Secara khusus Biro Perencanaan dan kerjasama menghimpun informasi kinerja tersebut sebagai satu kesatuan sebagai bahan utama untuk penyusunan LAKIP KESDM, sedangkan oleh
Inspektorat Jenderal KESDM data kinerja tersebut dievaluasi untuk memberi rekomendasi perbaikan bagi setiap unit kerja yang terkait. Melalui proses ini diharapkan adanya upaya-upaya
perbaikan kinerja sehingga capaian kinerja dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
5.2. Capaian Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama Kementerian ESDM, telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2009, tanggal 14 Juli 2009. Pada tahun 2011 ini, Capaian Kinerja Utama Kementerian ESDM
terhadap target yang telah ditetapkan di awal Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
No. Uraian
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Jumlah penerimaan negara Sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap target APBN
RpTriliun 324,3
352,2 109
2. Jumlah investasi Sektor Energi dan
Sumber Daya Mineral Juta US
30.429 27.111
89 3.
Jumlah Kontrak Kerja Sama Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang
telah ditawarkan dan ditanda tangani:
a. Penawaran WK Migas WK
40 35
88 b. Penandatanganan KKS Migas
KKS 27
27 100
c. Penawaran WK CBM WK
13 29
223 d. Penandatanganan KKS CBM
KKS 10
19 190
e. Wilayah Kerja Pertambang-an Panas Bumi yang telah dilelang
WKP 9
5 55,6
4. Jumlah produksi :
a. Minyak bumi MBOPD
970 902
93 b. Gas bumi
MMSCFD 8.541
8.435 99
c. Batubara Juta Ton
327 293
90 d. Mineral
Tembaga Ton
665.158 618.297
93 Emas
Kg 102.562
78.148 76
Perak Kg
278.431 223.078
80
Tabel 5.1. Capaian Indikator Kinerja Utama
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Uraian
Satuan Target
Realisasi Capaian
Ni + Co in matte Ton
70.500 70.936
100,6 Timah
Ton 75.000
60.002 80
Bijih nikel Ton
8.500.000 8.522.128
100,2 Ferronikel
Ni 18.000
19.990 111
Bauksit Mt
10.000.000 10.887.659
109 Bijih besi
Mt 5.000.000
5.215.391 104
Granit M
3
2.500.000 2.810.148
112 e. Listrik
GWh 171.330,16
170.584,24 99
f. Uap panas bumi
Juta ton 71
68,6 96,6
g. Bioetanol Kilo Liter
4.000 -
- h. Bio alkohol
Kilo Liter 600.000
358.812 59,80
i. Biogas
M
3
28.800 13.835
48,04 5.
Jumlah pengurangan Subsidi Energi : a. BBM
Juta KL 40,49
41,24 98,15
b. LPG 3 Kg Ribu M.Ton
3.522 3.283
93,21 c. BBN
KL 600.000
336.574 56,10
c. Listrik Rp Triliun
65,48 93,29
57,53 6.
Persentase pemanfaatan produk sektor ESDM :
a. Prosentase pemanfaatan hasil produksi minyak bumi domestik
yang diolah menjadi LPG, BBM dan hasil olahannya
70 51.19
73
b. Persentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik
58 41,2
81,9 c. Jumlah
pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik
Juta Ton 78.97
60,15 76,2
d. Persentase pemanfaatan BBN pada BBM Transportasi
2,5 2,52
100,8 e. Rasio Elektrifikasi
70,4 70,4
100 f. Penurunan Intensitas Energi
BOEKapi ta
2,9 3,3
84,83 7.
Persentase peningkatan pemberdaya an kapasitas nasional:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
No. Uraian
Satuan Target
Realisasi Capaian
a. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Nasional Sektor ESDM terhadap
Tenaga Kerja Sektor ESDM 95.95
99 103
b. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri
dalam pembangunan sektor ESDM 48
55.5 115.6
8. Persentase kemampuan pasokan
energi BBM dalam negeri 70
59.04 84
9. Persentase peningkatan peran sektor
ESDM dalam pembangunan daerah : a. Jumlah Dana Bagi Hasil
Rp Triliun 43,6
40,9 93,8
b. Jumlah CSR dan Community Development
Rp Miliar 1.565
1.658 105,9
c. Jumlah Desa Mandiiri Energi berbasis BBN
DME 50
51 98
d. Jumlah daerah sulit air yang kebutuhan air bersihnya dapat
terpenuhi melalui sumur bor air tanah
Daerah 255
255 100
e. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga
Wilayah SR
5 16.000
5 18.714
100 117
f. Jumlah wilayah yang terbangun fasilitas dan pemanfaatan gas
untuk transportasi Wilayah
SPBG Bengkel
1 4
1 1
4 1
100
10. Persentase pemanfaatan energi Non
BBM dalam rangka diversifikasi energi: a.Pangsa Gas Bumi
30 26
86,67 b.Pangsa Batubara
49 46
93,88 c.Pangsa Panas Bumi
4,24 4,22
99,5 d.Pangsa Tenaga Air
7 7
100 e.Pangsa Bio Diesel Bio Energi
0,08 0,08
100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Penjelasan dari masing-masing indikator kinerja utama Kemenreeian ESDM tahun 2011, diuraikan sebagai berikut:
1.
Prosentase penerimaan negara Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap target APBN
Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi sekitar 30 terhadap penerimaan nasional. Pada tahun 2011, penerimaan sektor ESDM mencapai
Rp. 352 triliun atau sekitar 29 terhadap perkiraan penerimaan nasional sebesar Rp. 1.199 triliun.
Penerimaan sektor ESDM tersebut mencapai 109 dari target APBN-P 2011 sebesar Rp. 324 triliun. Lebih tingginya realisasi penerimaan migas antara lain disebabkan karena tingginya harga Minyak
Mentah Indonesia ICP dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Besarnya penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk deviden dari BUMN di lingkungan sektor
ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan sektor ESDM yang terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB dan royalti, iuran tetap dari pemegang IUP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati dan sebagian masih diaudit.
2.
Jumlah investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.
Investasi sektor ESDM, baik melalui pendanaan APBN maupun non-APBN tersebut, pada dasarnya merupakan dukungan dalam rangka mendorong perekonomian nasional. Total
investasi sektor ESDM tahun 2011 sebesar US 21,4 miliar. Tingginya investasi sektor ESDM tersebut berasal dari investasi migas sebesar US 18,7 miliar atau 69 dari total investasi sektor
ESDM. Secara umum, terjadi penurunan nilai investasi sektor ESDM dibandingkan tahun 2010. Hal
tersebut antara lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala seperti pengadaan lahan terutama bidang minyak dan gas bumi di daerah, dan izin dari Pemerintah
Daerah. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2011 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal
akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA.
3.
Jumlah Kontrak Kerja Sama Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah ditawarkan dan ditanda tangani.
a. Penawaran Wilayah Kerja Migas
Mekanisme penawaran Wilayah Kerja dibagi menjadi dua yaitu melalui Lelang Reguler dan Penawaran Langsung. Pada Tahun 2011 penawaran wilayah kerja migas dilakukan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011
Gambar 5.2. Peta Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap I
dua tahap, yaitu: Tahap Pertama periode 10 Juni 2011 – 7 Oktober 2011, ditawarkan 20 Wilayah Kerja
melalui Lelang
Reguler sebanyak 9 Wilayah Kerja
dan Penawaran Langsung sebanyak 11 Wilayah Kerja
seperti terlihat pada gambar disamping. Lelang Reguler 11
Wilayah Kerja
tersebut adalah:
Bulu Rembang,
Offshore Timor
Sea I,
Offshore Timor
Sea II,
Halmahera I, Halmahera II, Halmahera III, West Aru I,
West Aru II, Arafura Sea II. Penawaran Langsung 9 Wilayah Kerja tersebut adalah: Ranau, Northeast Madura, West Tanjung, Belayan, East Simenggaris, North Ganal, Babar Selaru,
Obi, North Semai, West Berau, Semai IV. Tahap kedua periode 10
Oktober 2011 – 22 Pebruari 2011, ditawarkan 15 Wilayah
Kerja, melalui Lelang Reguler sebanyak 9 Wilayah Kerja dan
Penawaran Langsung
sebanyak 6 Wilayah Kerja. Lelang Reguler 9 Wilayah
kerja tersebut
adalah: Kuningan, Offshore South
Java I, Offshore South Java II, Offshore South Java III,
South East Sageri, East Abadi, South West Salawati, West Berau, Kai. Penawaran Langsung 6 Wilayah Kerja
tersebut adalah Kalyani, South Baturaja, Nort Baturaja, Kuala Pembuang, Tanjung Aru, South East Seram.
Gambar 5.3. Peta Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap II
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM Tahun 2011