Rumusan Masalah Tujuan Masalah
11
Ketiga hal tersebut dapat dikatakan sebagai pelecehan seksual, jika penerimakorban menolak perilaku tersebut dengan tegas atau justru tunduk
mematuhinya, sehingga memunculkan rasa takut, terancam dan menyebabkan permusuhan. Dalam sudut pandang undang-undang, pelecehan seksual di
tempat dibagi ke dalam dua bentuk perilaku Welsh, 1999: a. “Quid Pro Quo” Harassment, termasuk perilaku seksual yang diperoleh
dengan mengancam atau menyuap, sehingga korban patuh atau menerima perlakuan seksual tersebut dengan pertimbangan terkait pekerjaan
mereka. b. Hostile
Environment Harassment,
termasuk perilaku
bercanda, berkomentar, sentuhan yang mengandung unsur seksual dan bertentangan
dengan keinginan orang yang menerima perlakuan tersebut, atau bersifat mengintimidasi seseorang, sehingga menyebabkan adanya permusuhan.
Secara umum Better Work Indonesia 2012 membagi bentuk pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam lima bentuk perilaku:
a. Pelecehan seksual secara fisik: termasuk sentuhan yang tidak dinginkan dengan kecenderungan seksual seperti: mencium, menepuk, mencubit,
mencolek, dan memegang dengan penuh hawa nafsu. b. Pelecehan seksual secara verbal: termasuk komentar-komentar yang tidak
dinginkan tentang kehidupan seksual atau anggota tubuhpenampilan, lelucon dan godaan yang bersifat seksual.
12
c. Pelecehan seksual dengan bahasa tubuh: termasuk bahasa tubuh atau gerak-gerik yang menjurus pada sesuatu yang berunsur seksual, seperti:
kedipan mata berulang-ulang, gerakan bibir, dan jari-jemari. d. Pelecehan seksual bersifat tertulis atau grafis: termasuk pemaparan
barang-barang pornografi, gambar-gambar eksplisit yang bersifat seksual, gambar cover komputer dan pelecehan seksual melalui pesan singkat dan
sarana komunikasi lainnya. e. Pelecehan
seksual psikologisemosional:
termasuk diantaranya
permintaan yang terus-menerus dan tidak diinginkan, undangan yang tidak diinginkan untuk pergi berkencan, hinaan, ejekan dan sindiran yang
berkonotasi seksual.