Analisis Tambahan Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif

89 Nauly, 2003 pada penelitiannya menemukan beberapa karakteristik umum maskulin dan feminin. Karakteristik feminin digambarkan emosional, subjektif, tidak logis, suka mengeluh, lemah, putus asa mudah tersinggung serta tergantung pada orang lain. Karakteristik maskulin digambarkan agresif, mandiri, objektif, tidak mudah dipengaruhi, percaya diri, logis, kompetitif dan ambisius. Berdasarkan penggambaran karakteristik dapat dijelaskan bahwa pekerja feminin lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, karena karakterk feminin lebih lemah, tidak agresif dan bergantung pada orang lain, sehingga karakter feminim lebih sering menerima pelecehan seksual. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ketiga ditemukan pekerja berusia 21 sampai 30 tahun lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja berusia 18 sampai 20 tahun dan usia 31 sampai 60 tahun lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pada perkembangan manusia, usia 21 sampai 30 tahun tergolong dalam usia orang dewasa awal. Dalam segi kehidupan sosial, orang-orang dewasa awal akan mencari keintiman emosional dan fisik kepada teman sebaya atau pasangan romantis. Hubungan ini mengisyaratkan keterampilan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan mengkomunikasikan emosi, pembuatan keputusan seksual, penyelesaian konflik dan kemampuan untuk mempertahankan komitment Papalia, Olds Feldman, 2008. 90 Teori penjelasan diatas peneliti berasumsi pekerja dengan usia 21 sampai 30 tahun cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual, karena pada usia tersebut pekerja mencari keintiman baik secara fisik dan emosi kepada rekan atau atasan kerjanya. Ketika pekerja tersebut tidak waspada terhadap orang yang didekatinya, maka pekerja tersebut akan dengan mudah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya. Berdasarkan hasil deskriptif keempat ditemukan pekerja dengan pendidikan terakhir SMASMK, D1, D2, D3 dan S1D4 lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja dengan pendidikan terakhir SMP, S2 dan S3 lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dan pekerja dengan pendidikan terakhir SD tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa latar belakang tingkat pendidikan akhir seorang pekerja tidak mampu menjadi faktor resiko seseorang menjadi korban pelecehan seksual di tempat kerja. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pekerja dengan pendidikan terakhir SD justru tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Kemungkinan terbesar ada faktor lain yang lebih beresiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, seperti: jabatan, karakter seseorang dan masa kerja seseorang. Berdasarkan hasil deskriptif kelima ditemukan pekerja yang bekerja kurang dari setahun hingga 10 tahun, cenderung lebih banyak mengalami