12
c. Pelecehan seksual dengan bahasa tubuh: termasuk bahasa tubuh atau gerak-gerik yang menjurus pada sesuatu yang berunsur seksual, seperti:
kedipan mata berulang-ulang, gerakan bibir, dan jari-jemari. d. Pelecehan seksual bersifat tertulis atau grafis: termasuk pemaparan
barang-barang pornografi, gambar-gambar eksplisit yang bersifat seksual, gambar cover komputer dan pelecehan seksual melalui pesan singkat dan
sarana komunikasi lainnya. e. Pelecehan
seksual psikologisemosional:
termasuk diantaranya
permintaan yang terus-menerus dan tidak diinginkan, undangan yang tidak diinginkan untuk pergi berkencan, hinaan, ejekan dan sindiran yang
berkonotasi seksual.
3. Dimensi Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
Fitzgerald, Geldfand dan Drasgow menjelaskan bentuk konstruk perilaku pelecehan seksual ke dalam tiga dimensi yang saling berkaitan namun
berbeda secara seksual: a. Gender harassment, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah
pada perilaku merendahkan atau menghina yang berbasis pada gender seseorang. Contohnya: membuat pernyataan yang bersifat merendahkan
gender tertentu “semua pria suka melakukan masturbasi” atau “semua wanita suka digoda oleh banyak pria”.
b. Unwanted sexual attention, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku menarik perhatian orang lain yang tidak
13
dinginkan, tidak dibalas dan menyinggung. Contohnya: perilaku
memperlihatkan alat kelamin di depan umum, perilaku menggoda seseorang dengan panggilan mesra, perilaku menggoda seseorang dengan
gesture tubuh, perilaku mencolek atau memegang tubuh orang lain dan
perilaku bercanda atau bercerita hal seksual. c. Sexual coercion, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada
perilaku memaksa, memeras atau memberikan iming-iming atau hadiah untuk memperoleh aktivitas seksual bersama. Contohnya: perilaku
memberikan reward
jika mau berhubungan seks atau perilaku
memberikan ancaman agar korban patuh untuk melakukan aktivitas seksual bersama.
4. Penyebab Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
Salah satu penelitian menemukan bahwa jenis lapangan kerja mampu menjadi salah satu faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja,
contohnya perempuan yang bekerja pada jenis pekerjaan yang berkaitan erat dengan dunia laki-laki cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di
tempat kerja, dibandingkan perempuan yang bekerja pada jenis pekerjaan yang berkaitan erat dengan dunia perempuan Gutek Morasch 1982; Gutek
Cohen, 1987; Welsh, 1999. Jumlah dominasi pekerja di tempat kerja juga mampu menjadi salah satu faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja,
contohnya perempuan yang memiliki rekan kerja yang didominasi oleh laki-laki cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual dibandingkan perempuan