Pengukuran Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

23

3. Penyebab Psikosomatis

Kartono dan Kartini 1980 menjelaskan bahwa kondisi psikhe atau jiwa menentukan timbulnya penyakit soma atau badaniah. Sebagai contoh ketakutan hebat mengakibatkan detak jantung yang cepat dan rasa lemas pada tubuh. Detak jantung yang cepat dan rasa lemas merupakan fisiologis yang diidentifikasikan sebagai produk dari konflik emosionil dan kecemasan- kecemasan kronis. Prawirohardjo, 1973 menjelaskan bahwa individu dengan mental yang sehat memiliki ego yang berfungsi dengan baik berarti ego bisa menyalurkan dorongan-dorongan insting maupun material-material konflik lainnya dengan baik. Akan tetapi jika ego gagal dalam melaksanakan tugasnya maka akibatnya adalah penyakit mental. Bila dalam penyaluran tersebut ego mengekspresikan ke dalam penyakit-penyakit organ melalui susunan saraf autonom maka hasilnya adalah suatu penyakit psikosomatis. Tebbets dalam Fathonnah, 2012 menjelaskan bahwa kebanyakan penyakit bersifat psikosomatis dipilih untuk dimunculkan pada level pikiran bawah sadar untuk lari dari situasi yang dipersepsikan sebagai suatu tekanan mental berlebihan yang disebabkan oleh emosi destruktif seperti: marah, benci, dendam, takut dan perasaan bersalah. Ruesch dalam Roan, 1979 menjelaskan gangguan psikosomatis merupakan akibat dari ketegangan jiwa oleh perubahan- perubahan sosial dan mobilitas yang sering terjadi karena adanya tekanan 24 ambisi yang tinggi, kebutuhan akan konformitas dan penekanan dari dorongan naluri. David dan leslie dalam, Fathonnah, 2012 menjelaskan 7 hal yang dapat menjadi penyebab penyakit psikosomatis yakni: a. Internal conflict: konflik diri yang melibatkan dua bagian atau ego state. b. Organ Language: bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, misal: “ia bagaikan duri dalam daging yang membuat tubuh saya sakit”. Bila pernyataan ini diulang maka pikiran bawah sadar akan membuat bagian tubuh tertentu menjadi sakit sesuai dengan sematik yang digunakan. c. Motivationsecondary gain: keuntungan yang didapat seseorang dengan sakit yang dideritanya, misalnya: perhatian orang tua, suami, istri atau lingkungannya, atau menghindari beban tanggung jawab tertentu. d. Past experience: pengalaman masa lalu yang bersifat trauma yang mengakibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri seseorang. e. Identification: penyakit yang muncul akibat diidentifikasikan dengan seseorang atau figur otoritas yang dikaguminya, misalnya: seseorang akan mengalami sakit seperti yang dialami oleh figur otoritasnya. f. Self punishment: pikiran bawah sadar membuat seseorang sakit, karena memiliki perasaan bersalah akibat melakukan suatu hal tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang dipegang orang tersebut. 25 g. Imprint: pemikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens, misalnya: orang tua menanamkan program pikiran bawah sadar anak dengan berkata “jangan sampai kehujanan, nanti bisa flu, pilek, dan demam”.

4. Pengukuran Psikosomatis

Pengukuran-pengukuran psikosomatis sering dilakukan dalam dunia medis. Pengukuran psikosomatis dilakukan dengan menggunakan konstruksi psikologis. Salah sataunya Psychosomatic Symptom Inventory yang dikembangkan oleh Philips 1971. Digunakan untuk mengukur gejala psikosomatis yang dialami oleh orang dewasa Rosa Allan Mazur, 1974. Psychosomatic Symptoms yang dikembangkan oleh Derogatis 1979 berdasarkan The Hopkins Symptoms Checklist HSCL yang memiliki tiga-sub skala yakni: depression, anxiety dan somatization Wolpin, Ronald Esther, 2004. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Yuriko Takata dan Yumiko 2004 di negara Jepang, yaitu: Psychosomatic Complaint Scale. Terdapat 30 item yang dikembangkan berdasarkan hasil survei terhadap 400 orang dewasa yang mengalami psikosomatis. Validitas menggunakan proses expert judgment yang dilakukan oleh dokter medis dan psikiater ahli psikosomatis. Proses reliabilitas dilakukan dengan test-retest pada tahun 1997, 1998 dan 1999 dengan menggunakan karakteristik subjek yang sama yakni orang dewasa. Pengembang skala