Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara agraris, merupakan negara yang sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor yang sangat menjanjikan dan diharapkan mampu memberikan devisa yang tinggi bagi negara. Kondisi inilah yang mendorong ditingkatkannya pembangunan pertanian sebagai bagian dari penghasilan negara agraris. Ditingkatkannya sektor ini, pada tujuannya diarahkan kepada perbaikan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan masyarakat akan terlihat nyata dengan adanya perbaikan mutu makanan penduduk. Sektor pertanian di Indonesia terdiri atas lima sub sektor, yaitu : 1 sub sektor tanaman bahan makanan pertanian mencakup komoditas padi, palawija, sayuran, buah- buahan, dan bahan makanan lainnya, 2 sub sektor tanaman perkebunan mencakup komoditas hasil perkebunan inti rakyat dan perusahaan perkebunan yang dikelola negara, 3 sub sektor peternakan dan hasilnya mencakup semua kegiatan pembibitan dan pembudidayaan ternak dan unggas, 4 sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan, 5 sub sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya ikan dan biota air 1 Studi mengenai tanaman bahan makanan dinilai penulis sangat penting mengingat bahwa, bahan makanan adalah komoditas pertanian yang memberikan peningkatan kontribusi pada nilai produk domestik bruto nasional berdasarkan harga konstan sebesar Rp 35,34 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp 68,64 milyar . 1 Lihat dalam Website http:www.deptan.go.idsektor-pertanian-indonesia 1 Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto bahan makanan per tahun mencapai 4,6 persen. Komoditas bahan makanan yang memiliki prospek di masa depan adalah sayur mayur. Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan sayur mayur dalam negeri dengan meningkatkan produksi dalam negeri dan sebagian lagi untuk di impor. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Total Produksi, Impor Dan Ekspor Komoditas Sayuran Di Indonesia Tahun 2002 - 2006. Tahun Produksi Ton Ekspor Ton Impor Ton 2002 7.144.745 105.243 297.032 2003 8.574.870 120.500 343.935 2004 9.059.676 107.493 441.944 2005 9.101.987 152.658 508.324 2006 9.527.463 236.225 550.437 Sumber : Departemen Pertanian dan BPS 2008 2 Peningkatan daya saing sayuran sangat penting, karena sampai saat ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk. Yang dimana banyak produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang kurang layak untuk dikonsumsi, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman. Selain itu, produk pertanian bahan makanan secara umum mempunyai karakteristik antara lain : 1 produk mudah rusak, 2 budidaya dan proses pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, 3 kualitas bervariasi dan . 2 Lihat dalam Departemen Pertanian dan BPS 2008 2 Universitas Sumatera Utara 4 bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas produk. Keempat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan produk pertanian bahan makanan. Dalam hal ini pembangunan ekonomi nasional saat ini, khususnya di bidang pertanian tanaman bahan makanan. Telah didukung oleh manajemen pertanian yang baru, dan dengan teknologi modern yang dapat mempercepat proses pengerjaan serta dilengkapi dengan sumber daya manusia pilihan. Namun ekonomi nasional yang didukung oleh sistem pertanian yang bersifat tradisional masih berskala usaha keluarga, ternyata dapat mampu menyelamatkan kehidupan masyarakat di berbagai daerah, terkhusus di daerah pedesaan di Indonesia Adimihardja, 1999. Pertanian secara historis telah menjadi tulang punggung ekonomi rakyat yang terbukti mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap lingkungan, karena sejak dari dulu pertanian memiliki cara proses pengerjaan yang relatif mudah dan ramah lingkungan. Petani Cina kebun sayur pada masa lalu merupakan pekerja buruh kontrak. Mereka diberikan tanahlahan kontrakan. Namun, selesai kontrak mereka telah mendapat lahan tersebut dikarenakan pihak Belanda tidak mengambil alih. Istilah Cina kebun sayur hanya dijumpai di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan. Keadaan sosial ekonomi warga keturunan Cina di Medan pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia sangat berbeda status sosialnya dan marginal. Akhirnya muncullah istilah Cina kebun sayur. Di Provinsi Sumatera Utara khususnya, masyarakat Cina kebun sayur telah memperlihatkan keberadaanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah di 3 Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara sebagai tempat pemukiman komunitas Cina kebun sayur, di antara lain terdapat di daerah Tandem Binjai, Sunggal, Tanjung Morawa, Desa Bandar Klippah Tembung dan di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Selain di daerah tersebut, keberadaan Cina kebun sayur juga banyak bermukim di daerah Perbaungan, di desa Tanjung Sari Kabupaten Deli Serdang 3 Pada awalnya, Cina kebun sayur menjadi buruh kontrak perkebunan dan mendapatkan lahantanah untuk bekerja di perkebunan dari Kolonial Belanda pada saat itu. Karena dahulu banyaknya perkebunan yang dibuka di daerah kerajaan Serdang, Langkat dan ke Selatan Sumatera Timur. Disaat itu dibutuhkan banyak buruh untuk dijadikan pekerja perkebunan. Pada saat itu, buruh Cina yang didatangkan dari Malaya dan Tiongkok ke Indonesia, memiliki masalah dengan Kolonial Belanda. Karena berbagai macam peraturan yang diterapkan oleh kolonial Belanda pada saat itu tidak sesuai dengan keinginan mereka dan terlalu memberatkan bagi buruh Cina khususnya. Disamping itu, dalam keadaan tertekan buruh Cina tidak mau menandatangani naskah perpanjangan kontrak yang . Namun, disisi lain Cina kebun sayur sendiri ditujukan untuk menyebut mereka yang masih memiliki penghasilan yang rendah, dan tidak kuatnya modal mereka. Kini sejarah telah berubah para warga Cina kebun sayur tersebut ternyata ada yang telah menjadi pengusaha toko, pemilik sejumlah industri, surat kabar, pabrik, eksportir, pemilik perkebunan besar, pasar swalayan, bank, sekolah bahkan sampai menjadi pemilik restoran. Ini menunjukkan sekitar 80 kegiatan bisnis di Indonesia telah dikuasai oleh masyarakat Cina Lubis, 1995:36. 3 Lihat dalam Harian http:www.kompas.comproses-migrasi-di-indonesia-dan-segala-permasalahan- usahanya 4 Universitas Sumatera Utara diberikan oleh Kolonial Belanda saat itu. Akan tetapi buruh Cina meminta kepada Deli Maatschappij seorang tokoh dari Kerajaan Deli, agar diberikan tanahlahan yang tidak ditanami tanaman kepada buruh Cina. Tujuannya ialah supaya buruh Cina dapat membuka kebun sayur dan memelihara ternak seperti babi, bebek, dan lainnya Usaha Tani Cina, 2001. Kelurahan Kota Bangun merupakan tempat yang terletak di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Dimana di kelurahan ini dalam pengamatan saya saat berada di lapangan, khususnya di lingkungan VII dan VIII masih terdapat petani- petani Cina kebun sayur yang masih aktif melakukan usaha tani yaitu bertani sayur mayur. Daerah ini juga masih memiliki nama yang khas dari masa penjajahan Belanda hingga sampai pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut lingkungan VII dan VIII dengan sebutan kebun sayur. Bukan hanya sekedar nama kebun sayur saja, akan tetapi khusus di lingkungan VII dan VIII ini mayoritas yang mendiami lingkungan ini adalah keturunan etnis Cina, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut mereka dalam kehidupan sehari-harinya sebagai Cina kebun sayur. Namun, disisi lain dan seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan dan pertumbuhan penduduk orang Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini telah berkembang dengan sangat pesat. Selain pertumbuhan penduduk dalam kondisi sosial ekonomi mereka yang terbilang cukup baik sesuai dengan pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan. Terlihat dengan jelas saat saya berada dilapangan melakukan pengamatan tampak disepanjang jalan saya menemui orang Cina, dari yang anak-anak, orang dewasa hingga kepada kakek dan nenek-nenek yang saya temui. Sebagian orang Cina kebun sayur yang lahir di lingkungan VII 5 Universitas Sumatera Utara dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini khususnya, sudah ada yang merantau keluar dari daerah mereka. Ada yang merantau ke luar Sumatera Utara dan ada juga yang merantau disekitar Kota Medan maupun di daerah Deli Serdang. Dengan tujuan untuk memperbaiki hidup mereka menjadi lebih baik lagi.

1.2. Tinjauan Pustaka

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

Sistem Pemasaran Sayur Mayur Di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

0 64 143

Sistem Agribisnis Usahatani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

0 28 121

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

1 39 115

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Sikap Petani Terhadap Pedagang dan Harga Sayur Mayur di Kelurahan Tanah enam ratus kecamatan medan Marelan Kota Medan.

0 31 118

Tingkat Adopsi Petani Sayur Bayam Jepang Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo )

10 71 79

BAB II GAMBARAN UMUM ETNIS TIONGHOA DI LINGKUNGAN VII DAN VIII KELURAHAN KOTA BANGUN 2.1. Lokasi dan Keadaan Alam - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 18

Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 14