Uji Linearitas Uji Asumsi a. Uji Normalitas Residu

87 mengandung unsur seksual perilaku memanggil seseorang dengan mesra cenderung lebih banyak terjadi di tempat kerja karena dianggap pekerja lucu atau sebagai hiburan di tempat kerja. Perasaan ketidaksukaan kita dengan orang lain cenderung membuat kita sering melontarkan berbagai asumsi dan praduga negatif pada orang tersebut Siahaan, 1990. Penjelasan tersebut mengarahkan peneliti pada perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual”. Peneliti berasumsi bahwa pekerja yang memiliki perasaan tidak suka pada rekan kerjanya, akan selalu memberikan komentar- komentar negatif terkait dengan pekerjaanya atau bahkan kehidupan pribadinya. Hasil analisis deskriptif pertama juga menemukan bahwa perilaku : a. Perilaku “memberikan iming-iming akan mendapat promosi cepat atau perlakukan baik, jika mau melakukan aktifitas seksual” item no. 3. b. Perilaku “usaha mengajak berhubungan seks dengan atasan atau rekan kerja” item no. 5. c. Perilaku “memperlakuan secara buruk karena menolak melakukan aktifitas seksual” item no. 18. Merupakan perilaku pelecehan seksual yang cenderung jarang muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi sexual coercion item no. 3, 5 dan 18 dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal. 88 Hasil tersebut terkait dengan salah satu penelitan yang menemukan bahwa sebagian besar pelaku-pelaku pelecehan seksual di tempat kerja lebih sering dan senang melakukan pelecehan seksual dalam bentuk perilaku yang tersamar seperti bercanda atau gesture yang mengandung unsur seksual, dibandingkan perilaku mengajak seseorang berhubungan seksual Welsh, 1999. Hasil pembahasan pertama dapat disimpulkan bahwa perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention dan gender harassment cenderung lebih banyak muncul di tempat kerja khususnya yang berkaitan dengan perilaku humor sexual. Sedangkan perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi sexual coercion cenderung lebih jarang muncul di tempat kerja, dikarenakan pekerja lebih menyenangi perilaku melecehkan yang tersamar seperti bercanda atau gerak tubuh yang berunsur seksual. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kedua ditemukan pekerja pria agak feminin, pria feminin, wanita feminin dan wanita agak maskulin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan pria maskulin dan wanita maskulin. Dapat dikatakan bahwa pekerja feminin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan dengan pekerja maskulin. Maskulinitas dan feminintas selalu dikaitkan dengan pandangan gender Beringhausen Kerstan, 1992; Zulaikha, 2006. Feldman dalam