BAB IV SISTEM PENGOLAHAN TANAMAN SAYUR MAYUR
4.1. Pendistribusian Sayur Mayur
Hampir setiap hari aktivitas kegiatan pendistribusian sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di Lingkungan VII dan VIII tetap
terlaksana. Hal ini dikarenakan sistem pertanian yang dilakukan secara bersama- sama oleh semua petani. Bagi petani Cina kebun sayur, hal tersebut menurut
mereka cukup bagus untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Menurut Bapak A Quii 44 tahun mengatakan, bahwa petani Cina kebun sayur terbiasa
dengan penentuannya sendiri kapan musim tanam yang harus mereka jalani. Untuk itu para agen juga harus siap sedia dengan menampung sayur-sayur yang
telah siap panen. Petani Cina kebun sayur melakukan teknik menanam sayur secara
bergilir, tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil panen yang lebih baik dari yang sebelumnya. Seperti dalam satu lahan terdapat dua puluh bedeng sayur.
Misalnya saja pada dua bedeng yang pertama ditanami sayur bayam, hal tersebut sesuai dengan kebutuhan pajak. Selanjutnya hingga pada bedeng ke dua puluh
ditanami sayur yang lainnya, sepeti kangkung, kekna, ketumbar dan sayur lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi harga yang tidak menentu dipajak.
Berikut wawancara penulis dengan Bapak A Quii 44 tahun, mengatakan : “Kalau aku dek nanam sayur ini gak sekaligus. Kalo kutanam
sekaligus pas harga turun, aku yang rugi. Makanya cara yang kubuat itu kutanam dulu dua bedeng sayur. Besoknya dua hari
setelahnya kutanam lagi, Biar aku juga bisa lihat harga itu dek”.
85
Universitas Sumatera Utara
Petani Cina kebun sayur di Lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini, selain mendistribusikan sayur-sayur tersebut kepada agen-agen
penampung sayur yang biasa datang menjemput sayur tersebut langsung ke lokasi, ada juga petani yang mendistribusikannya langsung ke pajak yaitu di Pajak
Seram. Hal tersebut di antisipasi apabila agen-agen sayur yang biasanya datang menjemput, sering tidak datang karena stock sayur yang sebelumnya ditampung
oleh agen tidak terjual habis. Pajak Seram adalah pajak yang besar, atau dapat dikatakan sebagai pajak induk yang letaknya di inti Kota Medan. Dengan keadaan
yang seperti itu, petani Cina kebun sayur berharap dapat menghasilkan harga yang besar dari satu masa panen. Bapak A Ming 52 tahun mengatakan bahwa sayur-
sayur tersebut biasanya di jual oleh agen-agen penampung sayur di Lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini, lalu kemudian mereka menjualnya ke
Pajak Seram Kota Medan. Karena hanya di tempat itulah pajak yang paling besar dan juga masyarakat banyak membeli makanan sayur mayur disana.
Pendistribusian sayur mayur ke Pajak Seram dilakukan oleh agen-agen sayur. Agen-agen tersebut berasal dari Kelurahan Cina kebun sayur tersebut.
Yang memang bekerja sebagai distributor atau penampung sayuran yang akan dijual. Sayur-sayur tersebut di bawah ke penampungan para agen sayur, kemudian
dijual dengan harga yang sedikit dibawah harga pajak. Bapak A Liong 42 tahun mengatakan bahwa :
“Ketika harga sayur mencapai tujuh ribu per kilo maka, para agen mengambil dari petani dengan harga lima ribu sampai
enam ribu lima ratus. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan keuntungan bagi agen-agen itu sendiri. Setelah sayur-sayur
masuk dalam penampungan agen. Kemuadian agen tersebut membawa dan menjualnya lagi ke Pajak Seram.
86
Universitas Sumatera Utara
Sayur-sayur dikumpulkan dalam satu hari dan batas pengumpulan sayur- sayur tersebut pada pukul tiga sore. Setelah pukul tiga sore maka sayur tidak dapat
diterima oleh agen lagi. Hal ini dilakukan para agen untuk mengantisipasi penurunan harga dipajak apabila sayur masuk ke pajak terlalu lama, untuk itu
sayur-sayur tersebut harus cepat berada di Pajak Seram. Menurut Tommy 31 tahun mengatakan, bahwa beliau menerima sayur yang hendak dijual dari petani
Cina kebun sayur tersebut memiliki batas waktu dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Oleh karena itu apabila para petani sayur tersebut ada yang terlambat
menjualkannya ke beliau maka beliau tidak menerima sayur tersebut. Selain Pajak Seram, para agen tersebut juga mendistribusikannya ke pajak-
pajak kecil yang terdekat. Salah satunya adalah Pajak Klumpang dan Pajak Helvetia. Pada kedua pajak inilah, para agen-agen tersebut mendistribusikan
sayur-sayur selain di pajak Seram juga sayur yang di distribusikan ke pajak ini tidaklah dalam jumlah yang begitu besar seperti di Pajak Seram. Menurut Tommy
31 tahun sayur mayur yang di distribusikan ke pajak Klumpang dan pajak Helvetia paling banyak mencapai seratus kilo. Menurut beliau hal tersebut tidak
dilakukan pada setiap harinya melainkan setiap dua hari. Karena pajak itu tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan pajak Seram, bahkan para pedagang di
pajak Klumpang dan pajak Helvetia juga membeli sayur di pajak Seram. Menurut Bapak Billy 50 tahun, terkadang petani Cina kebun sayur ini
juga membawa sayur-sayurannya sendiri ke pajak-pajak kecil yang ada di Kelurahan Kota Bangun ini. Biasanya mereka yang membawa sendiri adalah para
petani yang memiliki hasil panen sayur yang tidak begitu besar, berkisar sepuluh sampai lima puluh kilogram. Sayur tersebut dibawa dengan menggunakan becak
87
Universitas Sumatera Utara
yang disewa untuk membawa sayur ke pajak. Pajak yang paling sering mereka datangi adalah Pajak Helvetia. Petani Cina tersebut memberi upah delapan ribu
rupiah per sekali jalan kepada tukang becak tersebut.
4.2. Aktivitas Petani Cina Kebun Sayur Dalam Pendistribusian Sayur Mayur