86
Hasil tabel menunjukkan nilai R square diperoleh sebesar 0.121. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pelecehan seksual di tempat kerja dalam
memprediksi munculnya psikosomatis sebesar 12,1, sedangkan 87,9 100 - 12,1 diprediksi oleh variabel lain.
E. Pembahasan 1. Pembahasan Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pertama ditemukan: a. Perilaku “bicara atau candaan atasan atau rekan kerja yang mengarah
pada unsur seksual” item no. 23. b. Perilaku “atasan atau rekan kerja yang memanggil dengan panggilan
mesra baby, honey, sayang” item no. 8. c. Perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang
penampilan tubuh atau aktivitas seksual” item no. 2. Merupakan perilaku pelecahan seksual yang cenderung lebih banyak muncul
di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention
item no. 8 dan 23 dan dimensi gender harassment item no. 2 dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal.
Perilaku bercanda dan berbicara yang mengandung unsur seksual dan perilaku memanggil seseorang dengan mesra, sangat berkaitan dengan
perilaku humor seksual. Menurut Freud dalam Samuel, 1981 bahwa humor yang paling lucu adalah humor yang mengandung unsur seksual dan agresi,
sehingga tidak diragukan bahwa perilaku berbicara atau bercanda yang
87
mengandung unsur seksual perilaku memanggil seseorang dengan mesra cenderung lebih banyak terjadi di tempat kerja karena dianggap pekerja lucu
atau sebagai hiburan di tempat kerja. Perasaan ketidaksukaan kita dengan orang lain cenderung membuat
kita sering melontarkan berbagai asumsi dan praduga negatif pada orang tersebut Siahaan, 1990. Penjelasan tersebut mengarahkan peneliti pada
perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual”. Peneliti berasumsi bahwa pekerja yang memiliki
perasaan tidak suka pada rekan kerjanya, akan selalu memberikan komentar- komentar negatif terkait dengan pekerjaanya atau bahkan kehidupan
pribadinya. Hasil analisis deskriptif pertama juga menemukan bahwa perilaku :
a. Perilaku “memberikan iming-iming akan mendapat promosi cepat atau perlakukan baik, jika mau melakukan aktifitas seksual” item no. 3.
b. Perilaku “usaha mengajak berhubungan seks dengan atasan atau rekan kerja” item no. 5.
c. Perilaku “memperlakuan secara buruk karena menolak melakukan aktifitas seksual” item no. 18.
Merupakan perilaku pelecehan seksual yang cenderung jarang muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi sexual
coercion item no. 3, 5 dan 18 dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal.