rekomendasi kesesuaian peruntukan lahan yang dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah. Pada Tahun anggaran 2011 ini sebanyak 100 rekomendasi ditargetkan dalam penataan ruang
berbasis geologi, pada realisasinya, 5 kegiatan Penataan Ruang belum dapat direalisasikan dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia di PAG untuk mengerjakan kegiatan ini.
Kegiatan tersebut ialah penataan ruang untuk kawasan rawan tsunami, pemetaan zona kerentanan gerakan tanah, penyelidikan potensi air tanah dan konfigurasi akuifer dan
pemetaan kawasan rawan bencana gunung api di Pulau Lombok.Sementara untuk kegiatan inventarisasi geologi lingkungan pascabencana geologi untuk evaluasi penataan ruang tidak
dilakukan karena pada tahun anggaran 2011 tidak terjadi bencana geologi.
4. Jumlah usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN
Usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN yang ditargetkan pada tahun 2011 ini adalah sebanyak 68 rekomendasi dan terealisasi sebanyak 71 rekomendasi, atau capaian kinerja ini
sebesar 104. Rincian rekomendasi yang terealisasi adalah sebagai berikut :
a.
Usulan rekomendasi WKP panas bumi
No. Nama WKP
Propinsi Potensi MWe
1. Arjuno Welirang
Jawa Timur 200
2. Candi Umbul - Telomoyo
Jawa Tengah 92
3. Bora Pulu
Sulawesi Tengah 123
4. Gunung Lawu
Jawa Tengah dan Jawa Timur 195
5. Kepahiang
Bengkulu 180
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
6 6
. .
P P
e e
t t
a a
U U
s s
u u
l l
a a
n n
W W
K K
P P
P P
a a
n n
a a
s s
B B
u u
m m
i i
T T
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
1 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
b. Usulan rekomendasi WUP dan 1 usulan rekomendasi WPN mineral logam
No Pulau
WUP WPN
1 Sumatera
10 -
2 Jawa
2 -
3 Nusa Tenggara
3 -
4 Sulawesi
9 -
5 Maluku
3 -
6 Papua
3 1
Total 30
1
c. Usulan rekomendasi WUP dan 1 usulan rekomendasi WPN batubara
No Pulau
WUP WPN
1 Sumatera
10 -
2 Kalimantan
13 1
3 Papua
7 -
Total 30
1
d. Usulan rekomendasi WKP CBM.
No Usulan WK CBM
Wilayah Propinsi
1 Muara Tebo
Jambi 2
Kota Tengah Jambi dan Sumatera Selatan
3 Tanjung - Tabalong
Kalimantan Selatan 4
Tamiang Layang, Barito Timur Kalimantan Selatan
5. Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya geologi panas bumi, batubara, CBM, Gambut, Bitumen padat, dan mineral
Kegiatan Pengungkapan potensi sumber daya geologi menghasilkan wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya geologi Panas Bumi, Batubara, CBM, Gambut, Bitumen
Padat, dan Migas, pada tahun ini dari target sebanyak 75 wilayah kepropekan, tercapai 92 atau sebanyak 69 wilayah keprospekan, yaitu :
a. 22 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya panas bumi, yang mencakup penambahan 3 rekomendasi daerah keprospekan baru sumber daya panas bumi;
rekomendasi peningkatan status sumber daya yang terdapat 7 wilayahdaerah panas bumi,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
mengalami peningkatan status sumber daya hipotetik menjadi cadangan terduga yaitu pada daerah yang dilakukan survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika panas bumi;
peningkatan kualitas data aliran panas pada 3 rekomendasi wilayah keprospekan panas bumi, peningkatan kualitas data bawah permukaan pada 7 rekomendasi wilayah
keprospekan, potensi sumber daya panas bumi sesuai hasil survei magnetotellurik, dan rekomendasi peningkatan kualitas data pada 2 wilayah keprospekan panas bumi dengan
survei landaian suhu panas bumi. Pada kegiatan survei pendahuluan geologi dan geokimia panas bumi menghasilkan:
rekomendasi penambahan daerah keprospekan baru potensi panas bumisebanyak 9 daerah prospek pada 3 wilayah keprospekan, yaitu: di wilayah Kalimantan Timur sebanyak 4 lokasi
Sebakis, Sajau, Semolon, dan Mengkausar, Pulau Wetar-Maluku sebanyak 4 lokasi Warmong, Esulit, Lurang, dan Karbubu, dan Sulawesi Tengah sebanyak 1 lokasi Ranang-
Kasimbar. Ada penambahan sumber daya spekulatif sebesar 115 MWe yang berasal dari lokasi-lokasi di atas, kecuali untuk daerah Ranang-Kasimbar yang langsung dilakukan survei
terpadu pada tahun 2011 ini, memberikan potensi sebesar 10 MWe pada kelas cadangan terduga.
Dengan demikian terdapat peningkatan status potensi panas bumi hasil dari survei terpadu di atas, yaitu sebesar 180 MWe pada kelas Cadangan Terduga dan 227 MWe pada kelas
Sumber Daya Hipotetis. Perbandingan penambahan daerah prospek baru peningkatan
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
7 7
. .
P P
e e
t t
a a
L L
o o
k k
a a
s s
i i
P P
e e
n n
e e
m m
u u
a a
n n
T T
e e
r r
b b
a a
r r
u u
P P
a a
n n
a a
s s
B B
u u
m m
i i
H H
a a
s s
i i
l l
S S
u u
r r
v v
e e
i i
P P
e e
n n
d d
a a
h h
u u
l l
u u
a a
n n
2 2
1 1
1 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
status potensi panas bumi dan Perbandingan Status Tahapan Penyelidikan Potensi Panas Bumi 2008- 2011 dapat dilihat dalam grafik dibawah ini ini:
b. 15 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber energy fosil Rekomendasi keprospekan potensi sumber energi fosil Tahun 2011 terdiri dari 9 buah
rekomendasi wilayah keprospekan terdiri dari 6 rekomendasi wilayah hasil Penyelidikan pendahuluan, 2 rekomendasi wilayah penyelidikan batubara bersistem dan 1 rekomendasi
wilayah kegiatan pengeboran dan 6 buah rekomendasi keprospekan potensi sumber daya gambut, Bitumen Padat dan Migas terdiri dari: 1 rekomendasi wilayah keprospekan sumber
daya gambut; dan 5 rekomendasi wilayah keprospekan, potensi dan status sumber daya bitumen padat.
c. 22 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya mineral Kegiatan inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
mineral logam dan mineral non logam.
Mineral logam. Tahun 2011 inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral logam terlaksana sebanyak 12 lokasi atau 92,3 dari target 13 wilayah keprospekan, dengan
keluaranoutput 12 rekomendasi wilayah keprospekan mineral logam, yang terdiri dari kegiatan: Eksplorasi Umum Logam Jarang di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara;
Eksplorasi Umum Endapan Timah di Daerah Bangka Utara, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Bangka, Bangka Belitung; Survey Geokimia Logam di Provinsi Sumatera Barat;
Prospeksi Pasir Besi di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur; Prospeksi Endapan Mangan di Kabupaten
Dompu, Nusa Tenggara Barat; Prospeksi Logam Emas di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara; Prospeksi Logam Emas di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara
G G
r r
a a
f f
i i
k k
5 5
. .
4 4
1 1
. .
P P
e e
r r
b b
a a
n n
d d
i i
n n
g g
a a
n n
J J
e e
n n
i i
s s
K K
e e
g g
i i
a a
t t
a a
n n
d d
a a
n n
S S
t t
a a
t t
u u
s s
T T
a a
h h
a a
p p
a a
n n
P P
e e
n n
y y
e e
l l
i i
d d
i i
k k
a a
n n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Barat; Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Jayapura, Papua, Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Kepulauan SITARO, Sulawesi Utara.
Mineral non logam. Tahun 2011 inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral non logam terlaksana sebanyak 8 lokasi atau 100, dari target 8 wilayah keprospekan, dengan
keluaran 8 rekomendasi wilayah keprospekan mineral non logam pada kegiatan: Eksplorasi Umum Endapan Dolomit di Kabupaten Karo, Sumatera Utara; Prospeksi Bahan Baku Semen
di Kabupaten Kaimana, Papua Barat; Prospeksi Endapan Fosfat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Siak, Riau;
Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Sufiori, Papua. Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Barat, Aceh;
Penelitian Batuan Ultrabasa untuk bahan baku pupuk di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara; Penelitian Agromineral di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
d. 8 wilayah keprospekan, pemanfatan potensi, jenis bahan galian lainmineral ikutan dan nilai tambah keekonomian sumber daya geologi dan 2 wilayahdaerah zona bahaya dan sebaran
unsur-unsur Kegiatan Penelitian dan Penyelidikan Konservasi Sumber Daya Geologi tahun 2011
terlaksana sebanyak 10 wilayah dengan keluaran 8 wilayah keprospekan, optimasi pemanfatan potensi dan nilai tambah keekonomiansumber daya geologi dan 2
wilayahdaerah zona bahaya dan sebaran unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan masyarakat
Penelitian dan Penyelidikan Konservasi Sumber Daya Geologi tahun 2011 dilakukan di daerah Nabire-Papua; Konawe-Sulawesi Tenggara, Minahasa Utara-Sulawesi Utara;
Polewali Mandar-Sulawesi Barat; Halmahera selatan-Maluku Utara; Kapuas-Kalimantan Tengah; Lingga-Kep. Riau; Garut-Jawa Barat.
Penelitian konservasi ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong pemanfaatan secara optimal atas potensi sumber daya geologi, bahan galian mineral dan batubara termasuk
bahan galian lain dan mineral ikutan di wilayah usaha pertambangan, daerah bekas tambang, PETI, Pertambangan Skala Kecil, Daerah Mud Vulkano dan mineral ikutan pada
daerah panas bumi.
6. Jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi
Mulai Tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi memberikan rekomendasi teknis kepada pemerintah daerah berkaitan
perubahan aktivitas gunung api, kejadian gempa bumi dan gerakan tanah. Informasi perubahan status dan tingkat aktivitas serta rekomendasi teknis antisipasi bencana gunung api
disampaikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB dan instansi terkait lainnya. Himbauan untuk meningkatkan kewaspadaan juga diberikan kepada Pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Daerah yang wilayahnya memiliki gunung api dan ramai dikunjungi wisatawan maupun pendaki terutama pada peringatan Kemerdekaan RI, Hari Raya Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi dijadikan salah satu indikator keberhasilan penunjang yang tidak kalah penting. Dari target sebanyak 109
rekomendasi yang ditetapkan, dapat direalisasikan sebanyak 296 rekomendasi, atau capaian kinerja melebihi dari target yaitu sebesar 271.
Uraian capaian indikator kinerja yang melampaui target tersebut yaitu : kegiatan tanggap darurat bencana gempabumi, tsunami, gerakan tanah dan gunung api, penyelidikan pasca
gerakan tanah serta kegiatan pemberian tanggapan dan rekomendasi teknis kejadian gerakan tanah 82 gerakan tanah dan tanggapan gempa bumi dengan skala lebih dari 5 SR 114 gempa
bumi serta rekomendasi teknis ketika gunung api mengalami peningkatan status 21 gunung api sehingga harus ditanggapi dan diberikan rekomendasi teknis walaupun tidak menimbulkan
korban jiwa tetapi hal ini dilaksanakan untuk meredam kepanikan masyarakat.
Kejadian gerakan tanah pada tahun 2011 tidak sebanyak kejadian gerakan tanah pada tahun 2010 hal ini disebabkan karena curah hujan pada tahun 2011 mengalami penurunan, demikian
juga kejadian gempa bumi dan letusan gunung api pada tahun 2011 dampaknya tidak separah kejadian gempa bumi dan letusan gunung api tahun 2010.
Tabel 5.79 Status Kegiatan Gunung Api Tahun 2011
No. Nama Gunungapi
Status Sejak
1 G. Lokon
Siaga 24 Juli 2011
2 G. Karangetang
Siaga 08 Agustus 2011
3 G. Papandayan
Siaga 13 Agustus 2011
4 G. Anak Krakatau
Siaga 30 September 2011
5 G. Gamalama
Siaga 04 Desember 2011
6 G. Ijen
Siaga 18 Desember 2011
7 G. Gamkonora
Waspada 03 Mei 2011
8 G. Dieng
Waspada 10 Juni 2011
9 G. Bromo
Waspada 13 Juni 2011
10 G. Marapi
Waspada 03 Agustus 2011
11 G. Lewotobi Perempuan
Waspada 31 Agustus 2011
12 G. Soputan
Waspada 08 September 2011
13 G. Ibu
Waspada 08 September 2011
14 G. Lewotobi Laki-Laki
Waspada 22 September 2011
15 G. Tambora
Waspada 09 Oktober 2011
16 G. Anak Ranakah
Waspada 22 Oktober 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Nama Gunungapi
Status Sejak
17 G. Sundoro
Waspada 05 Desember 2011
18 G. Sinabung
Waspada 07 Oktober 2010
19 G. Kerinci
Waspada 09 September 2010
20 G. Talang
Waspada 17 April 2010
21 G. Sangeang Api
Waspada 04 Juni 2009
22 G. Semeru
Waspada 16 Juli 2009
23 G. Dukono
Waspada 13 Juni 2008
7. Jumlah gunung api yang dipantau untuk kegiatan gunungapi aktif tipe A dari Pos Pengamatan Gunung Api
Kegiatan di bidang kegeologian yang tidak kalah penting adalah pemantauan kegiatan gunung api yang dipantau melalui Pos PGA dan dipantau melalui 10 regional center, pada tahun ini dari
target sebanyak 68 gunung api aktif yang akan dipantau melalui Pos PGA, seluruhnya dapat direalisasikan, atau capai kinerja sebesar 100 . Demikian pula gunung api yang dipantau
melalui Regional Center 10 Regional Center sebanyak 37 gunung api terealisasi 100. Seluruh data kegempaan tersebut ditransmisikan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di
Bandung melalui VSAT, khusus untuk Gunung Api Anak Krakatau data kegempaan ditransfer melalui VSAT tanpa melalui Regional Center. Transmisi data deformasi tilt dan GPS dari
beberapa gunung api ke PVMBG melalui sistem SMS dan VSAT. Data tilt yang terpantau melalui sistem SMS meliputi Gunung Api Talang, Gunung Api Merapi, Gunung Api
Kelud,Gunung Api Batur, dan Gunung Api Anak Krakatau. Sedangkan data GPS Gunung Api Lokon terkirim melalui sistem VSAT. Transmisi data gas dari Gunung Api Dieng dan Gunung Api
Merapi dilakukan melalui sistem SMS.
G G
r r
a a
f f
i i
k k
5 5
. .
4 4
2 2
. .
K K
e e
j j
a a
d d
i i
a a
n n
G G
e e
r r
a a
k k
a a
n n
T T
a a
n n
a a
h h
P P
a a
d d
a a
T T
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
1 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tabel 5.62 Gunung Api Yang Dapat Dipantau Langsung Dari Kantor PVMBG
Melalui Sistem VSAT
No. Regional Center
Gunung Api yang terpantau
1 Tomohon
G. Karangetang, G. Ruang, G. Tangkoko, G. Lokon, G. Mahawu, G. Soputan, G.Awu.
2 Semeru
G. Semeru, G. Bromo, dan G. Lamongan 3
Batur G. Batur dan G. Agung
4 Guntur
G. Guntur, G. Galunggung, G. Papandayan, dan G. Ciremai 5
Bukiitinggi G. Tandikat, G. Marapi dan G. Talang
6 Iya, Ende
G. Iya, G. Rokatenda, G. Kelimutu 7
Inerie, Bajawa G. Inerie, G. Inelika, G. Ebulobo
8 Lewotolo
G. Lewotolo, G. Ileboleng, G. Sirung, G. Iliwerung 9
Ternate G. Gamalama, G. Kie Besi, G. Dukono, G. Gamkonora, G. Ibu
10 Egon, Maumere
G. Egon, G. Lewotobi, G. Lereboleng
8. Jumlah kawasan karst terpetakan pada skala 1:50.000
Kawasan karst yang berhasil dipetakan pada skala 1 : 50.000 adalah sebanyak 2 kawasan, hal ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2011 ini.
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
8 8
. .
T T
r r
a a
n n
s s
m m
i i
s s
i i
D D
a a
t t
a a
A A
k k
t t
i i
v v
i i
t t
a a
s s
G G
u u
n n
u u
n n
g g
A A
p p
i i
M M
e e
l l
a a
l l
u u
i i
R R
e e
g g
i i
o o
n n
a a
l l
C C
e e
n n
t t
e e
r r
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
9. Jumlah lokasi yang telah dilakukan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan infrastruktur.
Pada tahun 2011 telah berhasil dilakukan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan infrastruktur sebanyak 13 lokasi, capaian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya, atau dengan kata lain capaian kinerja adalah 100.
10. Jumlah lokasi yang telah dilakukan pemetaan geologi lingkungan kawasan pertambangan untuk tata ruang pada skala 1:100.000
Kementerian ESDM melalui Badan Geologi pada tahun anggaran 2011 telah melaksanakan kegiatan Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan sebanyak 7 lokasi,
berikut adalah rincian lokasi kegiatan: 1. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat. 2. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan PertambanganPohuwatu, Provinsi Gorontalo.
3. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan PertambanganKapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
5. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
6. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
7. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
11. Jumlah lokasi yang dilakukan pemetaan geologi lingkungan untuk tata ruang pada skala 1:100.000
Pada tahun anggaran 2011 ini juga telah dilaksanakan pemetaan geologi lingkungan tata ruang skala 1 : 100.000 sebanyak 13 lokasi, yang terdiri dari 4 kegiatan yaitu:
a. Kegiatan inventarisasi geologi lingkungan tata ruang di 6 lokasi yaitu: Wilayah Sumatera; Kalimantan; Sulawesi; Bali dan Nusa Tenggara; Maluku dan Papua; Jawa.
b. Kegiatan Spatial Planning on Lombok Island-Cooperation with Georisk di Pulau Lombok bekerjasama dengan Georisk sebanyak 4 lokasi yaitu : Makrozonasi dan Mikrozonasi
Bencana Gempa Bumi, Mataram, Nusa Tenggara Barat; Inventarsi Sumber Daya Mineral, Lombok Barat; Pemetaan Geologi Teknik, Nusa Tenggara Barat; dan Penataan Ruang
Berbasis Geologi, Lombok Timur. c. Kegiatan Penataan Ruang Pascabencana Geologi yaitu berupa Kajian Geologi Lingkungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
terhadap Banjir di Bandung Selatan. d. Kegiatan Monitoring Geologi Lingkungan sebanyak 2 lokasi untuk Monitoring Perubahan
Fungsi Ruang Akibat Kerusakan Lingkungan Geologi, Lumpur Sidoarjo di Jawa Timur.
12. Jumlah layanan informasi publik melalui Museum Kegeologian
Sebagai salah satu kinerja pelayanan kepada masyarakat, indikator yang digunakan adalah mengukur seberapa banyak masyarakat yang mengunjungi museum geologi yang terletak
di Bandung, Jawa Barat. Pada tahun ini jumlah pengunjung melebihi dari target yang telah ditetapkan, yaitu dari target sebanyak 425.000 pengunjung, terealisasi sebanyak 441.344
pengunjung atau capaian kinerja sebesar 103,8. Hal ini karena adanya penambahan jumlah koleksi museum geologi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat mengenai
informasi kegeologian, informasi tersebut tidak hanya diperlukan oleh instansi yang berhubungan dengan bidang kegeologian tetapi juga menarik bagi kalangan masyarakat.
13. Jumlah lokasi pemetaan kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta zona kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta KRB gempa bumi, peta
KRB tsunami
dan peta
risiko gempabumitsunami, gerakan tanah dan
gunungapi
Kondisi geologi Indonesia dengan faktor- faktor geologi, klimatologi yang sangat
dominan menjadikan beberapa wilayah Indonesia rawan akan bencana alam
gunungapi, gerakan
tanah dan
gempabumi dan tsunami. Saat ini bencana
G G
r r
a a
f f
i i
k k
5 5
. .
4 4
3 3
. .
J J
u u
m m
l l
a a
h h
P P
e e
n n
g g
u u
n n
j j
u u
n n
g g
M M
u u
s s
e e
u u
m m
K K
e e
g g
e e
o o
l l
o o
g g
i i
a a
n n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
tersebut belum dapat diprediksi kapan dan dimana terjadinya, tetapi dengan melakukan pemetaan kawasan rawan bencana dapat dilakukakan identifikasi di daerah yang berpotensi
terjadi bencana jika terjadi letusan gunungapi, gempabumitsunami dan gerakan tanah. Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian ESDM melaksanakan Kegiatan pemetaan
kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta zona kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta krb gempa bumi, peta krb tsunami dan peta risiko
gempabumitsunami, gerakan tanah dan gunung api yang pada tahun 2011 menghasilkan peta
kawasan rawan
bencana dan
pemetaananalisis risiko gunungapi dan bencana geologi lainnya sebanyak 59
lembar peta, dengan demikian target yang telah ditetapkan dapat terealisasi sebesar
100 .
Adapun peta-peta
tersebut digunakan sebagai peta dasar dalam
analisis risiko bencana dan digunakannya peta-peta tersebut ke dalam penataan
ruang dan wilayah atau evaluasi tata ruang dan wilayah berbasis bencana geologi.
Pemetaananalisis risiko sangat diperlukan untuk mengetahui risiko dan kerugian yang mungkin terjadi jika terjadi bencana geologi baik gunungapi, gempabumitsunami maupun
gerakan tanah. Dengan analisis risiko tersebut dapat disiapkan langkah-langkah kesiapsiagaan baik melalui penanggulangan struktural maupun peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana gerakat dalam menghadapi bencana geologi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana harus menjadi perhatian yang sangat penting, kemudian pada pasal 40 ayat 3 disebutkan Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya. Hal ini juga didukung
dengan adanya serta UU No. 26 TH 2007 tentang penataan ruang. Rencana Aksi Nasional Tahun 2006 yang diluncurkan oleh BAPPENAS tentang Pengurangan Risiko Bencana.
14. Tersedianya informasi peringatan dini bencana gunungapi dan bencana geologi lainnya
Informasi peringatan dini gunungapi dilakukan melalui analisis aktivitas gunungapi dan perubahan status dari normal-waspada-siaga-awas serta perubahan tingkatan status
gunungapi, ini dilakukan untuk memberi informasi atau peringatan sedini mungkin tentang aktivitas gunungapi.
Grafik 5.45. Kejadian Gerakan Tanah peningkatan status gunungapi di Indonesia Tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Realisasi capaian kinerja kegiatan ini melampaui target yang ditetapkan, yaitu sebesar 222. Semula target yang ditetapkan adalah 27 informasi, dan yang terealisasi adalah 60
informasi. Terlampauinya target kegiatan ini karena semula kegiatan peringatan dini gunungapi yang direncanakan adalah di 10 lokasi, namun ditahun berjalan terjadi perubahan
status dari gunung api di Indonesia, sebanyak 21 gunung api menunjukkan perubahan aktivitas. Di samping itu, juga ada penambahan kegiatan berupa peringatan dini potensi
terjadi gerakan tanah di seluruh provinsi di Indonesia pada setiap bulan. Jika dilihat akurasi kegiatan, maka akurasi dari pembuatan peta peringatan dini perlu di tingkatkan karena
lokasi gerakan tanah masih terjadi pada peta prakiraan terjadi gerakan tanah di zona menengah 19 kejadian atau 23 dan zona potensi gerakan tanah rendah 2 kejadian atau
3 .
15. Jumlah informasi Penelitian Dan Mitigasi Bencana Gunungapi, Gempabumi, Tsunami, Gerakan Tanah.
Capaian kinerja kegiatan penelitian dan mitigasi bencana gunungapi, gempabumitsunami dan gerakan tanah ini pada tahun 2011 melebihi target yang ditetapkan yaitu dari target
sebesar 39 informasi, terealisasi sebanyak 41 informasi atau tercapai 105. Realisasi melebihi target karena adanya kegiatan tambahan berupa penyelidikan gaslumpur di
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
6 6
9 9
. .
S S
i i
s s
t t
e e
m m
P P
e e
m m
a a
n n
t t
a a
u u
a a
n n
G G
u u
n n
u u
n n
g g
A A
p p
i i
d d
i i
I I
n n
d d
o o
n n
e e
s s
i i
a a
M M
e e
l l
a a
l l
u u
i i
R R
e e
g g
i i
o o
n n
a a
l l
C C
e e
n n
t t
e e
r r
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Danau Ranau Sumatera Selatan dan Bitung Sulawesi Utara, dimana saat itu muncul gas yang membuat masyarakat panik sehingga perlu dilakukan penyelidikan.
Informasi yang dihasilkan dari kegiatan Penelitian Dan Mitigasi Bencana Gunungapi, Gempabumi, Tsunami, Gerakan Tanah, antara lain :
a. Informasi geofisika gunungapi di G. Inelika NTT, G. Gede Jawa Barat, G. Sundoro - Sumbing Jawa Tengah, G. Mahawu Sulawesi Utara, dan G. Soputan Sulawesi Utara;
b. Informasi deformasi gunungapi di G. Lewotobi NTT, G. Kelimutu NTT, G. Papandayan Jawa Barat, dan G. Awu Sulawesi Utara;
c. Informasi Geokimia Gunungapi di G. Guntur Jawa Barat, G. Salak Jawa Barat, G. Kelimutu NTT, dan G. Sirung NTT;
d. Informasi gunungapi di Sinabung Sumatera Utara, G. Lokon Sulawesi Utara, dan G. Semeru Jawa Timur, Penelitian Kaldera G. Batur, Penelitian Tephra Gunung Sinabung;
e. Informasi semburan lumpurgas dilaksanakan di Sidoarjo Jawa Timur, danau Ranau Sumatera Selatan dan Bitung Sulawesi Utara; Pemodelan bahaya tsunami lampung
dan cilacap, pemodelan bahaya lahar di G. Bromo, G. Merapi dan G. Karangetang, Evaluasi modeling abu Gunung Gede dan G. Cermei;
f. Informasi Bencana Gempabumi di Sungai Penuh, Tarutung dan Gorontalo; g. Informasi Tsunamigenik di Pantai Barat Sumut, Teluk Bima dan Seram;
h. Informasi Kestabilan Lereng dan Penyelidikan Banjir BandangDebris Flow di Nagreg, Krui – Liwa, Manggarai, NTT dan Palu-Donggala;
i. Informasi gerakan tanah di Sumedang dan Karanganyar;
j. Informasi gerakan tanah di Cipanas dan Cipularang. Kegiatan penelitian dan mitigasi
tersebut bertujuan untuk memperlengkap database kebencanaan geologi serta berguna dalam pengambilan keputusan meningkatkan aktivitas status gunung api.
16. Jumlah sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan kebencanaan dan penyusunan rencana kontinjensi
Capaian kinerja kegiatan sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan kebencanaan dan penyusunan rencana kontinjensi pada tahun 2011 ini sesuai dengan target 100. Kegiatan
tersebut meliputi pelatihan penanggulangan bencana geologi di Bangli Bali, Guci Jawa Tengah, Probolinggo Jawa Timur dan Bantul DIY, Seminar Workshop Kebencanaan
Geologi di Bandung Barat dan Yogyakarta; Pameran mitigasi bencana geologi di Jakarta, Manado, Tangerang, IDEC Jakarta dan di Yogyakarta; Penerbitan Buletin dan Jurnal
Bencana Geologi; Pembuatan Dokumentasi dan pengumpulan Bahan Informasi di G. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Bromo, G. Merapi, G. Rinjani dan G. Karangetang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah mengenai kebencanaan geologi
sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi ancaman bencana geologi.
17. Tersusunnya Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami
Penyusunan Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami merupakan kegiatan prioritas dalam mitigasi bencana geologi
yang bertujuan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan dokumen sebagai antisipasi atau bagian dari kesiapsiagaan pemerintah daerah jika terjadi
bencana geologi. Kegiatan penyusunan pedoman mitigasi bencana gunung api, gerakan tanah, gempa bumi
dan tsunami pada tahun 2011 ini sesuai target yaitu 9 pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami atau capaian kinerja
sebesar 100. Rincian 9 pedoman tersebut adalah sebagai berikut: Standar penyusunan peta gerakan
tanah revisi; SNI legenda gerakan tanah Revisi; Standar Operasional Prosedure Analisis Risiko Bencana Geologi; Pedoman Rencana Kontijensi Gunungapi, Gempabumi, Tsunami
Dan Gerakan Tanah; serta 4 Dokumen Rencana Kontijensi di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Gunung Talang Sumbar, Banyuwangi Jawa
Timur dan Bandung Barat Jawa Barat.
18. Jumlah peta geofisika bersistem dan bertema yang dihasilkan dan digunakan
Pelaksanaan pemetaan geofisika pada tahun ini belum dapat mencapai target line km yang diharapkan. Dari target 100.000 line km yang ditetapkan, hanya terealisasi 49.000 line km
yang dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : terputusnya suplai avtur dari pertamina jayapura karena keterlambatan kedatangan kapal tanker; terbatasnya
muatan cargo dari sentani ke wamena untuk membawa avtur karena muatan lebih mengutamakan terlebih dahulu sembako; terjadinya insiden yang mengatasnamakan
masyarakat baliem di bandara wamena yang melarang helycopter terbang di wilayah mereka; serta cuaca di pegunungan wamena yang tidak menguntungkan sering tertutup
awan, faktor ini yang paling besar menghambat pekerjaan, security officer melarang pindah base operasi dengan alasan keselamatan personil sehingga memperlambat pekerjaan; dan
keterlambatan dirjen wilhan untuk mengirimkan security officer.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
19. Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi sebagai geo-edukasi dan destinasi geo-wisata
Pada tahun 2011 ini Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi sebagai geo-edukasi dan destinasi geo-wisata yang berhasil dilaksanakan adalah sebanyak 17 kegiatan, capaian
ini melebihi target sebanyak 16 kegiatan, atau capaian kinerja mencapai 106.
Sasaran 3 :
Pemfasilitasian Yang Efektif Dan Efisien Untuk Menunjang Ketahanan Energi Nasional.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 6 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator kinerja sasaran beserta target,
realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Jumlah laporan bahan perumusan dan perancangan kebijakan energi lintas sektor
dan daerah Laporan
12 12
100
2.
Jumlah laporan bahan penetapan RUEN dan asistensi RUED
Laporan 8
8 100
3.
Jumlah laporan persidangan DEN, hubungan masyarakat dan Keprotokolan
Laporan 10
10 100
4.
Jumlah bahan penetapan langkah -langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat
energi Laporan
6 6
100
5.
Persentase rekomendasi lokasi dan besaran volume cadangan penyangga energi
Laporan 3
3 100
6.
Jumlah laporan pengawasan pelaksanaan atas pelaksanaan kebijakan energi yang
bersifat lintas sektor Laporan
8 8
100
Secara keseluruhan kinerja untuk mencapai sasaran mewujudkan pemfasilitasian yang efektif dan efisien untuk menunjang Ketahanan Energi Nasional dapat direalisasikan dengan capaian kineja 100.
Tabel 5.81 Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Sasaran 4 :
Perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 10 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Jumlah dokumen perencanaan yang sinergis
Dokumen 3
3 100
2. Jumlah dokumen kesepakatan kerja sama
yang dilaksanakan untuk mendukung prioritas rencana strategis
Dokumen 5
5 100
3. Pencapaian kinerja KESDM sesuai target
100 94,8
94,8 4.
Persentase anggaran KESDM yang digunakan untuk menunjang Prioritas nasional
52 47,84
92
5. Persentase Penyajian LK tepat waktu e.g
hari,minggu,dll 100
100 100
6. Opini BPK terhadap LK
Jenis opini WTP
WTP 100
7. Prosentase efisiensi dan efektifitas pengelolaan
keuangan KESDM 90
60,3 67
8. Jumlah SOP yang dikembangkan
SOP 150
218 145,3
9. Jumlah rancangan peraturan perUUan sektor
ESDM yang diselesaikan Buah
25 22
88
10. Jumlah bantuan hukum dan kasus yang
dimenangkan dan diselesaikan Kasus
4 14
350
11. Rasio berita negatif dan positif
5 : 11 5 : 11
100 12.
Persentase penghapusan BMN yang dipindahtangan-kan kepada pihak ketiga
75 100
133
Tabel 5.82 Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Uraian capaian kinerja masing-masing indikator kinerja sebagaimana tabel di atas, dijabarkan sebagai berikut:
1. Jumlah dokumen perencanaan yang sinergis
Terciptanya sinergi dalam dokumen perencanaan merupakan tugas manajemen yang tidak mudah untuk dilaksanakan, apalagi jika mencakup sumber-sumber daya yang banyak dan
beragam. Dokumen perencanaan strategis yang telah berhasil disusun pada tahun 2011 ini oleh Kementerian ESDM berjumlah 3 dokumen, yaitu : Review Renstra KESDM 2010-2014;
Dokumen Rencana Kerja Kementerian ESDM dan Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran KESDM. Ketiga dokumen tersebut merupakan rangkaian dokumen perencanaan yang
saling terkait satu dengan lainnya serta selaras, dan merupakan acuan untuk pelaksanaan kegiatan seluruh unit kerja dalam lingkungan organisasi KESDM. Sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja, keseluruhan target kinerja tersebut dapat dicapai atau dengan nilai capaian sebesar 100.
2. Persentase dokumen kesepakatan kerja sama yang dilaksanakan untuk mendukung prioritas rencana strategis
Salah satu kinerja sasaran penunjang yang tidak kalah penting adalah adanya dokumen kesepakatan kerjasama dalam dan luar negeri yang berhasil ditandantangani dalam ranka
peningkatan invstasi di sektor energi dan sumber daya mineral. Pada tahun 2011 ini dari 5 buah nota kesepahaman yang ditargetkan akan ditandatangani berhasil direalisasikan seluruhnya.
Dengan demikian capaian kinerja adalah 100. Sebanyak 5 buah dokumen nota kesepahaman MOU telah ditandatangani dan diimplementasikan adalah sebagai berikut:
1. Memorandum of Understanding MoU between The Ministry of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia and The Ministry of Petroleum and Natural Gas of
the Republic of India on Cooperation in the Field of Oil and Gas yang ditandatangani pada tanggal 25 Januari 2011 di New Delhi, India;
2. MoU antara Badan Geologi dan The China Geological Survey of the Ministry of Land and Resources of the Peoples Republik of China CGS Concerning Scientific and Technical
Cooperation in The Field of Geoscience yang ditandatangani pada tanggal 18 Maret 2011 di Beijing, RRT;
3. Persetujuan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Perancis mengenai Kerja Sama Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditandatangani pada tanggal 1 Juli
2011di Jakarta; 4. Letter of Intent between The Ministry of Energy and Mineral Resources of the Republic of
Indonesia and he Minister of Economy of The Republic of Poland on Cooperation in The Field of Energy and Mineral Resources yang ditandatangani pada tanggal 26 September
2011 di Jakarta;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
5. Letter of Intent antara Badan Geologi dan Department of Geology and Minerals The Ministry of Natural Resources and Environment of The Lao People’s Democratic Republic on
Cooperation in The Filed of Geology and Minerals yang ditandatangani pada 26 Desember 2011 di Vientiane, Laos.
3. Pencapaian kinerja KESDM sesuai target
Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup antara lain asumsi makro sektor ESDM yang meliputi harga minyak, lifting minyak
bumi, volume BBM bersubsidi, subsidi BBN dan volume LPG bersubsidi, selain itu juga dinilai dari capaian strategis yang meliputi penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan
energi dan mineral, dan pembangunan daerah Dana Bagi Hasil dan Community Development. Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian
pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan
prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
Kementerian ESDM mentargetkan pencapaian kinerja secara keseluruhan di tahun 2011 adalah sebesar 100. Bila dibandingkan dengan targetnya capaian kinerja KESDM mencapai 94,8,
namun jika dibandingkan capaian kinerja di tahun 2010 adalah sebesar 94,7. Rincian capaian kinerja tahun 2011 sesuai aspek tugas dan fungsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
G G
a a
m m
b b
a a
r r
5 5
. .
7 7
. .
C C
a a
p p
a a
i i
a a
n n
K K
i i
n n
e e
r r
j j
a a
S S
e e
k k
t t
o o
r r
E E
S S
D D
M M
T T
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
1 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tabel 5.83 CAPAIAN KINERJA KESDM
TAHUN 2011
No. Uraian
Satuan 2010
2011 Capaian
thd 2011 Capaian
thd 2010 Realisasi
Target APBN-P
Realisasi
CAPAIAN KINERJA KESDM ASUMSI MAKRO DAN CAPAIAN STRATEGIS
94,8 94,7
ASUMSI MAKRO 96,56
94,15
1. Harga minyak mentah
Indonesia ICP USbarel
78,07 95
111,8 117,68
143,20
2. ProduksiLifting Minyak
Bumi MBOPD
945 945
902 95,45
95,45
3.
Volume BBM + BBN bersubsidi
Juta KL 38,23
40,49 41,24
101,85 107,87
• PremiumBioethanol 22,93
24,54 25,33
103,22 110,47
• Kerosene 2,35
1,8 1,74
96,67 74,04
• SolarBiodiesel 12,95
14,15 13,89
98,16 107,26
4.
Subsidi Bahan Bakar Nabati BBN
Rp.liter 100
100
• Tambahan Subsidi Biodiesel
2.000 2.000
2.000 100
100 • Tambahan Subsidi
Bioethanol 2.000
2.000 2.000
100 100
5. Volume LPG bersubsidi
Juta Ton 2,71
3,52 3,28
106,82 78,97
6. Subsidi Listrik
Triliun Rp 58,11
65,5 93,29
57,57 39,46
CAPAIAN STRATEGIS 93,04
95,25
1. Total Penerimaan
Negara Sektor ESDM Rp Triliun
285,6 324,34
352,15 109
123
Jumlah penerimaan negara sub sektor
migas Rp Triliun
217,2 249,59
278,39 109
115 Jumlah penerimaan
negara subsektor pertambangan umum
mineral, batubara Rp Triliun
66,5 73,53
77,39 116
116
Jumlah penerimaan negara dari subsector
Rp Triliun 0,4
0,35 0,55
155 115
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Uraian
Satuan 2010
2011 Capaian
thd 2011 Capaian
thd 2010 Realisasi
Target APBN-P
Realisasi
energi bari terbarukan Jumlah Penerimaan
lain-lain Balitbang, Badiklat, BPH Migas
Rp Triliun 1,5
0,86 1,76
206 127
2. Subsidi Energi
133,2 195,3
261,5 66,10
3,68
Jumlah subsidi BBM, BBN dan LPG
Rp Triliun 92,.5
129,7 168,2
70,3 18,16
Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun
40,7 65,6
93,3 57,8
3. Jumlah Investasi Sektor
ESDM : US
Miliar 22,1
30,4 27,1
89 123
Jumlah Investasi sub sektor migas
US Miliar 13,7
16.8 18,7
111 137
Jumlah Investasi bidang
ketenagalistrikan US Miliar
5,0 9.7
4,9 51
100 Jumlah investasi sub
sektor mineral dan batubara
US Miliar 3,2
3,4 3,4
107 107
Jumlah Investasi bidang energi baru
terbarukan US Miliar
0,3 0,5
0,1 12
20
4. Pasokan energi dan
mineral 96,5
99,8
Produksi minyak bumi MBOPD
945 945
902 95
95,35 Produksi gas bumi
MBOEPD 1.590
1.534 1.516
99 95,45
Produksi batubara Juta Ton
270 327
293 89
108,52 Rasio elektrifikasi
67,15 70,4
70,4 100
104,84 Jumlah Kapasitas
pembangkit listrik MW
33.923 37.884
37.353 98,6
110,11 Produksi mineral
o Tembaga
Ton 878.377
665.158 618.297
93 70,39
o Emas
Kg 10.535
102.562 78.148
76 74,76
o Perak
Kg 278.781
278.431 223.078
80 80,02
o Ni + Co in matte
Ton 77.186
70.500 70.936
100,6 91,90
o Timah
Ton 49.496
75.000 60.002
80 121,23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Uraian
Satuan 2010
2011 Capaian
thd 2011 Capaian
thd 2010 Realisasi
Target APBN-P
Realisasi
o Bijih nikel
Ton 7.522.759
8.500.000 8.522.128
100,2 113,28
o Ferronikel
Ni 18.688
18,000 19.990
111 106,97
o Bauksit
Mt 15.699.741 10.000.000
10.887.659 109
69,35 o
Bijih besi Mt
3.865.385 5.000.000
5.215.391 104
134,93 o
Granit M
3
2.343.133 2.500.000
2.810.148 112
119,93
5 Pembangunan Daerah
104,6 126,8
Jumlah dana bagi hasil sektor ESDM
Rp Triliun 35,8
43,6 40,9
94 114.25
o Jumlah dana bagi
hasil subsektor Migas Rp Triliun
25,1 33,9
28,1 84
112 o
Jumlah dana bagi hasil subsektor
Mineral dan batubara Rp Triliun
10,5 8,3
12,3 148,19
117,14 o
Jumlah dana bagi hasil subsektor panas
bumi Rp Triliun
0,2 0,4
0,5 125
250
Jumlah CSR Comdev sektor ESDM
Rp Miliar 2.298
1.565 1.658
105,94 72,14
o Jumlah CSR
subsektor Minerba Pabum
Rp Miliar 1.783
1,266 1.651
130,41 92,60
o Jumlah CSR
subsektor Listrik dan Pemanfaatan Energi
Rp Miliar 90,3
99 89
89,90 98,56
o Jumlah CSR
subsektor Migas Rp Miliar
425 266
178 66,92
41,88 Jumlah desa mandiri
energi DME DME
50 50
51 102
102 Jumlah sumur bor
daerah sulit air Titik Bor
100 255
255 100
255
Penjelasan tentang faktor penyebab dan langkah-langkah ke depan dari capaian kinerja di atas telah diuraikan pada tujuan dan sasaran yang terkait dengan masing-masing indikator kinerja.
4. Persentase penggunaan anggaran KESDM yang menunjang Prioritas nasional
Anggaran KESDM
yang dituangkan
dalam Rencana
Kerja dan
Anggaran KementerianLembaga RKA-KL dimaksudkan untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program nasional yang tercantum dalam RKP. Sesuai dengan penetpan kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun, tahun 2011 ini ditargetkan bahwa 52 dari total anggaran yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
ada digunakan untuk kegiatan sesuai prioritas nasional, namun yang berhasil dicapai tahun 2011 ini adalah sebesar 47,84, sehingga capaian kinerja mencapai 92 dari yang
ditargetkan. Hasil capaian kinerja ini memberikan implikasi bahwa lebih dari 50 anggaran KESDM digunakan untuk berbagai kegiatan yang bukan sebagai kegiatan prioritas dalam
RKP Tahun 2010. Sebagaio konsekuensi dari kondisi ini, maka perlu dilakukan penajaman fokus programkegiatan dalam tahun tahun mendatang yang mengacu pada prioritas
nasional dalam RKP.
5. Persentase Penyajian LK tepat waktu e.g hari,minggu,dll
Indikator sasaran ini digunakan untuk menggambarkan pertanggungjawaban APBN melalui proses akuntansi yang telah dilaksanakan dengan tepat waktu, transparan dan akuntabel
dengan asumsi bahwa ketika suatu Laporan Keuangan disajikan tepat pada waktunya maka dapat dikatakan prinsip transparansi dan akuntabilitas telah berjalan dengan baik karena
Laporan Keuangan yang benar idealnya harus memenuhi dua prinsip tersebut. Di tahun 2011, persentase penyajian laporan keuangan tepat waktu mencapai target 100.
6. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan
Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2004-2009 adalah perwujudan pemerintahan yang baik Good Governance. Keberhasilan hal ini dapat
digambarkan melalui berbagai indikator antara lain dalam pengelolaan keuangan negara. Sejalan dengan hal ini salah satu sasaran stratejik yang ingin dicapai oleh KESDM adalah
terwujudnya laporan keuangan yang kredibel, yang diukur melalui opini hasil audit laporan keuangan oleh auditor external BPK.
Tahun 2011 ini, Kementerian ESDM berhasil mewujudkan target capaian kinerja yaitu hasil opini BPK terhadap pengelolaan keuangan dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian
WTP. Hasil ini tidak terlepas dari kerja keras unit pengelolaan keuangan di KESDM. Perlu dijelaskan bahwa capaian kinerja ini merupakan jawaban atau penyelesaian atas
berbagai permasalahan pengelolaan keuangan selama ini, diantaranya: 1 Pencatatan dan pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP Sumber Daya Alam Pertambangan
Umum sudah tertangani dengan baik; 2 Seluruh pengelolmpokan jenis belanja pada saat penganggaran telah sesuai dengan kegiatan yang dilakukan; dan 3 Pencatatan dan
pelaporan aset tetap juga telah memadai. Diharapkan di masa mendatang ukuran kredibilitas laporan keuangan yang telah tercapai ini dapat terus dipertahankan.
7. Prosentase efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan KESDM
Pagu anggaran KESDM Tahun 2011 sebesar Rp. 15,24 triliun yang terdiri dari pagu KESDM murni sebesar Rp. 6,05 trilun dan pagu yang dilaksanakan oleh PT PLN Persero untuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
kegiatan Ikitring dan Lisdes sebesar Rp. 9,20 triliun. Realisasi anggaran KESDM murni sekitar 70,1, namun apabila dilihat dari total realisasi KESDM murni dan PT PLN Persero
mencapai 60,3. Secara rinci realisasi anggaran Kementerian ESDM per Unit Eselon I dan PT PLN Persero, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.84 Realisasi Anggaran Kementerian ESDM
M ilia r R p . I.
6 .0 4 9 ,0 4 .2 3 8 ,0
7 0 ,1 6 .4 7 2
1 S e tje n
1 .0 7 5 ,9 9 5 9 ,2
8 9 ,2 8 5 8 ,0
2 Itje n
1 1 5 ,4 9 2 ,5
8 0 ,1 1 2 8 ,7
3 D J M ig a s
8 0 2 ,6 7 2 7 ,4
9 0 ,6 8 5 6 ,8
4 D J K e te n a g a lis tri k a n
1 3 8 ,5 1 0 9 ,9
7 9 ,3 2 1 1 ,3 1
5 D J M in e r b a
4 0 0 ,4 2 2 5 ,8
5 6 ,4 4 0 6 ,6
6 D J E B T K E
9 4 7 ,4 1 9 6 ,9
2 0 ,8 1 .3 2 0 ,3
7 B a litb a n g
7 3 9 ,5 5 4 9 ,4
7 4 ,3 6 7 2 ,0
8 B a d ik la t
6 6 7 ,5 5 1 1 ,7
7 6 ,7 7 0 6 ,5
9 B a d a n G e o lo g i
8 7 3 ,6 6 8 6 ,7
7 8 ,6 9 7 1 ,0
1 0 B P H M ig a s 2 3 5 ,9
1 3 4 ,3 5 6 ,9
2 6 8 ,9 1 1 S e tje n D E N
5 2 ,3 4 4 ,4
8 4 ,9 7 1 ,8
II. 9 .1 9 6 ,6
4 .9 6 2 ,4 5 4 ,0
9 .1 8 2 ,7 1 .
Ik itr in g 6 .0 2 3 ,6
1 .9 8 3 ,7 3 2 ,9
2 . L is d e s
3 .1 7 3 ,0 2 .9 7 8 ,7
9 3 ,9 1 5 .2 4 5 ,6
9 .2 0 0 ,5 6 0 ,3
1 5 .6 5 5 T O T A L K E S D M P T P L N I+ II
P A G U A N G G A R A N
T A 2 0 1 2 K E S D M
P T P L N P e r s e r o U N IT
N O R E A L IS A S I
S .d 3 1 D e s . 2 0 1 1 P A G U
D E F IN IT IF T A 2 0 1 1
Penyebab realisasi anggaran KESDM dan PT PLN masih belum sesuai target, antara lain: Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring baru disetujui pada akhir tahun 2011.
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10 dari DIPA tahun 2011 dari Kementerian Keuangan baru terbit termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE.
Pagu Blokir yang besar Rp. 2,98 triliun, memerlukan proses pembukaan blokir yang lama sehingga proses pelaksanaan kegiatan terlambat.
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya setoran penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres No. 80 ke 54 menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta
memerlukan waktu mempelajari terlebih dahulu. Belum terealisasinya anggaran Penjelasan terkait realisasi anggaran KESDM:
Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring belum disetujui
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10 dari DIPA tahun 2011 dari
Kementerian Keuangan baru terbit termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE.
Pagu Blokir yang besar di awal tahun anggaran sebesar Rp2.979.354.806.000,- memerlukan proses pembukaan blokir yang lama sehingga proses pelaksanaan
kegiatan terlambat.
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya
setoran penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres 80 ke 54 menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta
memerlukan waktu mempelajari terlebih dahulu.
Keterlambatan pelaksanaan disebabkan besarnya blokir, keharusan penyetoran terlebih
dahulu untuk sumber dana PNBP serta masih transisinya pelaksanaan e-proc disamping sebagian besar barang masih impor dan memerlukan proses fabrikasi menyebabkan
perilaku penyerapanpelaksanaan anggaran belanja modal di KESDM berpola S-Curve.
8. Jumlah Standard Operating Procedure SOP yang dikembangkan
Indikator kinerja ini merupakan indikator tambahan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik. SOP sangatlah diperlukan sebagai pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi. Selain itu juga sebagai alat penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural yang
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Bila seluruh pekerjaan dilakukan sesuai SOP, diharapkan dapat terwujud
komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam rangka memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang
dilakukan oleh seluruh satuan unit kerja dalam organisasi berjalan secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis.
Pada tahun 2011 sebanyak 218 buah SOP telah diselesaikan dan diantaranya 64 buah SOP telah disahkan yaitu SOP Badan Pengatur Hilir BPH Migas sebanyak 52 SOP; SOP
Sekretariat Jenderal sebnyak 4 SOP ; dan 8 Buah SOP Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional DEN, sedangan 154 buah SOP Badan Geologi telah selesai namun belum
disahkan. Jumlah ini jauh melampaui batas target yaitu sebanyak 150 buah SOP. Dengan demikian capaian kinerja ini adalah sebesar 145,3.
9. Jumlah rancangan peraturan perUUan sektor ESDM yang diselesaikan
Jumlah rancangan peraturan per-UU-an sektor ESDM yang dapat diselesaikan di tahun ini sebanyak 22 buah. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pada awal tahun sebanyak 25 buah. Dengan demikian capaian kinerja untuk mencapai indikator sasaran ini sebesar 88. Peraturan perUndang-Undangan yang dapat
diselesaikan di tahun 2011 sebanyak 22 buah dapat diuraikan sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tabel 5.85 Peraturan PerUndang-Undangan
NO NOMORTANGGAL
TENTANG Peraturan Keputusan Presiden
1. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2011
tanggal 7 Februari 2011 Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan
Perseroan Persero PT Perusahaan Listrik Negara 2.
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tanggal 13 September 2011
Penetapan Cekungan Air Tanah
Peraturan Menteri
1. 01 Tahun 2011, 7 Januari 2011
Berita Negara Nomor 4 Pedoman Teknis Pembongkaran Instalasi Lepas Pantai
Minyak dan Gas Bumi 2.
02 Tahun 2011, 16 Februari 2011 Berita Negara Nomor 73
Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara Persero Untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik
Dari Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT perusahaan
Listrik Negara Persero Dari Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi
3. 03 Tahun 2011, 18 Februari 2011
Berita Negara Nomor 77 Pengelolaan Kilang Minyak Bumi Dalam Rangka
Pendidikan dan Pelatihan, Dan Pengelolaan Fasilitas Lube Oil Blending Plant Dalam Rangka Penelitian dan
Pengembangan
4. 04 Tahun 2011, 24 Februari 2011
Berita Negara Nomor 90 Penghargaan Energi
5. Peraturan Bersama MESDM dan Mendagri
05 Tahun 2011, 8 April 2011 Berita Negara Nomor 223
Pembinaan dan Pengawasan Pendistribusian Tertutup Liquified Petroleum Gas Tertentu di Daerah
6. 06 Tahun 2011, 19 April 2011
Berita Negara Nomor 227 Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi Untuk Lampu
Swabalast 7.
07 Tahun 2011, 11 Mei 2011 Berita Negara Nomor 287
Kode Etik dan Tata Tertib Dewan Energi Nasional 8.
08 Tahun 2011, 13 Mei 2011 Berita Negara Nomor 290
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Listrik Perdesaan Tahun Anggaran 2011
9. 09 Tahun 2011, 13 Mei 2011
Berita Negara Nomor 291 Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik Yang
Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan Persero PT Perusahaan Listrik Negara
10. 10 Tahun 2011, 3 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 467 Penetapan dan Pemberlakuan Standar Latih Kompetensi
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan Bidang Pembangkitan Tenaga Listrik Sub Bidang Operasi dan Sub Bidang
Pemeliharaan
11. 11 Tahun 2011, 3 Agustus 2011
Pedoman Akreditasi
Lembaga Penyelenggara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
NO NOMORTANGGAL
TENTANG Peraturan Keputusan Presiden
Berita Negara Nomor 468 Pendidikan dan Pelatihan Sektor Energi dan Sumber
Daya Mineral 12.
12 Tahun 2011, 11 Agustus 2011 Berita Negara Nomor 487
Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Minerba.
13. 13 Tahun 2011, 11 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 488 Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral 14.
14 Tahun 2011, 11 Agustus 2011 Berita Negara Nomor 565
Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kepada Gubernur
Sebagai Wakil
Pemerintah Dalam
Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2011
15. 15 Tahun 2011, 9 September 2011
Berita Negara Nomor 566 Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah,
Gempabumi, dan Tsunami 16.
16 Tahun 2011, 1 November 2011 Berita Negara Nomor 685
Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak 17.
17 Tahun 2011, 21 Desember 2011 Berita Negara Nomor 863
Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
18. 18 Tahun 2011, 21 Desember 2011
Berita Negara Nomor 864 Jadwal Retensi Arsip Substantif Minyak dan Gas Bumi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 19.
19 Tahun 2011, 28 Desember 2011 Berita Negara Nomor 921
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 K40MEM2001
tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan
20. 20 Tahun 2011, 28 Desember 2011
Berita Negara Nomor 922 Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1273 K30MEM2002 tentang Komisi Akreditasi Kompetensi Ketenagalistrikan
10. Jumlah bantuan hukum dan kasus yang dimenangkan dan diselesaikan
Selama tahun 2011 Kementerian ESDM berhasil menyelesaikan dan memenangkan sebanyak 14 perkarakasus khusus untuk kasus yang telah diputuskan dan masih bergulir
didalam maupun diluar pengadilan. Angka tersebut jauh melebihi dari angka yang ditargetkan sebanyak 4 kasus. Dengan demikian capaian kinerja ini mencapai 350.
Meskipun capaian kinerja tahun 2011 tercapai melebihi target, namun masih terdapat kendala-kendala dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut, diantaranya adalah:
Lamanya penyelesaian kasus dikarenakan harus hadirnya para pihak yang berperkara; Kurang koperatifnya pihak-pihak yang diperlukan dalam penyelesaian kasus;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Proses penyelesaian kasus di pengadilan sangat tergantung kepada kebijakan majelis hakim yang memeriksa perkara, baik dari penentuan jadwal sidang maupun pengeluaran
putusan pengadilan; Kurangnya sumber daya manusia untuk menangani banyaknya perkara yang masuk.
11. Rasio berita negatif, netral dan positif
Dalam rangka meningkatkan citra image suatu organisasi kepada masyarakat salah satunya adalah melalui berbagai pemberitaan oleh media massa baik berita negatif maupun yang postifi.
Pemberitaan ini dikelompokkan menjadi kategori, yaitu: berita negatif dan positif. Oleh karena itu indikator ini dijadikan salah satu ukuran keberhasilan Kementerian ESDM dalam
mempertahan citra tersebut kepada masyarakat. Secara keseluruhan capaian kinerja rasio berita negatif, netral dan positif Kementerian ESDM
pada tahun 2011 tercapai sesuai dengan target yaitu 100, dengan komposisi:
Tabel 5.66 Rasio Berita Positif, Negatif dan Netral
Jenis Berita Satuan
Target Realisasi
Capaian
Negatif 5
5 100
Netral 84
84 100
Positif 11
11 100
Adapun Pemberitaan negatif di tahun 2011 yang fenomenal, diantaranya tentang: 1. KenaikanTarif Dasar Listrik TDL untuk sektor Industri.
2. Pemerintah dianggap lamban dalam mengambil keputusan untuk meringankan beban subsidi, sementara harga minyak dunia semakin tinggi.
3. Ketidakjelasan Perpanjangan Kontrak Blok West Madura Offshore WMO. 4. Lifting minyak yang tidak tercapai
5. Penolakan BP Migas terkait Keputusan Pergantian tiga Deputi BP Migas yang tidak sesuai dengan usulan BP Migas
6. Disparitas harga antara BBM bersubsidi dan non subsidi menyebabkan penyelundupan dan penyelewengan penggunaan komoditas tersebut semakin marak.
7. Minimnya dan tidak adanya kepastian pasokan gas bagi industri dalam negeri. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Sedangkan pemberitaan positif di tahun 2011 antara lain: 1.
Meningkatnya investasi sektor Mineral dan Batubara. 2.
Kepastian Pasokan gas bagi industri di dalam negeri. Hal ini dipastikan Usai penandatanganan MoU antara PGN dan Forum Industri Pengguna Gas Bumi FIPGB.
3. Pemerintah mewajibkan PLN membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas
bumi dengan harga ditetapkan maksimal 9,7 sen dollar AS per kwh. Kewajiban tersebut tertuang dalam peraturan menteri ESDM No 22011.
4. Rencana PT PLN Persero untuk meningkatkan rata-rata rasio elektrifikasi di kawasan
timur Indonesia KTI melalui pemanfaatan tenaga surya. 5.
Ditandatanganinya proyek-proyek di bidang minyak dan gas bumi pada tahun 2011. 6.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM berjanji tidak meningkatkan kuota ekspor gas ke luar negeri. pemerintah berencana untuk meningkatkan porsi PT
PLN menggunakan gas, dimaksudkan agar PT PLN dapat berkompetitif lebih baik. 7.
Target peningkatan porsi penggunaan energi baru dan terbarukan EBT pada tahun 2025 dari 17 menjadi 25, sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
energi fosil. 8.
Penugasan pembelian tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit panas bumi kepada PT. PLN Persero dan persetujuan harga jual tenaga listrik kepada pihak
swasta. 9.
Keputusan untuk percepatan realisasi pengiriman gas bumi ke Singapura dari lapangan Gajah Baru di West Natuna sesuai gas sale agreement GSA dan pengiriman ke dalam
negeri sebesar 40 juta kaki kubik per hari melalui mekanisme Swap untuk PLN. 10. Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Koordinasi dan Percepatan Perizinan
Pengusahaan Panas Bumi pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi.
Dalam rangka mendorong pemberitaan positif di media perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan hubungan baik dengan media massa melalui program media gathering atau media relation yang disertai dengan penjelasan terhadap isu-isu aktual di Sektor
ESDM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Menjembatani media massa untuk bertemu dengan pejabat di Kementerian ESDM terkait dengan isu yang sedang berkembang agar masyarakat mendapatkan gambaran
yang utuh. 3. Meningkatkan frekuensi penyebaran informasi berkaitan dengan capaian yang telah
berhasil dilakukan Kementerian ESDM melalui media massa.
12. Persentase penghapusan Barang Milik Negara BMN yang dipindahtangankan kepada pihak ketiga
Indikator kinerja ini juga merupakan indikator tambahan dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik. Pada tahun 2011 ini dalam rangka penghapusan Barang Milik
Negara telah diterbitkan Surat Keputusan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Penghapusan Barang Milik Negara sebanyak 66 SK, yaitu 20 buah SK berasal dari
usulan unit utamasatker KESDM dan 46 SK berasal dari usulan Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS. Jumlah tersebut telah sesuai dengan yang ditargetkan. Sehingga capaian
kinerja mencapai 100.
Sasaran 5 :
Perwujudan KESDM Yang Bersih, Akuntabel Dan Transparan.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 12 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Penyelesaian kasus atas
kewajiban penyetoran kepada kas negara
Rp US
33.625.839.669,5 2.342
390.577.928 1,162
2. Persentase penyelesaian LHP
dan MHP tepat waktu LHP MHP
165 144
87.27
3. Persentase rekomendasi yang
tuntas ditindaklanjuti dalam waktu 6 enam bulan
55
4. Jumlah pengaduan masyarakat
yang selesai ditindak lanjuti Pengaduan
14 14
100
Tabel 5.87 Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
5. Indeks kepuasan unit eselon I
atas pelaksanaan pendampingan dan konsultasi
Unit Es. I 9
6. Jumlah pelaksanaan PKPT
Obrik 165
163 98,8
7. Persentase Pegawai Itjen yang
mentaati ketentuan jam kerja 100
100 100
8. Jumlah review laporan
keuangan Laporan
9 12
133,3 9.
Jumlah pemantauan tindaklanjut hasil pemeriksaan
Obrik 165
118 71,5
10. Jumlah realisasi anggaran
Rp 115.436.600.000
84.018.579.759 73
Penjelasan dari masing-masing indikator kinerja di atas sebagai berikut:
1. Penyelesaian kasus atas kewajiban penyetoran kepada kas negara.
Penyelesaian kasus atas kewajiban penyetoran kepada kas negara merupakan parameter yang terukur dalam mewujudkan ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku 2K dan terciptanya efisiensi, efektivitas dan keekonomian 3 E dalam setiap pelaksanaan tugas dan pengelolaan sumber daya dalam
penyelesaian kasus yang berpotensi merugikan negara dan uang negara yang diselamatkan. Sepanjang tahun 2011 kembali terjadi peningkatan temuan kasus yang berpotensi
merugikan negara menjadi 89 dengan rincian 85 kasus yang kewajiban penyetoran kepada negara dan 4 kasus yang merugikan negara. pada tahun 2011 dari target sebesar
Rp33.625.839.669,5 dan 2.342 telah direalisasikan sebesar Rp390.577.928. atau sebesar 1,162 . Pencapaian realisasi 1,162 disebabkan berbagai situasi di intern unit-unit terkait
dimana proses pelaksanaan rekomendasi yang diberikan oleh para auditor dari Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tidak dapat ditindak lanjuti oleh unit
terkait dalam jangka waktu tahun anggaran 2011.
2. Persentase penyelesaian LHP dan MHP tepat waktu
Terselenggaranya Pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan secara lancar dan tepat sasaran merupakan hasil yang ingin dicapai oleh seluruh unitsatuan kerja di
lingkungan KESDM, dan merupakan tugas Inspektorat Jenderal untuk mengawal atau mendampingiagar terwujud good governance di lingkungan KESDM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pencapaian hasil dapat diwujudkan dengan Penyelesaian LHPMHP yang tepat waktu. Hasil pemeriksaan LHPMHP tersebut akan tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP dan
Memorandum Hasil Pemeriksaan MHP yang wajib diserahkan tepat waktu. Pada tahun 2011 Inspektorat Jenderal merencanakan melakukan pemeriksaan kepada 165 Obrik di
lingkungan ESDM, yang berhasil direalisasikan sampai dengan bulan November 2011 adalah 144 LHPMHP dari realisasi PKPT 163 Obrik, sekitar 19 LHPMHP belum terbit, belum
diterbitkan LHPMHP karena proses penerbitan masih terkendala pada Obrik. Realisasi LHPMHP adalah 87,27.
3. Jumlah pengaduan masyarakat yang selesai ditindak lanjuti.
Terselenggaranya sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang berdayaguna juga harus didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yaitu tampak dari
kemampuan dalam memproses pengaduan masyarakat. Pada tahun ini, jumlah pemantauan pengaduan masyarakat yang ditargetkan dapat diprosesditindaklanjuti adalah sebanyak 14
pengaduan. Inspektorat Jenderal mampu merealisasikan target tersebut yaitu sebanyak 14 obyek pemeriksaan atau sebesar 100.
4. Indeks Kepuasan unit Eselon I atas pelaksanaan pendampingan dan konsultasi partnering dan consulting.
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban dilaksanakan secara tertib,
terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan sistem pengendalian internal pemerintah yang handal dan dilandasi oleh rasa tanggung jawab sehingga member
keyakinan bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.
Sistem pengendali internal adalah proses yang integral berupa tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara terhadap peraturan perundang-
undangan. Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan ditahun 2011 ini, disebabkan Inspektorat Jenderal
belum melakukan survei pada unit-unit Eselon I di KESDM, namun akan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di tahun 2012.
5. Jumlah pelaksanaan PKPT
Tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh unitsatuan kerja di lingkungan KESDM, dan merupakan tugas Inspektorat Jenderal untuk mengawal atau mendampingi agar terwujud
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
good governance di lingkungan KESDM adalah terselenggaranya pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan secara lancar dan tepat sasaran.
Pencapaian hasil dapat diwujudkan dengan realisasi pelaksanaan Program Kerja Pengawasan Tahunan PKPT Inspektorat Jenderal, Penyelesaian LHPMHP yang tepat
waktu, Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan Pemantauan pengaduan masyarakat yang telah diprosesditindak lanjuti. Pencapaian sasaran terhitung dalam 1 satu
tahun anggaran 2011. PKPT menjadi panduan Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan pengawasan,didalamnya terbagi dan terjadwal setiap Obyek Pemeriksaan Obrik yang akan
diperiksa dan sesuai dengan kewenangan masing-masing keinspekturan. Hasil pemeriksaan tersebut akan tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP dan Memorandum Hasil
Pemeriksaan MHP yang wajib diserahkan tepat waktu. Pada tahun 2011 Inspektorat Jenderal merencanakan melakukan pemeriksaan kepada 165 Obrik di lingkungan ESDM,
yang berhasil direalisasikan sampai dengan bulan November 2011 adalah 163 Obrik yaitu sebesar 98,78 , hal ini dikarenakan beberapa obyek pemeriksaan di lingkungan KESDM
yang telah direncanakan untuk diperiksa ternyata membutuhkan waktu ekstra, agar pemeriksaan berjalan efektif maka beberapa unit tersebut direncanakan ulang pada tahun
2012.
6. Persentase Pegawai Itjen yang mentaati ketentuan jam kerja.
Berdasarkan ketentuan jam kerja yang berlaku, jam kerja pegawai Itjen hari senin s.d. kamis adalah pukul 07:30 s.d. 16:00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12:00 s.d. 13:00 WIB
sedangkan khusus hari jumat adalah pukul 07:30 s.d. 16:30 WIB dengan waktu istirahat pukul 11:30 s.d. 13:00 WIB. Untuk hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional adalah hari libur,
kecuali karena ditugaskan secara kedinasan.Pegawai Inspektorat Jenderal yang mentaati jam kerja berjumlah 211 orang. Artinya, bahwa jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal yang
mentaati jam kerja mencapai 100. Ini merupakan bukti pegawai Itjen dalam ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Penetapan indikator kinerja Jumlah pegawai Inspektorat Jenderal KESDM yang mentaati jam kerja diitujukan untuk mengukur ketaatan pegawai terhadap peraturan perundang–
undangan. Penetapan indikator ini juga mewujudkan aspek dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi yaitu penegakan disiplin dan untuk mewujudkan PNS yang handal,
profesional, dan bermoral. Indikator tersebut diharapkan dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.
Indikator tersebut tidak berhubungan dengan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan oleh Eselon I untuk mencapai sasaran instansiorganisasi. Indikator ini lebih sesuai jika
dihubungkan dengan sasaran strategis Eselon II Sekretaris Inspektorat Jenderal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
7. Jumlah review laporan keuangan
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 tahun 2010 pasal 545, dimana salah satu fungsi Inspektorat Jenderal adalah menyusun laporan
hasil pengawasan di lingkungan Kementerian ESDM, maka menghitung jumlah review laporan keuangan dijadikan salah satu indikator keberhasilan Inspektorat Jenderal, hal ini
bertujuan untuk memberikan keyakinan akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan oleh menteripimpinan lembaga
kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Review oleh Itjen pada kementerian negaralembaga tidak membatasi tugas pemeriksaanpengawasan oleh lembaga
pemeriksapengawas lainnya sesuai dengan tugas kewenangannya. Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat seperti dalam audit, karena dalam review tidak
mencakup suatu pemahaman atas pengendalian intern, penetapan resiko pengendalian, pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan
dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilakukan dalam audit. Pada tahun 2011
dari target 9 unit ternyata realisasi yang di capai adalah 12 unit , atau 66,67. Angka 66, 67 dicapai dengan menggunakan rumus dua kali target dikurang realisasi dibagi target dan di
kali seratuspersen.
Hal ini disebabkan banyaknya unit kerja yang pada kenyataan dilapangan membutuhkan sebuah review laporan keuangan untuk memberikan akuntabilitas laporan keuangan
sebelum laporan keuangan tersebut dilaporkan kepada pimpinan. Dari target 9 laporan yang akan direview pada tahun 2011 ini, terealisasi sebanyak 12 laporan
atau capainya kinerja adalah sebesar 113,3
8. Jumlah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Proses setelah LHPMHP terbit, adalah melakukan pemantauan hasil pemeriksaan minimal 30 hari setelah terbitnya LHPMHP untuk mengevaluasi dan menindaklanjuti rekomendasi-
rekomendasi tim pemeriksa terhadap Obrik yang bersangkutan, LHP dan MHP yang ditindaklanjuti sampai dengan bulan Desember sebanyak 118 obyek pemeriksaan atau
sebesar 71.5, hal ini dikarenakan selain melakukan pemantauan hasil pemeriksaan tahun anggaran 2011, Inspektorat Jenderal juga melakukan pemantauan atas hasil pemeriksaan
pada akhir tahun 2010.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
9. Jumlah realisasi anggaran
Pada tahun 2011 ini target Inspektorat Jenderal dalam hal penyerapan anggaran adalah sebesar 100 atau Rp 115.436.600.000,-. Namun dalam pelaksanaannya terealisasi sebesar
73 atau Rp.84.018.579.759,-. Tidak terserapnya anggaran sesuai target disebabkan karena beberapa sub kegiatan tidak dapat direalisasikan dengan pertimbangan realisasi prioritas
kegiatan pada tahun anggaran 2011 dan Itjen berusaha lebih efisien dan ekonomis.
Sasaran 6 :
Perwujudan Kualitas Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Sektor Energi Dan Sumber Daya Mineral
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 7 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Kegiatan
158 162
102,5
2.
Jumlah Usulan Paten dan Hak Cipta Usulan PatenPaten
6 6
100
3.
Jumlah Makalah Ilmiah yang Dipublikasikan Pada Jurnal baik di tingkat Nasional maupun Internasional dan
Laporan Ilmiah Makalah
96 140
145,8
4.
Jumlah MasukanRekomendasi Kebijakan Masukan
Rekomendasi 43
43 100
5.
Jumlah Pilot PlantDemo PlantRancangan ProdukFormula Rancang Bangun Penerapan
Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Pilot PlantDemo PlantRancanganRa
ncang Bangun 31
31 100
6.
Jumlah peta potensi geologi kelautan Peta
9 9
100
7.
Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan
terhadap target APBN yang ditetapkan Miliar Rp
57,85 47,138
81,4
Tabel 5.88 Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM menetapkan 7 indikator kinerja beserta targetnya seperti yang tertera pada tabel diatas untuk mengukur seberapa besar kinerja yang dapat
tercapai di bidang kelitbangan. Capaian kinerja di Bidang kelitbangan tahun 2011, secara rinci diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Bidang Kelitbangan Kementerian ESDM di tahun 2011 ini melaksanakan Kegiatan penelitian dan pengembangan dengan target 158 kegiatan, namun pada realisasinya dapat di laksanakan
sebanyak 162 kegiatan atau capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 102,5. Realisasi yang melampaui target ini karena adanya efisiensi anggaran, yang kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan lainnya. Diantara 162 kegiatan tersebut, terdapat hasil litbang unggulan, diantaranya adalah:
a. Bidang Minyak dan Gas Bumi: 1 Kajian Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Tight Shale Gas Reservoir;
Kegiatan yang dilakukan merupakan kajian dan identifikasi potensi tight shale gas reservoir yang terdapat di Cekungan Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan dengan
maksud untuk menemukan daerah-daerah prospek untuk dilakukan pemboran. Kegiatan meliputi survey geologi lapangan dan evaluasi petroleum system. Hasil kegiatan berupa
peta-peta bawah permukaan yang mengindikasikan terperangkapnya gas pada batuan prospek shale-gas.
Formasi yang prospek mengandung Shale Gas di daerah Sumatra Utara adalah
batuan shale dari Formasi Bampo, Formasi Belumai dan Formasi Baong.
Formasi Bampo menunjukkan kualitas berpotensi shale gas yang baik, dengan
komposisi mineralogi yang cukup rapuh dengan tingkat kerapuhan BI yaitu 0.70 -
0.74, mengandung material organik yang sedang dengan TOC 0.76 - 0.84 dengan
tingkat kematangan mencapai matang Tmax 425
o
C 440
o
C. Faktor yang memperkecil kualitas adalah tingginya
kandungan smectite yang cukup besar 10 - 15 yang mengakibatkan batuan dapat
Gambar 5.71. Sebaran Formasi Baong Top Matang milisekon
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
mengembang akibat terkena air yang nantinya akan menyumbat pori rekahan pada saat fracturing.
Formasi Baong secara umum menunjukkan kualitas berpotensi shale gas cukup baik, dicirikan oleh litologi yang umumnya batulempung, didominasi oleh kuarsa, lempung dan
kalsit, mengandung TOC cukup tinggi 0.63 - 1.4 dengan tingkat kematangan umumnya dikategorikan sebagai mendekati matang Tmax 426 - 437
o
C, dan tingkat kerapuhan yang cukup rapuh hingga rapuh sebesar 0.52 hingga 0.78. Pada beberapa
tempat kualitas Formasi Baong kurang baik dikarenakan tingginya kandungan smectite 10 - 15 yang mengakibatkan batuan dapat mengembang akibat terkena air yang
nantinya akan menyumbat pori rekahan pada saat Fracturing.
2 Pengembangan Tight Sand Reservoir dan Stratigraphic Trap Lapangan Migas Sumatera Selatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan tambahan cadangan migas pada daerah prospek dan lead yang terdapat pada lapangan Migas Sumatera Selatan.
Hasil pemetaan geologi bawah permukaan dan analisis perangkap stratigrafi trap ditemukan beberapa kawasan prospek baru siap bor yang dihasilkan dari perangkap
stratigrafi trap sejumlah 5 lima kawasan prospek dengan luas area 26,886,220 m
2
, dan 2 dua kawasan prospek yang berasal dari tight sand reservoir dari batupasir Formasi
Talang Akar seluas 7,716,250 m
2
.
Gambar 5.72. Identifikasi Prospek Formasi Talang Akar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
3 Kaji Ulang Data Geoscience Untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas
Kegiatan dilakukan dengan menganalisis petroleum system, perhitungan sumberdaya migas serta memberikan rekomendasi blok sebagai masukanrekomendasi kebijakan
tentang hasil kaji ulang wilayah kerja migas. Kaji ulang data geoscience bertujuan untuk meningkatkan penjualan Wilayah Kerja
Migas baru sehingga meningkatkan penerimaan devisa negara. Kaji ulang dilakukan melalui tinjauan model dan evolusi tektonik cekungan, konsep sedimentologi dan
stratigrafi serta petroleum sistem dalam masing-masing wilayah kajian. Setelah dilakukan kaji ulang, maka direkomendasikan beberapa blok untuk ditawarkan
kembali dengan melaksanakan tindak lanjut. Blok dimaksud antara lain Blok Arafura, Blok South Bulungan, dan Blok Jangeru seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.89 Blok yang Direkomendasikan Untuk Ditawarkan Kembali
NAMA BLOK
CEKUNGA N
TIPE CEKUNGAN
DATA PETROLEUM
GEOLOGI DAN KEEKONOMIAN
TINDAK LANJUT KUANTITAS
KUALITAS
Arafura Aru
Foreland Spasi
seismik 20 – 50 km
Nav. Balancing
mistie. sumur
referensi pd setting geol
berbeda. Keberadaan SR
blm meyakinkan fase gas – lewat
matang. Migrasi sblm terbentuk
perangkap Pemetaan
paleogeografi dan fasies.Pemodelan
dgn sumur terdekat.Pemetaan
gravity konfigurasi detail.
South Bulungan
Tarakan Transtention
Transpression 4 Sumur, 2
dry Bbrp line seis.
Sedang jelek Di bagian. Utara
masih menjanjikan,
namun kurang ekonomis.
Pemetaan Lead Prospek dan
penghitungan Resource
Assesment.
Jangeru Lariang
Extension Basin Rift
Divergent Tdk ada
sumur data seismik
- Play Neogen Up.
Mios– Pliosen. Play Paleogen
memungkinkan Pemetaan top
struktur Play Neogen
Paleogen dibuat Lead Prosp.
b. Bidang Mineral dan Batubara 1 Optimasi Proses Prototype Plant Coal Water Fuel
Tujuan kegiatan adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan CWF untuk mendapatkan data optimum proses pembuatan CWF dengan batubara hasil upgrading
pada skala prototype plant, serta mendapatkan kontruksi burner dan tungku pembakar CWF sebagai pengganti burner BBM.
Dari hasil percobaan optimasi pembuatan dan pembakaran CWF. dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
a. Proses penyalaan awal dibutuhkan pemanasan ruang bakar hingga mencapai 500- 600
o
C untuk dapat memasukkan CWF kedalam ruangan bakar harus dengan pengaturan putaran motor pada frekuensi 7 Hz dengan kapasitas 35-45 kgjam CWF.
b. Untuk dapat terjadinya pengkabutan dibutuhkan udara tekan 2.5 -3 bar c. Pembakaran CWF yang terbaik dengan menggunakan spray burner 3 temperatur
tungku dapat mencapai 1121
o
C. Dalam proses ini masih terjadi sumbatan akan tetapi relatif lama + dikarenakan adanya radiasi panas pada burner sehingga ada
sebagian CWF yang mengering yang dapat menyebabkan sumbatan.
2 Pengembangan Cold Model Fluidized Bed Hasil yang dicapai adalah modifikasi desain distributor yang telah dilakukan
menghasilkan kinerja alat cold model fluidized bed yang lebih baik, di mana loopseal dapat berfungsi mensirkulasikan pasir dengan baik. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
kondisi bubbling dan circulating fluidization dapat tercapai, pasir dapat tersirkulasi dengan baik pada laju alir udara ke riser sebesar 6 ms.
Pasir dapat tersirkulasi dengan baik, namun laju sirkulasi pasir belum dapat ditentukan disebabkan desain alat cold model fluidized bed belum sempurna. Pembagian loopseal
menjadi 2 bagian yaitu supply dan recyclechamber menyebabkan pasir tertumpuk di recycle chamber dan riser, sehingga pasir tidak dapat tersirkulasi dengan sempurna.
Hasil gasifikasi batubara dengan pereaksi oksigen menunjukkan batubara Wara menghasilkan komposisi gas H2 tertinggi, sementara komposisi gas CO untuk ketiga
batubara hampir tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengaruh pereaksi terhadap komposisi gas terlihat sangat signifikan pada batubara PKN.
Grafik 5.46. Temperatur ruang bakar dengan menggunakan spray burner 3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Tabel 5.90 Perbandingan Komposisi Gas Produk Gasifikasi Batubara Penerapan dan
PKN Dengan Pereaksi Oksigen dan OksigenSteam
Batubara Pereaksi
CO H
2
CO
2
CH
4
C
2
H
4
C
2
H
6
Peranap Oksigen
33,6 17,5
34,6 12,5
0,7 1,1
Oksigensteam 36,0
16,5 27,8
16,5 1,3
1,9 PKN
Oksigen 34,6
9,4 43,3
11,0 0,7
0,9 Oksigensteam
19,9 43,3
26,9 8,8
0,6 0,5
3 Pengembangan Proses Upgrading Batubara Peringkat Rendah CDB Kegiatan pengembangan CDB pada tahun 2011 ini adalah menyiapkan peralatan
pulverized coal burner tungku pembakaran batubara bubuk dan rotary dryer sebagai bagian dari peralat pilot plant CDB yang akan dibangun secara bertahap sampai dengan
tahun 2013. Pada kegiatan tahun 2011 ini juga dibahas mengenai beberapa teknologi upgrading batubara dan keekonomian upgradingpengeringan batubara dibandingkan
dengan blending batubara. Kajian dibuat dengan tujuan mengetahui hambatan-hambatan teknis yang
menyebabkan penerapan teknologi pengeringan batubara di Indonesia masih belum komersial dan memberikan usulan tentang upaya yang harus dilakukan untuk
mempercepat komersialisasi teknologi tersebut. Pada tahun 2011 telah dilakukan desain, fabrikasi, konstruksi dan modifikasi pulverized
burner dan rotary dryer. Komponen alat pulverized burner terdiri dari screew feeder, blower, ruang pembakaran dan
ruang pengenceran gas buang. Ruang pengenceran gas buang
diperlukan untuk menurunkan suhu gas buang dari pulverized
burner yang
semula 900
o
C menjadi sekitar 500
o
C. Gas buang dengan suhu ini diperkirakan
cukup rendah untuk dipakai sebagai
energi pengeringan
batubara.
Gambar 5.73. Uji Coba Pembakaran Dalam Ruang Bakar Burner
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Kegiatan pengembangan pilot plant CDB ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Identifikasi peralatan yang akan dipakai b. Pembuatan Burner
c. Instalasi Peralatan Pilot Plant d. Instalasi Peralatan Pilot Plant CDB
Hasil uji coba peralatan CDB menunjukkan burner telah berfungsi dengan baik begitu juga rotary dryer tetapi aliran panas dari burner ke rotary dryer tidak berfungsi optimal.
Dugaan sementara adalah kapasitas exhauster kurang besar sehingga perlu dilakukan modifikasi lanjutan yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2012.
c. Bidang Ketenagalistikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi 1 Pengembangan Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia
Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan menyiapkan data dan informasi mengenai potensi energi terbarukan dan menyajikannya dalam bentuk database berbasis peta
yang dapat diakses melalui website P3TKEBTKE, yang kegiatannya meliputi pembuatanpembangunan peta potensi energi terbarukan Indonesia dan membangun
database potensi energi terbarukan Indonesia berbasis peta Peta Potensi EBT. Database ini nantinya akan dapat diakses melalui website P3TKEBTKE,
menginventarisasi data hasil studi potensi EBT yang telah dilakukan oleh P3TKEBTKE untuk komoditas energi angin, mikrohidro, biomasa, panas bumi dan surya, melakukan
studi potensi energi angin, mikrohidro dan biomassa untuk melengkapi data pada daerah prospek yang belum memiliki data potensi. Database ini diolah dengan
menggunakan software WMS.8.3. Selain itu, diperlukan pula Arc Gis desktop 10, peta digital, global mapper 12xx trial TOP, anemomoter dan perlengkapannya serta menara
ukur potensi angin. Hal-hal yang telah dicapai dalam kegiatan tahun 2011 adalah instalasi alat ukur
kecepatan dan arah angin mulai awal Oktober 2011 di Desa Tegalsiwalan, Kec. Tegalsiwalan, Kab. Probolinggo dengan hasil analisis data tgl 11 okt – 12 nov 2011
menunjukkan arah angin dominan dari selatan dan hasil analisis data tgl 11 okt – 12 nov 2011 menunjukkan kecepatan rata-rata pada 3 tiga ketinggian yang berbeda,
kecepatan rata-rata pada 20 m adalah 4.27 ms, kecepatan rata-rata pada 30 m adalah 5.29 ms dan kecepatan rata-rata pada 50 m adalah 6.55 ms.
Selain itu dilakukan perbaikan existing sistem pengukur kecepatan dan arah angin. Di Lokasi Tahuna, Sulawesi Utara, perbaikan sistem telah dilakukan dengan melakukan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
penggantian data logger dan pemasangan PV modul untuk memastikan kontinuitas suplai daya ke data logger. Di lokasi Lembeh, Sulawesi Utara, sistem memerlukan
perbaikan yaitu penggantian data logger. Dari pengukuran kecepatan angin sesaat yang dilakukan di dua lokasi, yaitu Kabupaten
Serdang Bedagai, Sumatera Utara dan Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku direkomendasikan pemasangan sistem pengukuran angin untuk mengetahui kecepatan
dan arah angin tahunan. Hasil studi verifikasi data potensi mikrohidro di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi
Barat adalah PLTMH Kunyik berkapasitas 22,5 kW dan PLTMH Kurrak berkapasitas 15 kW. Sedangkan di Kabupaten Nagekeo, NTT adalah PLTMH Bela berkapasitas 16 kW,
PLTMH Mulakoli berkapasitas 28 kW, dan PLTMH Wolokisa berkapasitas 26 kW. Verifikasi data dilakukan untuk pengukuran potensi biomassa di Kabupaten Serdang
Bedagai, Sumatera Utara dan Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. 2 Pilot Project PLTG Landfill Kapasitas 10 Kw Di TPA Bengkala Singaraja Bali
Tujuan kegiatan ini adalah terbangunnya Pilot Project PLTG Landfill 10 kw. Sebagai salah satu upaya dalam penyediaan energi menggunakan sumber energi setempat, khususnya
sumber energi terbarukan, termasuk pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang memanfaatkan gas metan untuk bahan bakar pembangkit. Lokasi kegiatan di TPA
Bengkala Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Pembangunan pilot project ini sedang berlangsung. Problema yang sering dihadapi oleh
PLTG Sampah adalah kontinuitas produksi gas metan. Kajian teknologi gasifikasi antara sanitary landfill dan landfill cell termasuk eksplorasi dan eksploitasi gas landfill
menunjukkan bahwa komposisi gas metan rata-rata di TPA Bengkala pada semua sumur 12 sumur di Blok 2 adalah sebesar 33.88 persen, sedangkan rata-rata pada 6 sumur
tidak termasuk 6 sumur yang telah di-release adalah sebesar 48.35 . Dengan mempertimbangkan produktivitas dan komposisi gasnya yang tidak stabil dan
tercampurnya gas-gas lain yang tidak dapat terbakar serta nilai kalor spesifik gas sampah yang rendah maka digunakan teknologi organic rankine cycle ORC dalam
sistem pembangkit listrik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
d. Bidang Geologi Kelautan 1 Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai EBT di Perairan Selat Molo, NTT
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa daerah ini cukup potensial dan memenuhi syarat untuk penempatan turbin pembangkit listrik tenaga arus. Kedalaman maksimum
16 – 50 meter. Berdasarkan distribusi harga kecepatan arus dari hasil pengukuran arus mobile
kecepatan arus rata-rata yang terukur 0,9 – 2,74 mdetik dengan kecepatan maksimum yang terukur 4,95 mdetik. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran arus stasioner
menunjukkan , kecepatan arus tertinggi terjadi pada saat kondisi air pasang dan kondisi air surut. Sedangkan kecepatan arus terendah terjadi pada saat kondisi air pasang
maksimum dan surut minimum slack dengan kecepatan maksimum yang terukur 1,85 mdetik.
Dalam penelitian dilakukan pengamatan terhadap distribusi data arah dan kecepatan angin.
Tabel 5.71 Distribusi Kecepatan Arus Line-000
Kedalaman m Kecepatan Arus
Minimum ms Kecepatan Arus
Maksimum ms Kecepatan Arus Rata-rata
ms
2,75 1,51
3,15 2,34
3,75 1,57
3,02 2,35
4,75 1,6
3,25 2,39
5,75 1,77
3,56 2,42
6,75 1,76
3,1 2,41
7,75 0,46
3,22 2,42
Scrubber dan Separator
Turbin Kondensor
Gambar 5.74. Peralatan pendukung pilot project
Generator Boiler
Panel Kontrol
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
8,75 1,39
3,06 2,36
9,75 1,38
3,98 2,43
10,75 1,38
3,77 2,39
11,75 1,68
4,95 2,47
12,75 1,44
3,47 2,41
13,75 1,46
4,78 2,54
14,75 1,65
3,50 2,46
15,75 0,33
4,02 2,49
16.75 1,2
3,63 2,51
17,75 1,32
3,35 2,61
18,75 1,58
4,22 2,74
19,75 1,67
3,81 2,64
20,75 1,01
4,06 2,53
2 Kajian Indikasi Potensi Energi OTEC di Sulawesi Utara Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi data mengenai potensi energi samudera
yang dapat diberdayakan menjadi pembangkit listrik terutama di daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya baik yang minim mendapatkan pasokan listrik.
Dari hasil kajian ini a diperoleh zona yang berpotensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang disesuaikan dengan data kependudukan di daerah yang menjadi
penempatan sistem OTEC tersebut. Daerah kajian termasuk kedalam perairan terbuka yang mempunyai kedalaman laut
yang cukup dalam sehingga sangat cocok untuk penempatan sistem OTEC. Dari hasil analisis data sekunder nilai ΔT di seluruh wilayah Indonesia pada tiap musim berubah-
ubah, namun perubahan tersebut tidak terlalu jauh yang terlihat pada musim barat Desember, Januari, Februari.Pada musim timur Juni, Juli, Agustus terlihat bahwa
daerah di bagian selatan Jawa dan Laut Banda nilai ΔT mengalami penurunan drastis. Hal ini dikarenakan terjadinya upwelling di perairan Laut Banda dan selatan jawa.
Sementara di perairan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi Utara ΔT mengalami penurunan sedikit, akan tetapi masih diatas 20⁰. Hasil analisis ini menunjukan bahwa daerah kajian
sangat berpotensi untuk diban gun sistem OTEC.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
2. Jumlah usulan paten dan hak cipta
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM berhasil merealisasikan usulan paten dan hak cipta yang telah ditargetkan yaitu 6 buah paten di bidang minyak dan gas
bumi sebanyak 1 buah paten, mineral dan batubara sebanyak 2 buah paten, bidang ketenagalistrikan sebanyak 1 buah paten, serta 3 buah hak cipta di bidang geologi kelautan.
Rincian patenhak cipta yang dapat direalisasikan di tahun 2011 ini adalah sebagai berikut: a Bidang Minyak dan Gas Bumi
Usulan paten di bidang minyak dan gas bumi adalah Metode Formulasi Inhibitor Korosi dari Limbah Industri Kelapa Sawit.
b Bidang Mineral dan Batubara Usulan paten dan hak cipta tahun 2011 di bidang mineral dan batubara kepada Direktorat
Hak kekayaan Intetelektual sebanyak 2 usulan, yaitu:
Gambar 5.75. Nilai ∆T pada Musim Barat di Kedalaman 600 m, Aghina drr 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
1. Pembakar Siklon Gasifikasi Gasification Cyclone Burner 2. Kokas pengecoran dari batubara non coking Indonesia
c Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Usulan paten dan hak cipta di bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan
Konservasi Energi adalah keluarnya usulan paten Komposisi Material Pelat Bipolar Fuel Cell dengan nomor permohonan P00201100177 tanggal 23 Maret 2011.
d Bidang Geologi Kelautan Usulan paten dan hak cipta di bidang geologi kelautan kepada Direktorat Hak kekayaan
Intelektual sebanyak 3 usulan, yaitu: 1. Usulan HAKI Buku Katalog Foraminifera Perairan Indonesia
2. Usulan HAKI Buku Mineral Philipsit di Tinggian ROO - Samudera Hindia 3. Usulan HAKI Rancang Bangun Radio Link Telemetri Data Multiplex
3. Makalah Ilmiah yang dipublikasikan Melalui Jurnal baik di tingkat Nasional maupun Internasional dan Laporan Ilmiah.
Jumlah Makalah yang berhasil dipublikasikan di tahun 2011 ini melebihi dari target yang cukup tinggi hingga mencapai 145,8, yaitu dari 96 makalah yang ditargetkan, terealisasi
sebanyak 140 makalah. Topik makalah ini terdiri dari makalah di bidang minyak dan gas bumi, Mineral dan batubra, Ketenagalistrikan dan energi baru, serta bidang geologi. Rincian dari 140
makalah tersebut adalah sebagai berikut : a. Bidang Minyak dan Gas Bumi
Makalah ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi dimuat dalam Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” Volume 45 Nomor 1 – 3 Tahun 2011 dan Scientific Contribution Oil
and Gas Volume 34 Nomor 1 - 3 Tahun 2011. Makalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meramu Bensin Ramah Lingkungan Dengan Pemanfaatan Butanol
2. Penanggulangan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Di Area Kilang Refinary Unit Menggunakan Teknik Bios
3. Potensi Pengembangan CNG Darat Terestial CNG di Indonesia 4. Pembuatan Bahan Bakar Minyak Solar 48 Bertitik Nyala Minimum 55‚ C dan 52‚ C Melalui
Cutting Distillation 5. Rancang Bangun Adsorben Mercuri Removal
6. Evaluasi Metode Estimasi Viskositas Kinematik Campuran Biner Base Oil Dan Aditif Viscocity Modifiers VMs
7. Cadangan Strategis Minyak untuk Keamanan Energi Indonesia 8. Analisis Tingkat Penguapan pada Minyak Lumas Transmisi
9. Pemanfaatan Bakteri Thiobacillus Thioparus untuk Mendegradasi Kandungan Sulfur dalam
Gas Alam Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
10. Penggunaan Infra Red Oil Analyser Untuk Memantau Kondisi Minyak Lumas Mesin Diesel 11. Rancangan Dasar Perhitungan Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Karbon pada
Struktur Baja Anjungan Minyak di Lingkungan Air Laut 12. Potensi Pengembangan EOR untuk Peningkatan Produksi Minyak Indonesia
13.Geologi Pengideraan Jauh dalam Studi Evaluasi Lahan Migas di Cekungan Kutei Atas Bagian Utara
14.Injeksi Surfaktan Polimer dengan Pola Quartered Five Sport pada Reservoir Minyak 15.Efek Berat Molekul Polietilen Glikol PEG pada Membran Solusa Asetat terhadap
Selektifitas Pemisahan Gas CO
2
CH
4
16. Pemodelan Sekuestrasi Gas CO
2
pada Saline Aquifer dengan Mekanisme Perubahan Fase dan Alterasi Mineral
17.Gas Alam untuk Bahan Bakar Gas dan Bahan Baku Petrokimia 18.Pemilihan Umpan Kilang Berdasarkan Pendekatan Jenis Minyak Bumi dan Yield Distilasi
19. Efisiensi Katalitik Konverter Dalam Mengurangi Emisi Karbon Monooksida dan Unburn
Hydrocarbon pada Bahan Bakar Bensin 88 20.Oksidasi Katalitik Karbon Monosikda pada Katalis Pt-Zeolit Alam Berpromotor Serium
21.Pengujian Kinerja Terbatas Minyak Solar Bertitik Nyala 55
o
C pada Multicylinder Test Bench
22.Fluida Incompressible Sebagai Penyalur Tenaga dalam Sistem Hidrolik Tertutup 23. Perbandingan Biaya pada Teknik-Teknik Remediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi
24.Pengaruh Mutu Bahan Bakar Diesel terhadap Pembentukan Emisi Partikulat Pada Kendaraan Bermotor
25.Upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Bangunan Hijau 26.Prediksi Jumlah Emisi CO
2
dari Kegiatan Transportasi Khusus Kereta Api dan Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Mengurangi Emisi
27.Kelayakan Pemanfaatan Gas Metana Batubara Untuk Pembangkit Listrik 28.Prediksi Kecepatan Gelombang S Shear Wave dengan Batas Hashin Sthrikman
Menggunakan Metoda Lee 29.Analisis Potensi Sumber Daya Hidrokarbon Cekungan Upper Kutai Bagian Selatan
Kalimantan Timur 30. Membangun Sistem Informasi Mikroba dan Nutrisi Potensial untuk Meor berbasis Database
31.Pengaruh Penambahan Aditif MX-1 dalam Minyak Solar 48 terhadap Perubahan Sifat-Sifat FisikaKimia Utama dan Kinerja Mesin
32.Analisa Kerusakan Komponen Mesin Diesel Melalui Uji Fisika Kimia Minyak Lumas API CF-4 33. Development of Wright Blending Method in Viscocity Estimation of Liquid-Binary Mixture of
Base Oil and Olefin Copolymers OCPs 34.Tehnology Challenges in Indonesia Oil and Gas Development
35.Irreducible Water Saturation and ITS Governing Factors: Characteristics of Some Sandstones in Western Indonesia
36. Reduction of Bacteria Cells Viability in Injection Water Using Ammonium Chloride 37.Environmental Study On Co2 Storage In The Deep Sea: An Overview
38. CO
2
Storage Capacity Estimation of Depleted Oil and Gas Reservoirs in Indonesia 39. The Effect of Biocides Addition Againts Morphology any Size Distribution of Bacteria Cells
in Injection Water 40.The Jurassic-Cretaceous Paleogeography of The Sula Area, North Maluku
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
41.Oxidation Stability Improvement For Jatropha Biodiesel To Meet The International Standard For Automotive Applications
42.Extraction of Naphthenic Acid from Indonesian Crude Oils by Methanol-Ammonium Solution
43. Oligocene Palynological Zonation Scheme From East Java Sea 44.Rock Wettability Characteristics of Some Indonesian Limestones
45.Risks Analysis of Carbon Dioxide Storage in Geological Formations 46.Polymer Properties Determination For Designing Chemical Flooding
47.The Imprortance of Litho-Facies Distinection in Determining The Most Representative
Cementation Factors for Well-Log Evaluation: An Old Issue Persistently Neglected 48.Ranking of Indonesia Sedimentary Basin and Storage Capacity Estimates For CO2
Geological Storage 49.A Review of Biodiesel Development in Indonesia: Current Status, Future Potential And Its
Impact on The Environment 50.Characterization of Thermal Precipilator in Smoke Collector by Using Particle Counter
51.Comparison Valve Deposit Formed on Diesel Engine Caused by Biodiesel and Petroleum Diesel Fuel
b Bidang Mineral dan Batubara Makalah Ilmiah ini dimuat dalam Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 7 Nomor 1-
4 Tahun 2011, Indonesian Mining Journal Volume 14 Nomor 1-3 Tahun 2011 , Jurnal Badiklat. Makalah dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Peluang dan tantangan Peningkatan Nilai tambah Batubara 2. Analisis Dampak Profitabilitas Pengusahaan Batubara Kalori Rendah terhdap Rencana
Penurunan Biaya DHBP bagi Pengusaha dan Pemerintah 3. Karakterisasi Mineral Ampas Pengolahan Bijih Emas Pongkor
4. Pembuatan bahan Refraktori Alumina dari Residu Bauksit 5. Penggunaan Metode Statistik K-Means Clustering pada Analisis Peruntukan Lahan Usaha
TambangBerbasis Sistem Informasi Geografi 6. Estimasi Biomassa Hutan Sekunder dan Daerah Reklamasi Menggunakan Teknologi
Inderaja dan Sistem Informasi Geografi 7. Kelayakan Usaha Pembuatan Batako, Paving Block dan Bata Merah Berbahan Baku Limbah
Hasil Pembakaran Batubara 8. Evaluasi Sistem Otomatisasi Pencadangan Wilayah Pertambangan Berbasis Sistem
Informasi Geografis di Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang 9. Produksi, Konsumsi Semen dan Bahan Bakunya di Indonesia Periode 1997 – 2009 dan
Prospeknya 2010 – 2015 10. Runtunan Stratigrafi Sedimen Holosen Keterkaitannya dengan Kasiterit di Lepas Pantai
Tenggara P. Singkep, Kepulauan Riau 11. Eliminasi Oksida Besi dari Kaolin Nagreg dengan Metode Pemisahan Cairan-Cairan
12. Pembuatan dan Pembakaran CWF dari Batubara Hasil Proses Upgrading 13. Prospek Pengembangan Usaha Pembuatan Briket Batubara di Sumatera Barat Guna
Mengatasi Kelangkaan Minyak Tanah Analisis Supply, Demand dan Finansial Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
14. Biooksidasi Galium Sulfida Menggunakan Kultur Campuran Acidithiobacillus Ferrooxidans dan A. Thiooxidans
15. Analisis Stabilitas Tanggul, Desain Rawa dan Lereng Tambang untuk Mendukung Operasi Penambangan
16. Controll of Illegal Mining PETI in Indonesia: Policy and Program 17. Improvement of Low Rank Coal Properties by Various Upgrading Processess
18. Production of Activated Carbon from Subbituminous Coal Using Rotary Kiln and Cyclone
Burner 19. Toxicology Test on Coal Ash from Asam-Asam Coal Fired Power Plant, Tanah Laut – South
Kalimantan 20. De-Zincing of LeadCopper Sulphide Minerals Flotation
21. Mineralogical Characters of Karang Paningal Epithermal Vein Deposits, West Java 22. Geologic Aspects Controlling Maceral and Mineral Matter Content of Satui Coals - South
Kalimantan 23. The Effect of Hydrogen Pressure on the Preparation of Artificial Caking Coal for Coke Binder
24. Extraction of Pottasium from Feldspar and Leucite by Two Different Activation Methods: Mechanical Activation Milling and High Temperature Activation Roasting
25. Structural Changes of Pomalaa Lateritic Ore due to Coal-Based Magnetizing Roasting 26. Upgrading Of Indonesia’s Bauxite By Washing Method
27. The Effect Of Bokashi Bottom Ash Coal Combustion Waste Dosage On The Growth And
The Heavy Metal Pb Content Of Vetiver Grass Vetiveria Zizanioides 28. Preliminary Study Of Particle Size Measurement Of Fine Phosphate Rocks Using Dynamic
Light Scattering Method 29. Leaching Of Lead From Anode Slime By Ammonium Acetate Solution
30. Effects Of Temperature And Nutrient Feed Onthe Production Of Oxalic Acid By Aspergillus Niger
c Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Makalah Ilmiah di bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
dimuat dalam Majalah Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan diterbitkan 2 kali dalam 1 tahun, yaitu di bulan Juni dan Desember. Judul-judul makalah tersebut yaitu:
1. Metode Penentuan Nilai Frekuensi Dan Nilai Kapasitor Minimum Generator Induksi Phasa Tiga Berpenguatan Sendiri
2. Micro-Grid PLTS Untuk Menjaga Kualitas Daya Industri 3. Analisis Kandungan Energi Fluida Panas Bumi Entalpi
4. Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan Di Sekitar Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Suralaya 5. Boiler Mini Tekanan Rendah Berbahan Bakar Sampah Perkebunan Untuk Pembangkit Listrik
6. Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
7. Pengaruh Konsentrasi Ion Bikarbonat Larutan Penjerab Terhadap Efisiensi Penjerab Sistem
Bio-FGD PLTU Batubara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
8. Penentuan Debit Andalan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Dengan Metode Turc And Solomon Studi Kasus: PLTMH Puppuring, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar,
Provinsi Sulawesi Barat 9. Prospek Pemanfaatan Biogas Dari Pengolahan Air Limbah Industri Tapioka
10. Karakteristik Asam Lemak Mikroalga Untuk Produksi Biodiesel Sedangkan laporan ilmiahnya, yaitu:
1. Perancangan dan pembuatan sel tunam berbahan dasar polimer 2. Penelitian dan pengembangan Energi Angin untuk pembangkit listrik tenaga angin kapasitas
menengah 3. Penelitian dan pengembangan teknologi reservoir panas bumi
4. Penelitian dan pengembangan mikroalgae sebagai bahan baku biodisel 5. Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis
6. Optimasi proses fermentasi limbah industri tapioka sebagai sumber biogas 7. Analisis kinerja sistem photovoltaic PV mikrogrid
8. Kajian pemanfaatan energi arus laut sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut 9. Penelitian dan pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
10. Penelitian dan pengembangan jaringan distribusi sistem terisolasi 11. Uji kinerja electronic load controller pada pembangkit listrik mikro hidro
12. Penelitian dan pengembangan teknologi solar tracker pada PLTS 13. Kajian konsumsi energi pemanfaat tenaga listrik
14. Pemanfaatan gas metan dari sanitary landfill untuk bahan bakar dan pembangkit listrik 15. Penelitian boiler mini tekanan rendah berbahan biomasa sebagai pembangkit listrik dan
pengering hasil pertanianperkebunan
d Bidang Geologi Kelautan Makalah Ilmiah di bidang geologi kelautan dimuat dalam Jurnal Geologi Kelautan Nomor 1 – 2
Tahun 2011 dan Bulletin of The Marine Geology Nomor 1 -2 Tahun 2011 Judul-judul makalah tersebut yaitu:
1. Fenomena Sediment Cloud di Perairan Tanjung Pontang, Banten 2. Abrasi Pantai dan Pendangkalan Kolam Pelabuhan Jetty Pertamina, Balongan Indramayu
melalui Analisis Arus Pasang Surut, Angin, dan Gelombang 3. Morfologi Dasar Laut Kaitannya dengan Proses Abrasi Pantai di Perairan Pulau Marore,
Sulawesi Utara 4. Penggunaan Metode Analisis Sinyal dalam Interpretasi Data Magnet di Perairan Selat Sunda
untuk Menentukan Arah dan Posisi Pipa Bawah Laut 5. Tinjauan Aspek-aspek Pembangunan yang Mempengaruhi Dampak Lingkungan Kawasan
Pesisir dan Laut 6. Pola Sebaran Gas Charged Sediment Dasar Laut di Perairan Sidoarjo, Jawa Timur
7. Kajian Identifikasi Infrastruktur Jaringan Pipa Migas Bawah Laut di Perairan Sebelah Utara
Provinsi Banten 8. Model 2D Pengaruh Gaya Horisontal Arus Pada Pemecah Gelombang di TPI Pancer Jawa
Timur Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
9. Pola Anomali Magnet Lokal dari Aplikasi Trend Surface Analysis TSA pada Pemetaan Geologi Kelautan Bersistem di Perairan Selat Malaka Sumatera Utara
10. Foraminifera Perairan Balikpapan, Kalimantan Timur: Lingkungan Pengendapan dan Pengaruhnya
11. Identification of Hard Rock Based on Shallow Seismic Interpretation and SPT Test for Foundation of Bridge at Balang Island, Balikpapan Bay, East Kalimantan
12. Lihostratigraphic and Sedminetological Significants of Deepening Marine Sediments of the Sambipitu Formation Gunung Kidul Residence, Yogyakarta
13. Abnormal Microfaunal Shells as Early Warning Indicator of Enviromental Changes Surrounding Berau Delta, East Kalimantan
14. Fault Pattern and Active Deformation of Outer Arc Ridge of Northwest of Simeuleu Island, Aceh, Indonesia
15. Abrasion Wave Obstructs Tourism Development in Coastal Regions of Binuanagen, Lebak- Banten
16. The Influence of Sea-Level Changes on Sea-Bottom Morphology of Singkawang Waters West Kalimantan Based on Analyses of Bathymetric and Seismic Data
17. Diagenetics Features of Paleo Lagoonal Reef of Tacipi Area, South Celebes 18. Sedimentation Rate Based on Oceanographic Parameters Reviews in Estuary of Kapuas,
Central Kalimantan 19. The Characteristic of Surficial Sediment Based on The Heavy Mineral Content at
Karangasem, East Bali Waters, Bali Province 20. Sand Distribution Modeling of Middle Miocene Reservoir of East Tarakan a Field in Eastern
Part of Tarakan Island, East Kalimantan
4. Jumlah masukanrekomendasi kebijakan
Jumlah rekomendasi kebijakan yang ditargetkan oleh Kementerian ESDM , pada tahun 2011 adalah sebanyak 43 rekomendasi. Seluruh rekomendasi yang diragetkan dapat direaliasikan
atau dengan nilai capaian sebesar 100. Rincian realisasi masukanrekomendasi kebijakan tahun 2010 adalah seperti diuraikan di bawah ini:
a Bidang Minyak dan Gas Bumi
1.
Pengembangan Basis Data Potensi CBM Di Indonesia Cekungan Kutai
2.
Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Tight Shale Gas Reservoir
3.
Evaluasi Lahan Migas Cekungan Spermonde, Sulawesi Selatan
4.
Pengembangan Tight Sand Reservoir dan Stratigraphic Trap Lapangan Migas Sumatra Selatan
5.
Penanganan Air Terproduksi Hasil Dewatering Sumur-Sumur CBM Di Sumatera Selatan
6.
Konversi Katalitik Limbah Plastik Menjadi Senyawa Fraksi Gasoline
7.
Pengaruh Kegiatan Industri Migas Terhadap Sumber Daya Hayati Perairan
8.
Emisi CO2 Disektor Energi
9.
Peningkatan Kualitas Biodiesel Dengan Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Produksi Biodiesel
10.
Pemanfaatan Mikroalga Untuk Reduksi CO2 Dengan Energi Alternatif Sebagai Hasil Sampingnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
11.
Studi Aplikasi dan Pengembangan Kinerja Bahan Bakar Alternatif Biofuel untuk Transportasi, Industri dan Rumah Tangga
12.
Studi Hubungan Kandungan Oksigenat dan Oksegen dalam Bensin untuk Pengembangan Spesifikasi
13.
Evaluasi Lahan Migas Daerah Barakan, Maluku
14.
Kegiatan Evaluasi Model Fiskal Pengembangan Coal Bed Methane CBM
15.
Dampak Kenaikan Harga BBM dan LPG Terhadap Struktur Perekonomian Indonesia
16.
Penelitian Model Teknik Desorpsi Gas Metana Batubara
17.
Kajian Survey Pengumpulan Data dlam Rangka Verifikasi Komponen-Komponen Harga LPG PSO
18.
Kaji Ulang Data Geoscience Untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas
19.
Koordinasi Tim Perubahan Iklim
20.
Screening EOR Injeksi CO2 Lapangan -Lapangan di Cekungan Sumatra Selatan
21.
Pengembangan Infrastruktur SPBG Daughter untuk Konversi BBG Angkutan Kota di Jakarta Selatan
b Bidang Mineral dan Batubara
1.
PNT Mineral
2.
PNT Batubara
3.
Batubara untuk Listrik
4.
Tindak lanjut laporan gugus tugas renegosiasi KKPKP2B dan PNT
5.
Evaluasi dan penilaian pelaksanaan konservasi dan diverifikasi energi pada balitbang ESDM
6.
Evaluasi studi kelayakan peningkatan produksi batubara PT. Mahakam Sumberdaya di Ditjen Minerba
7.
Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Karya Bumi Baratama Ditjen Minerba
8.
Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Riau Bara Harum Ditjen Minerba
9.
Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Yamabumi palaka Ditjen Minerba
10.
Evaluasi studi kelayakan peningkatan produksi batubara PT. Bangun Banua Persada Kalimantan di Ditjen Minerba
11.
Evaluasi revisi studi kelayakan blok Musirawas PT. Karya Bumi Baratama di Ditjen Minerba
12.
Evaluasi revisi studi kelayakan produksi batubara PT. Tanjung Alam Jaya di Ditjen Minerba
13.
Evaluasi revisi studi kelayakan produksi batubara PT. Borneo Indobara di Ditjen Minerba c Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
1. Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis 2. Kajian konsumsi energi pemanfaat tenaga listrik
3. Studi pembebanan Lampu Hemat Energi Terhadap Kualitas Daya
d Bidang Geologi Kelautan Potensi ESDM Dasar Laut di Landas Kontinen Indonesia di Luar 200 Mil Laut di Perairan Aceh
Barat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Gambar 5.76. Diagram rencana pengembangan alat
5. Jumlah pilot plant dan demo plant atau rancangan produk rancang bangun penerapan teknologi unggulan bidang energi dan sumber daya mineral.
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM mentargetkan 31 pilot plant dari berbagai bidang, target tersebut seluruhnya dapat direalisasikan atau dengan kata lain capaian kinerja adalah sesuai target
sebesar 100. Rincian dari 31 pilot pnat masing-masing bidang adalah sebagai berikut: a Bidang Minyak dan Gas Bumi
1.
Pembuatan Surfaktan untuk Aplikasi Pendesakan Minyak dengan Injeksi Kimia Lanjutan
2.
Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering untuk Peningkatan Perolehan Minyak
3.
Studi Pengembangan Formula Pelumas Industri
4.
Percontohan Tabung ANG untuk Rumah Tangga
5.
Pengembangan Teknologi Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas
6.
Rancang Bangun Adsorben Komponen Korosif Gas Bumi
Contoh salah satu pilot plant yang berhasil di laksanakan adalah Pengembangan Teknologi Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas sebagai berikut:
Tujuan kegiatan adalah menentukan desain dan prototype peralatan well inspection berbasis teknologi Ultrasonography.
Pada penelitian tahap I ini sistem yang telah berhasil
direkayasa adalah bagian dari sistem yang lebih lengkap
dengan range jarak efektif 6 cm ke dinding, temperatur
sensor yang sudah diuji adalah 30 – 150 degC, dan untuk
kemampuan tekanan yang diijinkan
terhadap sensor
masih tekanan atmosfer. Subsistem
ini telah
menunjukkan bahwa pantulan dinding sumur dapat dideteksi
dan dikonversi menjadi data digital. Setelah itu
pantulan harus diusahakan agar tidak hanya pada satu titik tetapi dapat dibuat pada ratusan bahkan ribuan titik pixel yang mewakili dinding sumur. Untuk pantulan vertikal
harus dengan sensor dengan frekuensi yang lebih tinggi dan kemampuan jarak lebih jauh.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Sensor yang ada dimensinya masih terlalu besar sehingga belum memenuhi syarat untuk skala lapangan .Untuk pemilihan bahan sampai tahun -1 ini masih pada bahan tahan karat
stainless steel. Dengan penguasaan teknologi Ultrasonography ini di harapkan akan memecahkan salah
satu masalah penurunan produksi migas nasional dan memberikan manfaat bagi pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan pengembangan SDM di
bidang Migas. b Bidang Mineral dan Batubara
1.
Pengembangan Proses UBC Skala Pilot Sebagai Pendukung Operasional Proses UBC Skala Percontohan Persiapan UBC Skala Komersial;
2.
Percontohan Pengolahan Zeolit dan Bentonit, Jawa Barat;
3.
Percontohan Pembuatan Pupuk Majemuk Skala Pilot Plant lanjutan;
4.
Percontohan Aplikasi Proses Upgrading Bauksit dan Tailing, Pencucian Bauksit, Jawa Barat;
5.
Percontohan Penelitian Pengolahan Emas dengan Sianidasi dan Cil Adsorption Skala Plitot Plant.
6.
Pengembangan Prototype Plant Kokas Dengan Bahan Bakar Batubara;
7.
Optimasi Produksi Karbon Aktif Berbasis Batubara;
8.
Pengembangan Proses UBC Skala Pilot Sebagai Pendukung Operasional Proses UBC Skala Percontohan Persiapan UBC Skala Komersial;
9.
Pengembangan Konveyor Nyumatik Terintegrasi Dengan Preheated Udara Pembakar Untuk Pembakar Siklon.
10.
Rancang Bangun Otomatisasi Sistem Pengambilan Data Pumping Test
11.
Rekayasa borholle wall imaging system untuk penentuan struktur batuan
12.
Rekayasa dan Rancang Bangun Peralatan Otomatisasi untuk Mendukung Efisiensi Keselamatan Kerja
13.
Rancangan Alat Untuk Mendeteksi Gas Metana Pada Tambang Batubara Bawah Tanah Dengan Teknologi Sinar Infra-Merah
Contoh salah satu pilot plant yang berhasil di laksanakan adalah Prototipe Pembakar Siklon Dengan Integrasi Konveyor Nyumatik Dan Pembakar Preheated Pengelolaan Abu
Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kinerja pembakar siklon dengan didukung konveyor nyumatik dan sistem kontrol abu sehingga meminimalkan kendala penanganan buangan
abu dan meningkatkan pangsa pasar dari pembakar siklon. Efisiensi energi dari teknik konveyor nyumatik telah dapat ditingkatkan lagi menjadi 2,67
dibanding percobaan sebelumnya yang baru mencapai 0,49. Hal ini terutama disebabkan telah dilakukan peningkatan efisiensi energi transpor dari peniup udara antara, yaitu yang
posisinya antara pengumpan dan peniup udara pada pembakar siklon. Peningkatan efisiensi energi ini berdasarkan pada fungsi peniup udara antara ini yang hanya bertugas
memindahkan tepung batubara, tidak ukut berugas untuk memasukkan tepung batubara Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Gambar 5.77. Setting Prototipe Pembakar Siklon yang Terintegrasi dengan Sistem Konveyor Nyumatik
ke dalam pembakar siklon yang memerlukan energi yang besar karena tepung batubara harus masuk secara tangensial dan berpusar beberapa kali dalam silinder siklon.
Dengan telah berhasilnya disusun rangkaian konveyor nyumatik ini maka pengintegrasian gilingan ke dalam sistem menjadi lebih mudah dilakukan karena dalam gilingan yang
digunakan terdapat kompartemen peniup yang tugasnya meniup keluar butir-butir batubara yang telah tergiling halus sampai -30 mesh. Selanjutnya tepung batubara ini
diterima peniup udara antara yang akan mengestafetkan tepung tersebut ke peniup udara antara selanjutnya menuju ke pembakar siklon.
Dengan diintegrasikannya gilingan ini maka industri tidak perlu lagi menangani tepung batubara yang cukup merepotkan karena masalah debunya. Jadi industri dapat langsung
menggunakan batubara curah yang dapat diumpankan ke gilingan dan selanjutnya dapat ditranspor dari jarak jauh menuju unit pembakar siklon dalam ruang pabrik.
c Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
1.
Perancangan dan pembuatan sel tunam berbahan dasar polimer PEMFC
2.
Integrasi Sistem PLT Angin skala 100 kW
3.
Pengembangan mikroalgae sebagai bahan baku biodiesel
4.
Rancangan detail pembangunan gasifikasi biomasa tipe circulating fluidized bed
5.
Pengembangan Peta Potensi EBT di Indonesia
6.
Pembuatan Cetak Biru Desain PLTP Sistem Binari
7.
Pengembangan Solar Tracker
8.
Optimalisasi Kinerja Grid Connection dengan Multilevel Inverter
9.
Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis Berikut salah satu pilot plantrancang bangun tersebut:
Rancangan Detail Pembangunan Gasifikasi Biomasa Tipe Circulating Fluidized Bed
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Gambar 5.78. Konfigurasi Sistem Gasifikasi Biomasa Circulating Fluidized Bed
Uji kinerja gasifikasi biomasa di Purwakarta telah dapat dioperasikan dengan bahan baku arang batok, serbuk gergaji, dan sekam padi, dan sudah dapat menghasilkan gas yang
mampu bakar selama € 5 jam serta telah dihasilkan rancangan sistem gasifikasi tipe circulating fluidized bed kapasitas 100 kg dalam rangka pengembangan gasifikasi biomassa
untuk produksi gas s†ntesis.
Kegiatan perancangan teknis unit gasifikasi biomassa untuk gas sintesis tipe circulating fluidized bed kapasitas 100 kgjam umpan biomassa berupa gambar detail desain gasifikasi
circulating fluidized
bed, layout
dan isometric
layout peralatan,
proses perhitunganpemilihan peralatan, data dukung berupa price list dari peralatan-peralatan
yang akan digunakan membangun unit-unit yang tercantum dalam desain tersebut. Pada Error Reference source not found. berikut adalah konfigursi peralatan tersebut.
d Bidang Geologi Kelautan
1.
Rancang Bangun Sistem Peralatan Pengambilan Foram Plankton
2.
Rancang Bangun Pengatur Gulungan Streamer
3.
Rancang Bangun Float Tracking Berikut salah satu pilot plantrancang bangun tersebut:
Rancang Bangun Sistem Peralatan Pengambilan Foram Plankton
Pengambilan plankton pada rancang bangun ini menggunakan metoda sampling secara miring obelique dengan tujuan untuk mendapatkan sampel plankton yang terperangkap
dari berbagai lapisan air. Konstruksi plankton nets dengan double nets bertujuan untuk mendapatkan sample yang lebih banyak dan backup nets. Pengembangan ke depan dengan
penambahan flowmeter dengan tujuan ketelitian pengukuran jumlah air tersaring dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
6. Jumlah peta geologi kelautan
Kementerian ESDM ditahun 2011 ini menetapkan target pembuatan peta geologi kelautan sebanyak 9 buah peta, seluruh peta dapat direalisasikan atau capaian kinerja sebesar 100. Jumlah
9 peta tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Peta geologi kelautan yang dihasilkan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1215 Selat Karimata 2. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1315 Pontianak
3. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1812 Kota Baru 4. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1316 Singkawang
5. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1412 Matua 6. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 0817-0818 Bagansiapiapi
7. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1312 Laut Jawa 8. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1412 Matua
9. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1312 Tg. Puting
7. Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP kegiatan Jasa Penelitian dan
Pengembangan terhadap target APBN yang ditetapkan
Indikator kinerja output untuk pencapaian sasaran
ini yaitu
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
PNBP. Realisasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP sebesar Rp
Rp. 47.138.657.927,- sekitar 76 dari rencana Rp.
57.850.867.000,-
yang berasal dari pendapatan
jasa teknologi,
dengan rincian sebagai berikut:
1 P3TMB “tekMIRA” : Rp. 1.964.835.050,-
2 P3TMGB “LEMIGAS” : Rp. 45.129.799.217,-
3 P3TKEBTKE : Rp. 44.023.660,-
Grafik 5.47. Realisasi PNBP di lingkungan Badan Litbang ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Sasaran 7 : Perwujudan Sumber Daya Manusia Sektor ESDM Yang Profesional, Berdaya
Saing Tinggi Dan Bermoral
Keberhasilan danatau tidak tercapainya target sasaran ini diukur melalui pencapaian 8 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun
2011. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut :
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Jumlah penyelenggaraan diklat dalam setahun
Diklat 545
613 112,47
2.
Jumlah jenis diklat sektor ESDM yang diselenggarakan
Jenis 14
14 100,00
3.
Jumlah peserta diklat yang selesai mengikuti diklat di Badan Diklat ESDM
Orang 14.625
12.894 88,16
4.
Jumlah lulusan pendidikan formal tingkat Diploma I, II, III, dan IV PTK AKA Migas
Orang 250
248 99,20
5.
Jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya
Orang 2.379
3.000 126,10
6.
Jumlah NSPK yang ditetapkan dan diberlakukan
NSPK 636
803 126,26
7.
Jumlah Lembaga Diklat PemerintahProfesi LDP yang terakreditasi sebagai
penyelenggara Diklat Teknis LDP
8 9
112,50
8.
Jumlah sarana diklat yang terakreditasi standar mutu
Unit 8
8 100,00
9.
Jumlah kerjasama diklat yang diimplementasikan
Buah 133
143 107,52
10.
Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan Terbitan
17 6
35,29
Tabel 5.92 Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
1. Jumlah penyelenggaraan diklat dalam setahun
Realisasi penyelenggaraan diklat pada tahun 2011 melebihi target dengan capaian sebesar 110,9, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah diklat untuk Aparatur yang cukup
tinggi yaitu mencapai 233 diklat serta diklat untuk industrimasyarakat sebanyak 192 diklat.
2. Jumlah jenis diklat sektor ESDM yang diselenggarakan
Pada tahun 2011 ini realisasi diklat yang diselenggarakan sesuai dengan target 100.
3. Jumlah peserta diklat pada Badan Diklat ESDM
Jumlah peserta diklat bidang ESDM yang selesai mengikuti diklat yaitu sebanyak 12.894 orang peserta dari target sebanyak 14.625 orang peserta, atau capaian kinerja adalah
88,16. Tidak tercapainya target disebabkan karena beberapa peserta diklat tidak memenuhi persyaratan. Sehingga kelebihan anggaran dimanfaatkan ke program diklat lain.
4. Jumlah lulusan pendidikan formal tingkat Diploma I, II, III, dan IV
Jumlah lulusan pendidikan formal pada PTK AKA Migas pada tahun 2011 ini sebanyak 248 orang mahasiswa, jumlah ini sedikit dibawah dari jumlah yang ditargetkan yaitu 250 orang
mahasiswa, atau capaian kinerja sebesar 99,2
5. Jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya
Pada tahun 2011 ini, jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya melalui penyertaan diklat, pemagangan, bimbingan teknis, forum komunikasi, forum konsensus,
seminarworkshop melebihi dari target sebesar 26,10, yaitu dari target 2.379 orang, tereralisasi sebanyak 3000 orang. Hal ini terjadi karena tingginya kegiatan penyertaan diklat
pada pelatihankursus, seminar, workshop, dan sejenisnya baik di dalam maupun diluar negeri.
6. Jumlah NSPK Standar, Pedoman, Bahan Ajar diklat
Capaian NSPK standar, pedoman, bahan ajar adalah sebesar 126,26. Peningkatan ini terjadi karena intensitas penyusunan NSPK oleh Pusdiklat pada tahun 2011 meningkat,
khususnya NSPK diklat untuk bidang minyak dan gas bumi, serta geologi yang melebihi target yang direncanakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
7. Jumlah Lembaga Diklat PemerintahProfesi LDP yang terakreditasi sebagai penyelenggara Diklat Teknis
Realisasi akreditasi Lembaga Diklat PemerintahProfesi di tahun 2011 ini adalah berjumlah 9 LDPdari target 8 LDP atau sebesar 112,5. Capaian realisasi tahun ini berada jauh diatas
capaian tahun 2010 yang hanya mencapai 31. Hal ini disebabkan karena telah beroperasinya Komite Akreditasi LDP sektor ESDM, sehingga program akreditasi LDP untuk
LDP selain lembaga diklat di lingkungan KESDM sudah dapat dilakukan. Tidak seperti di tahun sebelumnya dimana belum beroperasinya Komite Akreditasi LDP sektor ESDM
karena peraturan perundang-undangan pendukungnya belum ditetapkannya. Akreditasi yang direalisasikan tahun ini yaitu proses akreditasi baru danatau re-akreditasi Pusdiklat
Migas manajemen mutuISO dan Pusdiklat Mineral dan Batubara untuk diklat manajemen oleh Lembaga Administrasi NegaraLAN.
8. Jumlah sarana diklat yang terakreditasi standar mutu
Demikian pula dengan sarana diklat yang terakreditasi tahun ini secara keseluruhan dapat mencapai target 100, karena seluruh sarana yang dimiliki oleh seluruh unit kerja di
Badiklat ESDM telah memenuhi syarat untuk diakreditasi.
9. Jumlah kerjasama Diklat yang diimplementasikan
Jumlah kerja sama diklat yang diimplemantasikan pada tahun ini adalah sebanyak 143 buah dari 133 buah yang ditargetkan, atau sebesar 107,52. Seluruh kegiatan kerjasama diklat
baik di dalam maupun di luar negeri dapat diiimplementasikan dengan mitra kerja.
10. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan
Jumlah karya ilmiah yang berhasil dipublikasikan pada tahun ini adalah sebanyak 6 buah karya ilmiah dari target sebanyak 17 buah karya ilmiah atau hanya tercapai 35,3.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
5.5. Akuntabilitas Keuangan
Anggaran dan realisasi belanja dalam mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, adalah sebagai berikut:
Tabel 5.93 Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011
Per Unit kerja Eselon I
No Program
Pagu Anggaran
Realisasi
1 Sekretariat Jenderal
1.144.326 791.410
67,83 2
Inspektorat Jenderal 115.437
84.060 72,80
3 BPH Migas
235.913 134.122
56,85 4
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 802.619
675.794 84,20
5 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
372.222 110.863
29,78 6
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
947.407 180.547
19.06 7
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 400.380
223.170.470 55,74
8 Badan Penelitian Dan Pengembangan
Energi Dan Sumber Daya Mineral 739.465
547.427 74,03
9 Badan Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur
Energi Dan Sumber Daya Mineral 667.462
534.818 80,13
10 Badan Geologi
873.592 676.450
77,43 11
Sekeratariat Jenderal Dewan Energi Nasional
52.307 45.682
87,33 TOTAL KESDM
6.351.130 4.004.343
70,1
PT PLN Persero a.
Ikitring 6023,6
1.983,7 32,9
b. Lisdes
3,173 2.978,7
93,9
Total PLN 9.196,6
4.962,4 54,0
Total KESDM+PLN 15.245,6
9.200,5 60,3
Pagu anggaran KESDM tahun 2011 sebesar Rp. 15,2 triliun yang terdiri dari pagu KESDM murni sebesar Rp. 6,3 trilun dan pagu yang dilaksanakan oleh PT PLN Persero untuk kegiatan Ikitring
dan Lisdes sebesar Rp. 9,2 triliun. Realisasi anggaran KESDM murni sekitar 70,1, namun apabila dilihat dari total realisasi KESDM murni dan PT PLN Persero mencapai 60,3.
Realisasi anggaran belanja tahun 2011 sebesar Rp 9.200,5 Miliar digunakan untuk membiayai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
12 program. Realisasi anggaran per program KESDM selama periode tahun 2011 dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 5.94 Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011
Per Program
No Program
Pagu Anggaran
Realisasi
1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya KESDM 895.190
628.268 70,18
2 Peningkatan Sarana Dan Prasarana
Aparatur KESDM 249.136
163.142 65,48
3 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Negara Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
115.437 84.060
72,80 4
Pengaturan Dan Pengawasan Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak
Dan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa 235.913
134.122 56,85
5 Pengelolaan Dan Penyediaan Minyak Dan
Gas Bumi 802.619
675.794 84,20
6 Pengelolaan Ketenagalistrikan
372.222 110.863
29,78 7
Pengelolaan Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
947.407 180.547
19.06 8
Pembinaan Dan Pengusahaan Mineral dan Batubara.
400.380 223.170.470
55,74 9
Penelitian Dan Pengembangan Energi Dan Sumber Daya Mineral
739.465 547.427
74,03 10
Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur Energi Dan Sumber Daya Mineral
667.462 534.818
80,13 11
Penelitian, Mitigasi Dan Pelayanan Geologi 873.592
676.450 77,43
12 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Dewan Energi Nasional
52.307 45.682
87,33 TOTAL
6.351.130 4.004.343
70,1
Penyebab realisasi anggaran KESDM dan PT PLN masih belum sesuai target, antara lain: Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring baru disetujui pada akhir tahun 2011.
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10 dari DIPA tahun 2011 dari Kementerian Keuangan baru terbit termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE.
Pagu Blokir yang besar Rp. 2,98 triliun, memerlukan proses pembukaan blokir yang lama sehingga proses pelaksanaan kegiatan terlambat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya setoran penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres No. 80 ke 54 menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta memerlukan
waktu mempelajari terlebih dahulu Keterlambatan pelaksanaan disebabkan besarnya blokir, keharusan penyetoran terlebih dahulu
untuk sumber dana PNBP serta masih transisinya pelaksanaan e-proc disamping sebagian besar barang
masih impor dan
memerlukan proses
fabrikasi menyebabkan
perilaku penyerapanpelaksanaan anggaran belanja modal di KESDM berpola S-Curve.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan
akuntabilitas terhadap keberhasilan capaian kinerja sesuai perencanaan strategis yang ditetapkan. LAKIP Tahun 2011 merupakan tahun kedua dari pelaporan
akuntabilitas terhadap Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014. Namun demikian, informasi kinerja yang disajikan tidak hanya untuk tahun berjalan saja tetapi juga mencakup periode-
periode sebelumnya. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa pengukuran kinerja ESDM dalam
Tahun 2011 terbagi dalam 2 kategori, yaitu: 1 Capaian Kinerja Utama sesuai hasil pengukuran kinerja atas IKU; dan 2 Capaian Kinerja Sasaran Strategis sebagaimana sasaran strategis yang
terdapat dalam Renstra Tahun 2010 – 2014. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut
ini.
6.1. Capaian Kinerja Utama
Merujuk pada tabel di bawah ini yang berisi informasi ringkasan capaian kinerja Indikator Kinerja Utama IKU, dapat disimpulkan bahwa secara umum capaian kinerja IKU dalam
Tahun 2011 telah sesuai dengan target yang ditetapkan. Bahkan untuk beberapa IKU capaiannya melampaui target yang ditetapkan, yaitu: 1 Prosentase penerimaan negara
sektor ESDM adalah 108,6 terhadap target APBN; 2 Jumlah kontrak kerja sama sektor ESDM sebesar 131,32; 3 Peningkatan Pemberdayaan kapasitas sebesar 109,3 dan 4
peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah sebesar 102,1.
L
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
BAB VI P E N U T U P
Tabel 6.1. Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Utama
No. Uraian
Capaian
1. Jumlah penerimaan negara Sektor Energi dan Sumber Daya
Mineral terhadap target APBN 108,60
2. Jumlah investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
89,09
3.
Jumlah Kontrak Kerja Sama Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah ditawarkan dan ditanda tangani:
131,32
a. Penawaran WK Migas 88
b. Penandatanganan KKS Migas 100
c. Penawaran WK CBM 223
d. Penandatanganan KKS CBM 190
e. Wilayah Kerja Pertambang-an Panas Bumi yang telah dilelang 55,6
4. Jumlah produksi :
85,25
a. Minyak bumi 93
b. Gas bumi 99
c. Batubara 90
d. Mineral 96,58
e. Listrik 99
f. Uap panas bumi
96,6 g. Bioetanol
- h. Bio alkohol
59,80 i.
Biogas 48,04
5. Jumlah pengurangan Subsidi Energi:
76,24
a. BBM
98,15 b.
LPG 3 Kg 93,21
c. BBN
56,10 c.
Listrik 57,53
6. Persentase pemanfaatan produk sektor ESDM :
86,12
a. Prosentase pemanfaatan hasil produksi minyak bumi domestik yang diolah menjadi LPG, BBM dan hasil olahannya
73 b. Persentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik
81,9 c. Jumlah pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik
76,2 d. Persentase pemanfaatan BBN pada BBM Transportasi
100,8 e. Rasio Elektrifikasi
100 f. Penurunan Intensitas Energi
84,83 7.
Persentase peningkatan pemberdayaan kapasitas nasional: 109,30
a. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Nasional Sektor ESDM terhadap Tenaga Kerja Sektor ESDM
103 b. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri
dalam pembangunan sektor ESDM 115.6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Uraian
Capaian
8. Persentase kemampuan pasokan energi BBM dalam negeri
84
9.
Persentase peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah :
102,1
a. Jumlah Dana Bagi Hasil 93,8
b. Jumlah CSR dan Community Development 105,9
c. Jumlah Desa Mandiiri Energi berbasis BBN 98
d. Jumlah daerah sulit air yang kebutuhan air bersihnya dapat terpenuhi melalui sumur bor air tanah
100 e. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga
108,5 f. Jumlah wilayah yang terbangun fasilitas dan pemanfaatan gas
untuk transportasi 100
10.
Persentase pemanfaatan energi Non BBM dalam rangka diversifikasi energi:
96,01
a.Pangsa Gas Bumi 86,67
b.Pangsa Batubara 93,88
c.Pangsa Panas Bumi 99,5
d.Pangsa Tenaga Air 100
e.Pangsa Bio Diesel Bio Energi 100
6.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis
Sesuai dengan Rentra Tahun 2010 – 2014 Kementerian ESDM terdapat 14 sasaran strategis yang ditargetkan untuk diwujudkan dalam Tahun 2011. Hasil pengukuran
terhadap kinerja sasaran strategis ini menunjukkan bahwa secara umum capaian kinerja telah sesuai dengan target yang ditetapkan.
Merujuk pada tabel di bawah ini terdapat beberapa Indikator kinerja sasaran yang capaian kinerjanya sesuai dan melampaui target, yaitu: 1 Persentase pengembangan energy
dalam rangka diversifikasi energy 100; 2 Persentase pembangunan infrastruktur energi dan mineral 11,54,8; 3 Total Penerimaan Negara Sektor ESDM, dengan capaian kinerja
146,5; dan 4 Persentase peran sector ESDM dalam pembangunan daerah dengan capaian kinerja 103,66. 5 Persentase pemberdayaan nasional dengan capaian kinerja
112,9 Sedangkan sasaran strategis yang capaian kinerjanya sedikit di bawah target 90-99,5
adalah sebagai berikut : 1 Jumlah produksi ESDM dengan capaian kinerja 96,75; 2 Persentase Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Pupuk Dan Petrokimia dengan capaian
kinerja 92; 3 Persentase peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor 94,13; 4 Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM dengan capaian kinerja 98,36; dan
5 Jumlah industri jasa penunjang sector ESDM 98,83.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011