32
C. Definisi Operasional 1. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
Berdasarkan definisi teoritis pada landasan teori, maka peneliti mengangkat definisi operasional pelecehan seksual di tempat kerja pada
penelitian ini adalah perilaku menghina, merendahkan, mengganggu, merugikan dan tidak diinginkan yang mengandung unsur seksual dan
dilakukan oleh atasan atau rekan kerja secara sengaja dan berulang dalam lingkungan kerja. Perilaku pelecehan seksual di tempat kerja tergolong dalam
tiga dimensi yakni: gender harassment, unwanted sexual attention dan sexual coercion,
dalam bentuk perilaku pelecehan seksual secara fisik, secara verbal, dengan bahasa tubuh, bersifat tertulis atau grafis dan psikologisemosional.
Pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja menggunakan skala SEQ-DoD dengan respon Likert 1 sampai 5. Semakin tinggi skor yang
diperoleh dalam pengukuran menunjukkan semakin sering seseorang tersebut mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.
2. Psikosomatis
Berdasarkan definisi teoritis pada landasan teori, maka peneliti mengangkat definisi operasional psikosomatis pada penelitian ini adalah
sekumpulan penyakit fisik baik dalam bentuk disfungsi ataupun perubahan patologis yang disebabkan oleh adanya emosi yang berlebihan dalam diri
seseorang yang disalurkan melalui susunan syaraf autonom. Tergolong dari
33
beberapa jenis bagian sistem antara lain: sistem cardiovascular, sistem
gastrointestinal , sistem musculoskeletal, sistem respiratory, sistem endocrine,
sistem kulit, sistem genitourinary, sistem nervorum. Pengukuran psikosomatis menggunakan skala PCS dengan respon Likert 1 sampai 4. Semakin tinggi
skor yang diperoleh dalam pengukuran menunjukkan semakin sering seseorang tersebut mengalami psikosomatis,
D. Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek, penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling dimana tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang terpilih sebagai
sample Purwanto, 2008. Berdasarkan definisi teoritis dan tujuan penelitian maka
peneliti menentukan kriteria subjek adalah orang-orang yang bekerja di sebuah tempat kerja dan memiliki atasan atau rekan kerja dalam bekerja. Peneliti menyadari
bahwa pelecehan seksual adalah hal yang sensitif di kalangan masyarakat, sehingga peneliti tidak memasukkan pengalaman pelecehan seksual di tempat kerja sebagai
kriteria subjek penelitian.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode angket yang merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik
tertentu yang diberikan kepada subjek Tukiran Hidayati, 2011. Angket
34
yang digunakan merupakan angket berbentuk skala yakni serangkaian level, tingkatan atau nilai yang mendeskripsikan derajat tertentu Tukiran
Hidayati, 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni online dan
langsung. Pengumpulan data online dilakukan dengan menyebarkan link angket melalui media sosial dan pesan singkat dan melalui surat resmi yang
disebar di beberapa tempat kerja dengan menyertakan link angket di dalam surat. Pengumpulan data langsung dilakukan dengan cara menemui secara
langsung subjek penelitian di tempat kerja dengan menyertakan surat resmi perijinan pengambilan data
Pengumpulan data online dikhususkan untuk para pekerja yang bekerja dengan menggunakan
gadget di kesehariannya. Sedangkan
pengumpulan data langsung dikhususkan untuk para pekerja yang kurang begitu paham dengan penggunaan gadget atau jarang bersinggungan dengan
gadget, juga untuk para pekerja yang bekerja di luar ruangan.
2. Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan adaptasi skala pada kedua variabel penelitian untuk mengungkap data penelitian. Peneliti menggunakan
adaptasi skala Sexual Experience Questionnaire versi Department of Defense atau SEQ-DoD
untuk variabel pelecehan seksual di tempat kerja dan adaptasi skala Psychosomatic Complaint Scale atau PCS untuk variabel
psikosomatis.
35
a. SEQ-DoD Sexual Experience Questionnaire
versi Department of Defense atau SEQ-DoD merupakan skala yang dikembangkan oleh Fitzgerald
dengan bantuan para kolega dan muridnya. Pertimbangan peneliti memilih skala SEQ-DoD karena SEQ merupakan skala yang cukup
banyak digunakan pada beberapa penelitian sebelumnya untuk mengukur pelecehan seksual, sedangkan versi DoD merupakan skala
SEQ yang digunakan untuk mengukur pelecehan seksual di tempat kerja dan dapat digunakan untuk subjek pria dan wanita.
Skala SEQ-DoD menghubungkan antara definisi
legal pelecehan seksual di tempat kerja dengan social behavior construct
Gutek, 2004. Fitzgerald menjelaskan bahwa defenisi legal tidak cukup mampu dalam merepresentasikan bentuk perilaku pelecehan
seksual, sehingga diperlukan juga untuk melihat bentuk konstruk dari social behavior
pelecehan seksual dalam suatu konteks sosial Gutek, 2004. Maka selain mengadaptasi peneliti perlu melihat bentuk
konstruk dari sosial behavior pelecehan seksual di tempat kerja dengan melakukan survei dengan satu pertanyaan terbuka pada 100
orang pekerja 50 pria dan 50 wanita tanpa membedakan usia, jabatan, tempat kerja, lama bekerja serta latar belakang pendidikan
terakhir. Berikut bentuk pertanyaan angket terbuka pada 100 pekerja: