Dampak Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

20 3 pelaku pria dan 4 pelaku wanita pria yang bekerja aktif di Amerika mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya. Beberapa pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja menggunakan konstruksi psikologis. Salah satunya Sexual Harassment Questionaire yang dikembangkan oleh Jullian, Inez, Chaterine, Kevin, Clive dan Deborah 1996. Dikembangkan berdasarkan hasil survei terhadap 800 orang pekerja di negara Kanada. Terdapat 31 item dengan format respon Likert dengan skor 1 sampai 5. Ada juga skala Sex and Workplace yang dikembangkan oleh Gutek 1985. Terdapat 8 item yang dikembangkan berdasarkan definisi secara legal pelecehan seksual di tempat kerja. Menggunakan respon format Likert dengan skor 1 sampai 3. Pada penelitian ini pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran psikologis yaitu SEQ- DoD. Merupakan salah satu versi alat ukur SEQ yang dikembangkan oleh Lois Fitzgerald, Vicki J., Fritz Drasgow dan Craig R. 1999. SEQ-DoD merupakan salah satu alat ukur SEQ yang digunakan untuk mengukur pelecehan seksual di tempat kerja, yang sebelumnya digunakan di dunia militer dengan subjek pria dan wanita Fitzgerald, dkk., 1999. SEQ-DoD merupakan alat ukur pelecehan seksual di tempat kerja yang menghubungkan antara definisi legal dari pelecehan seksual yang berasal dari definisi The EEOC dan bentuk konstruk dari social behavior pelecehan, karena definisi 21 legal dari pelecehan seksual kurang begitu mampu merepresentasikan bentuk perilaku pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja Fitzgerald, dkk., 1999. Total item yang dimiliki sebanyak 22 item dengan format respon Likert skor 1 sampai 5.

B. Psikosomatis 1. Pengertian Psikosomatis

Dalam ranah psikiatri psikosomatis disebut dengan psychophysiological reaction yang merupakan suatu ekspresi organis baik dalam bentuk disfungsi atau perubahan patologis yang ditimbulkan akibat emosi yang kronis yang disalurkan melalui susunan saraf autonom Kartono Gulo, 1978. Bahasa yang lebih sederhana adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan emosi yang bereaksi berlebihan Kartono Gulo, 1978. Roan 1979 menjelaskan istilah psikosomatis digunakan untuk menjelaskan dua hal yakni: a. Untuk menyatakan cara pendekatan klinis dalam ilmu kedokteran dimana manusia dianggap mempunyai tubuh dan jiwa yang saling berdampingan, dimana keduanya akan menderita bila terdapat suatu penyakit. b. Untuk menyatakan sekelompok penyakit atau sindroma yang dinyatakan dalam gangguan atau kerusakan jaringan fisik maupun fungsinya terutama gangguan fungsi susunan saraf autonom dimana faktor emosi memegang peranan penting. 22 Berdasarkan teori diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa psikosomatis adalah sekumpulan penyakit fisik baik dalam bentuk disfungsi atau perubahan patologis yang disebabkan oleh adanya emosi yang berlebihan dalam diri seseorang yang disalurkan melalui susunan saraf autonom.

2. Jenis – Jenis Psikosomatis

Prawirohardjo 1973 dalam bukunya membuat klasifikasi atas jenis- jenis psikosomatik dalam beberapa bentuk, dengan bantuan terjemahan bahasa penyakit dari kamus Kedokteran Dorland Hartanto, dkk., 2002 a. Bagian sistem cardiovascular, berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. b. Bagian sistem gastrointestinal, berkaitan dengan lambung dan usus. c. Bagian sistem musculoskeletal, berkaitan dengan sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh. d. Bagian sistem respiratory, berkaitan dengan sistem pernafasan. e. Bagian sistem endocrine, berkaitan dengan organ atau struktur yang mengeluarkan bahan yang dihasilkannya ke dalam darah atau cairan limfe. f. Bagian sistem kulit g. Bagian sistem genitourinary, berkaitan dengan organ genital. h. Bagian sistem nervorum, berkaitan dengan sistem saraf. 23

3. Penyebab Psikosomatis

Kartono dan Kartini 1980 menjelaskan bahwa kondisi psikhe atau jiwa menentukan timbulnya penyakit soma atau badaniah. Sebagai contoh ketakutan hebat mengakibatkan detak jantung yang cepat dan rasa lemas pada tubuh. Detak jantung yang cepat dan rasa lemas merupakan fisiologis yang diidentifikasikan sebagai produk dari konflik emosionil dan kecemasan- kecemasan kronis. Prawirohardjo, 1973 menjelaskan bahwa individu dengan mental yang sehat memiliki ego yang berfungsi dengan baik berarti ego bisa menyalurkan dorongan-dorongan insting maupun material-material konflik lainnya dengan baik. Akan tetapi jika ego gagal dalam melaksanakan tugasnya maka akibatnya adalah penyakit mental. Bila dalam penyaluran tersebut ego mengekspresikan ke dalam penyakit-penyakit organ melalui susunan saraf autonom maka hasilnya adalah suatu penyakit psikosomatis. Tebbets dalam Fathonnah, 2012 menjelaskan bahwa kebanyakan penyakit bersifat psikosomatis dipilih untuk dimunculkan pada level pikiran bawah sadar untuk lari dari situasi yang dipersepsikan sebagai suatu tekanan mental berlebihan yang disebabkan oleh emosi destruktif seperti: marah, benci, dendam, takut dan perasaan bersalah. Ruesch dalam Roan, 1979 menjelaskan gangguan psikosomatis merupakan akibat dari ketegangan jiwa oleh perubahan- perubahan sosial dan mobilitas yang sering terjadi karena adanya tekanan