Penyebab Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

17 a. Sudut pandang perusahaan i. Keuangan perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produktifitas, semangat dan motivasi pekerja yang mengalami pelecehan seksual. Pekerja yang tidak terlibat pelecehan seksual namun melihat atau mengetahui tindakan tersebut terjadi di tempat kerjanya, dapat kehilangan motivasi bekerja karena tidak dapat menerima atau takut terhadap kejadian tersebut. ii. Perusahaan dapat kehilangan stafnya yang berharga. Pekerja yang mengalami pelecehan seksual akan memilih untuk mengundurkan diri mereka, meskipun dianggap memiliki kinerja dan prestasi yang baik. iii. Meningkatnya tingkat absensi dan stress kerja dikalangan pekerja. Pekerja takut kembali mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dan akibat-akibat lainnya yang memicu pekerja untuk berada dalam rumah atau tempat yang dianggap aman. iv. Adanya pelecehan seksual di tempat kerja dapat merusak standart etika dan disiplin perusahaan tersebut. Pekerja yang mengalami pelecehan seksual akan menghilangkan rasa hormat mereka pada atasan atau rekan kerja mereka. v. Citra perusahaan akan rusak atau menurun karena adanya kabar yang tersiar terkait pelecehan seksual di kalangan masyarakat. 18 b. Sudut pandang hukum i. Perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikenakan pelanggaran hukum jika kasus pelecehan seksual tersebut diabaikan. Dalam peraturan industrial pemilikatasanmajikan wajib memastikan pekerjanya tidak mengalami bentuk pelanggaran di tempat kerja. ii. Adanya tindak pidana atau gugatan perdata yang dilakukan secara tegas terhadap praktek-praktek kerja yang tidak adil dan tindakan pelecehan terhadap pekerja oleh atasan atau rekan kerja. iii. Kurangnya penjelasan terkait bentuk-bentuk pelecehan seksual di tempat kerja dapat mempermudah pelaku membawa perusahaan ke pengadilan dan mengajukan banding terhadap langkah-langkah disipliner atau pemecatan yang dialami pelaku. c. Sudut pandang individu i. Korban biasanya mengalami kerugian keuangan tertinggi meskipun pelaku atau bahkan pengamat juga dapat mengalami kerugian keuangan akibat adanya tindakan pelecehan seksual di tempat kerja. ii. Pekerja yang mengundurkan diri karena masalah pelecehan seksual sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan referensi dari atasan mereka sebelumnya, sehingga membuat mereka kesulitan untuk mencari posisi lain atau perusahaan lain. 19 iii. Korban yang menolakmengeluh ketika mengalami pelecehan akan kesulitan mendapatkan promosi sehingga hal tersebut menahan proses pengembangan karir mereka. iv. Para pelaku pelecehan seksual sendiri akan mudah jatuh ke dalam kebiasaan buruk jika perilaku tersebut terus-menerus berjalan tanpa adanya hambatan. Hal tersebut mampu menimbulkan dampak negatif terkait efektifitas pekerja, hubungan antar pekerja serta kehidupan pribadinya. v. Para pekerja yang menjadi pengamat tindakan pelecehan seksual di tempat kerja akan kehilangan rasa percaya mereka terhadap para atasan atau rekan kerja khususnya para pelaku serta muncul rasa terancam dalam diri mereka. Pekerja juga akan memiliki kepercayaan akan adanya “aturan main” di dalam perusahaan yang melibatkan tindakan seksual.

6. Pengukuran Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Sebagian besar pengukuran-pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja bertujuan melihat jumlah presentase korban pelecehan seksual. salah satunya di Pentagon pada tahun 1995, yang menemukan bahwa 78 wanita dan 38 pria yang aktif bekerja memiliki pengalaman pelecehan seksual di tempat kerja U.S. Department of Defense, 1995; Levay Sharon, 2006. Pada tahun 1997 Lois Harris Poll dalam Levay Sharon menemukan bahwa sekitar 32 31 pelaku pria dan 1 pelaku wanita wanita dan 7 20 3 pelaku pria dan 4 pelaku wanita pria yang bekerja aktif di Amerika mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya. Beberapa pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja menggunakan konstruksi psikologis. Salah satunya Sexual Harassment Questionaire yang dikembangkan oleh Jullian, Inez, Chaterine, Kevin, Clive dan Deborah 1996. Dikembangkan berdasarkan hasil survei terhadap 800 orang pekerja di negara Kanada. Terdapat 31 item dengan format respon Likert dengan skor 1 sampai 5. Ada juga skala Sex and Workplace yang dikembangkan oleh Gutek 1985. Terdapat 8 item yang dikembangkan berdasarkan definisi secara legal pelecehan seksual di tempat kerja. Menggunakan respon format Likert dengan skor 1 sampai 3. Pada penelitian ini pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran psikologis yaitu SEQ- DoD. Merupakan salah satu versi alat ukur SEQ yang dikembangkan oleh Lois Fitzgerald, Vicki J., Fritz Drasgow dan Craig R. 1999. SEQ-DoD merupakan salah satu alat ukur SEQ yang digunakan untuk mengukur pelecehan seksual di tempat kerja, yang sebelumnya digunakan di dunia militer dengan subjek pria dan wanita Fitzgerald, dkk., 1999. SEQ-DoD merupakan alat ukur pelecehan seksual di tempat kerja yang menghubungkan antara definisi legal dari pelecehan seksual yang berasal dari definisi The EEOC dan bentuk konstruk dari social behavior pelecehan, karena definisi