Kanak TK, Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP sampai Sekolah Menengah Atas SMA.
Walaupun sekolah ini kecil dan terkesan sederhana, namun sekolah ini memiliki ruang yang komplek karena memiliki setiap jenjang pendidikan.
Hal ini digunakan untuk memudahkan masyarakat Cina kebun sayur untuk menyekolahkan anaknya dengan sistem membagi dua waktu. Yayasan
Perguruan Tsuji Murni terus beroperasi hingga sekarang. Taman Kanak Kanak TK dan Sekolah Dasar SD yang belajar dari pukul 08.00 wib
hingga pukul 12.00 wib siang. Disusul dengan SMP dan SMA pada siang hari hingga sore hari.
Selain menyekolahkan anaknya di sekolah Tsuji Murni, masyarakat Cina kebun sayur lebih memilih menyekolahkan anaknya disekolah luar yang
juga merupakan yayasan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa. Ketakutan masa lalu dan tingkat kehati-hatian mereka tetap mereka jaga. Menurut penuturan
Bapak Billy 50 tahun, banyak orang Cina kebun sayur ini lebih memilih menyekolahkan anaknya disekolah etnis Cina dan lain-lainnya dari pada di
sekolah pribumi dan bergabung dengan pribumi. Karena takut akan menimbulkan konflik SARA.
2.4.3. Sarana Ibadah
Kegiatan beribadah menjadi hal yang sama pentingnya bagi masyarakat Cina kebun sayur yang tinggal di Kelurahan Kota Bangun ini.
Dimana hubungan antara tuhan yang mereka percaya selalu tetap terjaga dalam lindungan dan keuntungan. Mereka yang banyak beragama Tao dan
Buddha, tetap membangun rumah ibadah mereka di lingkungan mereka 33
Universitas Sumatera Utara
sendiri sebagai sarana dan kebutuhan mereka akan suatu keyakinan. Masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan ini memiliki keterikatan dengan
dunia kosmos mereka, dimana mereka sangat percaya dengan adanya campur tangan sang dewa-dewinya yang memberikan keberkahan, kelancaran rezeki,
dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membutuhkan suatu Rumah ibadah sebagai sarana yang penting bagi kehidupan mereka
dalam beribadah. Rumah ibadah di Kelurahan Kota Bangun ini berjumlah tiga unit.
Rumah ibadah yang mereka sebut dalam kesehariannya sebagai Vihara, Vihara ini berjarak tidak jauh dari pemukiman masyarakat Cina kebun sayur
di kelurahan itu yang saling berdekatan antara satu sama lain. Rumah ibadah tersebut terletak di lingkungan VIII. Menurut Ibu Tuti 47 tahun masyarakat
Cina kebun sayur, berpendapat bahwa kedekatan Rumah ibadah tersebut bertujuan untuk memudahkan proses ibadah masyarakat yang ada di
Kelurahan Kota Bangun khusus di lingkungan VII dan VIII. Mengingat bahwa setiap dewa memiliki keterikatan satu sama lain. Jadi apabila
masyarakat melaksanakan ibadah dan berdoa pada dewa dewi maka pintu rezeki seseorang tersebut akan diberikan kemudahan dalam rezeki, dan
seseorang juga dapat meminta pada dewa agar diberikan kehidupan yang layak. Selain rumah ibadah yang berbentuk besar, masyarakat Cina Kebun
Sayur di Kelurahan Kota Bangun ini juga memiliki tempat-tempat ibadah di rumah mereka masing-masing. Seperti adanya rumah datukpekong yang
menjadi rumah persembahan bagi datuk atau leluhur mereka. Masyarakat Cina kebun sayur yang tinggal di Kelurahan ini, percaya apabila memberikan
34
Universitas Sumatera Utara
penghormatan kepada leluhur dan kepada dewa dewi khususnya, maka akan dapat diberikan kesejahteraan dan diberikan kebahagiakan dalam kehidupan
mereka. Keadaan religi masyarakat Cina kebun sayur, yang berhubungan
dengan Yin dan Yang. Sebuah elemen-elemen yang mereka percaya menguasai dunia ini. Elemen gelap dan terang, Yin dengan elemen terang
yang disimbolkan dengan kehidupan yang terang bagi mereka yang percaya. Seperti kehidupan sosial, pekerjaan dan sesuatu yang berbentuk nyata dan
mampu untuk dilihat. Sedangkan yang berkaitan dengan elemen Yang adalah sebuah elemen yang disimbolkan dengan gelap di ibaratkan bahwa sesuatu
yang berbentuk religi, maka hal tersebut tidak akan tampak secara kasat mata dan hal tersebut dapat diyakini keberadaannya. Keyakinan tersebut yang
menjadi dasar sesungguhnya bagaimana religi dan kehidupan pada masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini telah
berlangsung, dimana rumah ibadah dan segala bentuk-bentuk religi menjadi alat simbol dan bentuk komunikasi mereka terhadap dewa dewinya.
2.4.4. Sarana Angkutan