penghasilan yang besar. Ia hanya mendapatkan dua ratus sampai tiga ratus per sekali panen. Untuk itu kegiatan berkebun bukan pekerjaan utamanya.
Dengan ia bekerja sebagai tukang diperusahaan besi tersebut. Ia menghasilkan sejuta sampai dua juta rupiah per bulan. Dengan penghasilan
tersebut ia merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dengan uang tersebut ia dapat membeli kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anaknya
di sekolah mesin. Selain berkebun A Quii juga sering menghabiskan paginya dengan duduk di warung. A Quii sering menghabiskannya di warung Bapak Billy.
Dengan memesan kopi dan sarapan pagi. Ia biasa bercengkrama dengan warga Cina kebun sayur yang lain. Bercanda dan berbagi cerita. Bagi A Quii duduk di
warung bukan sebuah saran untuk bermalas-malasan. Namun akong mengakui bahwa duduk di warung ia dapat menetralkan pikiran dari penat hidup dan berbagi
informasi. Bapak A Quii termasuk orang Cina yang sangat ulet. Ia berjuang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan anaknya yang masih sekolah. Ia memberikan kesempatan anaknya untuk mencapai apa yang ia inginkan. Dan anak
ingin menjadi teknisi. Untuk itu ia masukkan ke sekolah mesin di di yayasan Sinar Husni Medan. A Quii hanya bisa mendukung untuk cita-cita anaknya. Baginya
anak-anak tidak mesti melanjutkan bertanam sayur. Ia tidak pernah memaksakan apa yang anaknya tidak inginkan.
4.7. Life History Keluarga Bapak A Ming Petani Cina Kebun Sayur
A Ming adalah seorang penduduk di kawasan Cina Kebun sayur. Mirip seperti A Quii, A Ming juga memiliki paras yang sangat kental dengan rupa
pribumi. Kulit sawo matang dan keramahan khas jawa ia perlihatkan. A Ming 103
Universitas Sumatera Utara
juga cukup fasih dalam berbahasa jawa. Hal ini karena ia telah lama hidup dengan etnis jawa disini. Ditambah lagi nenek A Ming adalah seorang jawa.
A Ming memiliki tiga orang anak dan satu orang istri. Mereka hidup dengan sebuah rumah yang sederhana namun cukup mewah, jika dibandingkan
rumah-rumah disekitar lingkungan Cina Kebun sayur. Rumah yang asri dan bersih dengan lantai yang dihiasi keramik dan berdinding batu. Semua ini ia dapatkan
dengan menjadi petani sayur kurang lebih dua puluh lima tahun. A Ming mendapatkan lahan rumah dan ladang miliknya sebagai warisan
dari ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya sangat sayang dengan beliau. Dia adalah anak satu-satunya dan mendapatkan seluruh warisan peninggalan orangtuanya.
Rumah dan ladang yang beliau punya ini beliau dapatkan dari orangtuanya. Orangtua Bapak A Ming mewariskan kepada beliau seluruh hartanya. Karena
beliau adalah anak tunggal. A Ming tergolong petani sayur yang sukses. Ia memiliki lahan yang luas
disepanjang lingkungan tujuh dan delapan. Luas lahan yang ia miliki mencapai satu kektar. Lahan-lahan yang itu adalah peninggalan oleh nenek moyang A Ming
yang terus ia jaga dan tetap beroperasi menanam sayur. Kesuksesan A Ming sebagai petani sayur terlihat dari hasil yang ia dapat perpanen. A Ming berhasil
meraup hingga seratus hingga dua ratus kilogram dalam sekali panen. Haha..saya sih biasa saja tapi ya orang sini bilang saya sukses.
Ya mungkin karena hasil panen yang banyak. Tapi ya sebenarnya semua sesuai dengan penegluaran yang saya
keluarkan juga. A Ming adalah seorang petani sayur yang sering melakukan perjudian.
Ia tidak ingin menanam beraneka ragam sayur di lahannya. Jika ia telah memutuskan satu tanaman, maka seluruh lahan yang ia miliki akan ditanam
104
Universitas Sumatera Utara
dengan satu jenis tanaman tersebut. Seperti perjudian yang ia lakukan saat musim hari raya Cina. Ia berjudi dengan menenam kekna di lahannya. Meskipun dengan
resiko kerugian yang besar pula. Kalau sudah panen ini yang susah. Kadang saya harus berjudi. Seperti menebak-nebak harga pajak sebelum dijual.
Untuk mengelola lahan-lahannya, A Ming menyewa tenaga untuk mengerjakan lahannya. Orang-orang yang ia sewa secara borongan dengan upah
lima ribu per bedeng. Ia memiliki beberapa karyawan untuk mengerjakan lahannya. Ia memperkerjakan lima orang pekerja. Tiga orang yang bekerja untuk
membuat bedeng dan membantunya menebar bibit, serta dua orang untuk mencabut rumput dan memanen sayuran. Pekerjaan A Ming tergolong mudah.
Dengan bantuan para pekerjanya ia sedikit terbantu dalam mengolah lahan. Ia hanya melakukan pemantauan dengan sesekali menyiram sayur. Namun sebagian
besar pekerjaan dilakukan oleh para pekerjanya. Kalau gak ada pak ponimin ini saya ya bisa repot berladang
sendiri. Beliau inilah yang bantuin saya. Saya percaya sama pak ponimin. Kami udah kerjasama sejak lama kira-kira hampir lima
belas tahun. A Ming memiliki hubungan baik dengan para pekerjanya. Hal ini terlihat
dengan suasana santai ketika bekerja. Tidak begitu terlihat bahwa A Meng adalah seorang juragan yang memiliki lahan. Semua berjalan dengan kerjasama. Sesekali
candaan dan tukar pikiran mereka lakukan untuk menghasilkan panen yang bagus. Biasanya para pekerja memberikan usul tentang sayur-sayur baby yang harus
dipindahkan. atau keadaan sayur yang kurang segar sehingga perlu ditambah pupuk dan sebagainya. A Ming pun menanggapi usulan itu dengan terbuka. Hal
ini menunjukkan antusias para pekerjanya.
105
Universitas Sumatera Utara
Kami sering diskusi untuk kemajuan. Saya sering terima masukan dari pak Ponimin. Kami diskusi tentang yang kami
buat kedepan.
Meski A Ming tergolong petani sayur yang sukses, ia tidak dapat terlepas dari fluktuasi harga dan keadaan cuaca yang terus berubah. Kedua hal ini sering
menjadi kendala bagi A Ming untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Ketika cuaca hujan terus menerus membuat lahan-lahannya tergenang air. Hal ini tidak
bagus untuk tumbuh kembang sayur. Sedangkan pada keadaan cuaca yang terik selalu membuat sayuran sedikit mengandung air, sehingga terlihat kering dan
kurang segar. Dari keadaan cuaca tersebut A Ming merasa harga-harga sayur juga akan turun.
Sulit lepas dari harga yang kadang naik kadang turun. Ya inilah yang namanya resiko. Biar kayak manapun harus dihadepin. Pas
harga naek syukur berarti lepas dan lega sedikit. yang susah kalau turun sampe dibawah harga modal. Ini yang buat saya
pusing. Kadang saya sampe berhenti nanam sayur dulu sampe punya modal lagi. Ya biasanya saya ngutang.
Saat-saat seperti ini A Ming merasakan perjudian yang membuat
kerugian baginya. Keadaan sayur yang murah tersebut akan membuat ia akan membayar ongkos produksi yang besar. Untuk itu A Ming lebih memilih untuk
membiarkan tanaman tersebut tumbuh besar, untuk diambil bibitnya dan dijual atau dibersihkan untuk proses tanam selanjutnya. Hal ini lebih baik bagi A Ming
untuk menghindari kerugian yang semakin banyak. Ditengah keadaan yang merugi ini, A Ming berusaha menutupi dengan menutupi kekurangan biaya dari
tabungannya sendiri. Hal ini karena A Ming adalah seorang yang menggantungkan hidupnya dari bertani sayur. A Ming tidak memiliki penghasilan
lain. Untuk itu ia begitu serius ketika bekerja.
106
Universitas Sumatera Utara
Ini bukan permainan. Sayur-sayur ini menentukan kehidupan kami sekeluarga. Kalau sudah harga turun drastis, lebih bagus
saya babat habis aja sayurnya. Gak usah dipanen. Itu lebih bagus daripada harus ngeluarin dana yang lebih besar lagi.
A Ming banyak menghabiskan waktunya di kebun sayur dan rumah.
Kebiasaan A Ming ini berbeda dengan para lelaki Cina kebun sayur yang banyak menghabiskan waktu di warung. Baginya tidak ada waktu untuk sekedar bermain
atau duduk-duduk santai di warung. Baginya warung itu hanya akan membuat orang menjadi malas untuk bekerja, dan akhirnya lebih banyak duduk, meratapi
nasib dan lain sebagainya. A Ming menghindari hal ini. Begitu banyak hal yang bisa ia lakukan daripada hanya minum kopi dan tertawa di warung.
Bagi saya yang duduk-duduk di warung itu orang pemalas. Selain buang uang, itu menghabiskan waktu. Daripada duduk
lebih bagus kerja di ladang. Selain bisa mantau sayur kita juga sehat. Keluar keringat.
Ditengah kesibukan kegiatan bertanam sayur, A Ming menyempatkan diri untuk mengurus pendidikan ketiga anaknya. Anak pertamanya seorang wanita
yang anggun kini bekerja sebagai teller Bank Swasta di Kota Medan. Anak keduanya masih kuliah di Padang. Dan yang paling kecil masih sekolah di sekolah
menengah atas Sinar Husni. A Ming mendidik anaknya dengan sabar dan tekun ia selalu mengatakan pada anaknya untuk menggapai cita-cita setinggi mungkin.
Sehingga dapat hidup dengan bahagia di masa depan. A Ming tidak pernah memaksa ketiga anaknya untuk meneruskan usaha kebun sayur yang tengah ia
miliki. Karena menurutnya. Anak-anak memiliki jalannya sendiri. Apakah ia mau meneruskan usaha tani atau tidak. Ketika saat itu tiba ketika usia A Ming rentan
nanti, ia akan menjual lahan-lahannya tersebut dan hidup dengan tenang di hari tuanya. Atau menyewakan lahan-lahan tersebut kepada orang atau pegawainya
107
Universitas Sumatera Utara
dengan sistem bagi hasil. Hal ini dikarenakan ia masih merindukan dan sangat mencintai kegiatan menanm sayur.
Ya saya tahu suatu saat saya akan berhenti bertani. Saat saya akan melihat anak-anak saya hidup dengan bahagia.Ya mungkin
saya akan jual lahan ini suatu saat nanti. Kegiatan yang telah sekian lama menjadi hidupnya. Kegiatan yang kian
menjadi darah daging. Kegiatan yang menjadi sebuah nilai yang sebenarnya sangat ingin ia pertahankan. Namun ia tidak ingin menghambat cita-cita anaknya
untuk terus melangkah.
108
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dilakukan di dalam penulisan skripsi ini yang berjudul Cina Kebun Sayur, Studi Tentang Pengetahuan Petani Dan Tata
Cara Pengelolaan Sayur Mayur Di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Maka sebagai penutup dalam penulisan ini penulis berusaha untuk menarik
beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang telah dibuat penulis adalah sebagai berikut :
1. Dalam kehidupan petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun,
awalnya mereka dituntut untuk mewujudkan perlakuan sebagaimana yang cocok. Karena keadaan alam yang mendukung dapatlah mereka
mengandalkan pertanian sayur mayur sebagai andalan kehidupan mereka. Ditambah lagi karena sudah menjadi warisan nenek moyang mereka secara
turun temurun, maka pertanian sayur mayur tetap menjadi andalan kehidupan mereka hingga kini.
Sejalan dengan itu sesuai dengan pernyataan Suparlan tentang adanya konsep kebudayaan yang dipakai oleh manusia dalam memahami alam
sekitarnya. Dimana ini adalah sejumlah pengetahuan yang digunakan manusia untuk menginterpretasikan lingkungannya agar mereka dapat
hidup dan hal itu akan menjadi kerangka landasan dalam bertindak. Baik juga dalam menginterpretasikan alam dalam rangka pemenuhan
kebutuhan. Dan ini adalah berdasarkan latar belakang kebudayaan yang menjadi modal dalam bertindak. Alam memang telah menyimpan berbagai
109
Universitas Sumatera Utara