Hal-ikhwal Hidup Berkeluarga a. Permasalahan Keluarga

49 Para uskup beserta para imam meningkatkan dan menghidupkan karya pastoral dalam keluarga dengan berdialog bersama kaum awam. Bantuan tersebut dilaksanakan oleh para biarawan dan biarawati, contohnya antara lain memberi perhatian khusus kepada anak terlantar dan menderita sakit, serta keluarga-keluarga yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bantuan berharga bisa juga disumbangkan oleh para awam, misalnya guru, dokter, apoteker, ahli hukum, ahli psikologis dan ekonom. Hal itu membutuhkan partisipasi dari pihak media masa yaitu penulis, wartawan, dan penerbit dalam membentuk semangat hidup berkeluarga secara sehat. Namun, prinsip utama yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan kembali dalam pastoral keluarga yang menjadi pelaku utama adalah suami, istri dan anak PGKI, 1995: 24.

d. Keluarga sebagai Sel Gereja dan Masyarakat

Keluarga adalah sel bagian terkecil dalam masyarakat yang berperan sebagai dasar dalam hidup di masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang perlu dikembangkan ialah rasa harga diri yang sehat dalam kesatuan dengan semangat pengabdian, pengorbanan, dialog, menghargai pendapat dan hak seseorang, adil, membantu bagi yang kecil, dan mengutamakan kepentingan bersama. Keluarga secara bersama terutama melalui anggota-anggotanya turut serta dalam kegiatan- kegiatan yang ada dalam masyarakat, karena dengan sakramen perkawinan, keluarga-keluarga diutus untuk membangun masyarakat terutama membantu mereka yang mengalami kekurangan PGKI, 1995: 24. 50

e. Tugas Pokok Orangtua dalam Keluarga

Para orangtua sebaiknya menyadari bahwa pendidikan dasar dan pendidikan utama bagi anak-anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab orang tua, sehingga pendidikan formal di sekolah bersifat bantuan. Pendidikan yang diwariskan orangtua dan dikembangkan dalam lingkup keluarga adalah pendidikan yang bersifat menyeluruh, antara lain pendidikan fisik, intelektual, iman dan moral, sosial, kepribadian PGKI, 1995: 22. 1 Pendidikan Dasar Pendidikan dasar mencakup pendidikan fisik dan pendidikan intelektual. Pendidikan fisik antara lain berkaitan dengan kebugaran, pertumbuhan, dan kesehatan bagi anak. Pertumbuhan fisik mempengaruhi pertumbuhan anak, sehingga perkembangan pertumbuhannya berasal dari keaktifan dan keakraban bersama anggota keluarga yang lainnya. Pendidikan intelektual juga perlu diberikan kepada anak sejak kecil dalam suasana kekeluargaan dan pada waktu perkumpulan bersama seluruh anggota keluarga. PGKI, 1995: 22. 2 Pendidikan Rohani Pendidikan rohani meliputi pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan kepribadian dan pendidikan sosial. Pendidikan dalam keluarga tersebut diterapkan melalui teladan dan penciptaan bersama, seperti menciptakan kerukunan dan kedamaian, mengasihi dan melayani sesama, tenggang rasa, peka, saling menghormati, saling menolong dalam proses mengenal dan mengasihi. Kemudian pendidikan tersebut dilanjutkan melalui pendidikan di sekolah-sekolah supaya 51 mengalami kemajuan dan berkembang sesuai perkembangan usia anak, sehingga dapat membentuk kepribadian dan karakter anak untuk semakin beriman. Pendidikan rohani dalam keluarga misalnya mengikuti perayaan Ekaristi bersama pada hari Minggu dan hari-hari tertentu yang diadakan oleh Gereja rajin berdoa dan beribadah, persiapan menerima sakramen-sakramen dan merenungkan sabda Tuhan dalam keluarga, karena pewartaan Injil sebagai warisan dari orangtua yang perlu diterapkan bagi anak-anaknya. Akan tetapi, doa dan permenungan terhadap sabda Tuhan bukan berarti melalaikan keterlibatan keluarga dalam hidup bermasyarakat dan meninggalkan tanggung jawab dari masyarakat, melainkan sebagai sumber peneguhan bagi setiap keluarga dalam karya pelayanannya bagi sesama. Orangtua juga mempunyai tugas penting untuk mewariskan iman kepercayaannya kepada anak-anak, sehingga anak-anak mampu membedakan perbuatan baik dan perbuatan yang kurang baik bagi dirinya sendiri. Hal itu termasuk dalam pembentukan kepribadian yang bersifat rohani pendidikan iman dan pembinaan hati nurani, maka orangtua perlu berwawasan luas dan mendalam PGKI, 1995: 23-24. Pendidikan iman dalam keluarga akan terwujud dengan adanya hubungan cinta kasih dan persekutuan mesra dalam kehidupan antara suami, istri dan anak. Hal tersebut sebagai tugas bagi keluarga untuk mengabdi kepada Allah, Gereja dan masyarakat. Keluarga menjadi lambang kesatuan dan kesetiaan antara suami, istri dan anak, sehingga keluarga menjadi Gereja kecil sebab cinta kasih dan kehidupan sebagai bagian inti tugas perutusan bagi keluarga dalam Gereja dan tugas bagi Gereja. Keluarga juga menjadi lambang hubungan Gereja dengan Allah, karena keluarga diberi tanggung jawab untuk membangun dan mengabdi kepada Kerajaan 52 Allah. Selain itu, keluarga pun menjadi generasi penerus cinta kasih dalam kehidupan yang telah diberikan oleh Allah kepada umat-Nya. Pendidikan iman keluarga berhubungan erat dengan tiga tugas Yesus yang berperan sebagai Nabi, Imam dan Raja. Maka, keluarga dipercaya sebagai persekutuan beriman dalam mewartakan injil dan menjalin dialog dengan Allah serta sebagai persekutuan yang mengabdi kepada sesama FC 49-50.

f. Kebutuhan Seorang Anak dalam Keluarga

Dalam hidup berkeluarga, seorang anak memerlukan suatu perhatian yang ekstra, kasih sayang, dan kemesraan bersama orangtua dan sanak saudaranya yang lain, karena anak pasti sangat berkeinginan untuk mengungkapkan ganjalan yang ada dalam hati, emosi dan pengalamannya kepada anggota keluarga, terutama orangtua yang mendidiknya. Maka, orangtua hendaknya selalu siap sedia dan bertindak sebagai teman dekat bagi anak-anaknya sesuai dengan perkembangan usianya. Anak- anak perlu dibiasakan untuk bersikap dan bertindak secara tanggung jawab. Hal tersebut bertujuan untuk membuat anak merasa kerasan tinggal di rumah, bukan di luar rumah yang mungkin bisa masuk dalam pergaulan bebas, sehingga merusak sikap dan kepribadiannya sebagai akibat dari sesuatu yang kurang mendukung perkembangannya PGKI, 1995: 23. 53 Rangkuman Devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga merupakan bentuk kebaktian atau penghormatan kepada Bunda Maria yang dilakukan oleh keluarga masing-masing dan dikembangkan dalam keluarga-keluarga Katolik. Devosi perlu diterapkan secara konkret dalam keluarga-keluarga terutama keluarga yang telah dipanggil menjadi pengikut-Nya. Hal tersebut perlu adanya pemahaman secara mendalam terhadap pentingnya makna devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga sebelum melaksanakan devosi, supaya keluarga sungguh-sungguh menghayati kehadiran Tuhan melalui Bunda Maria dengan sepenuh hati. Keluarga-keluarga terutama para orangtua berperan penting dalam mendidik anak-anaknya dalam bidang kerohanian dan orangtua pun sebagai ahli waris iman bagi mereka. Devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain doa Salam Maria, doa Rosario, doa Litani Santa Maria, doa Malaikat Tuhan doa Ratu Surga, Legio Maria, doa Novena Tiga Salam Maria dan ziarah ke gua-gua Maria. Cara-cara tersebut sebagai bentuk untuk menghormati Bunda Maria yang diangkat menjadi Bunda Allah, Bunda pendoa sejati dan Bunda kaum beriman. Keluarga pun berperan penting dan bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak supaya semakin mengenal pribadi-Nya, sehingga keluarga mampu menjalin relasi yang akrab kepada Tuhan melalui tindakan sehari-hari dengan penuh keyakinan dan kepercayaan terhadap kekuatan Tuhan. Keluarga-keluarga perlu menyadari keistimewaan Bunda Maria supaya semakin mampu meneladan sikap dan kepribadian Bunda Maria yang selalu mengandalkan Tuhan, meskipun ia hanya manusia biasa dan hamba yang rendah. Bunda Maria mempunyai visi iman yang tegas dan kuat serta hidupnya terarah. 54 Maka, dengan menghormati Bunda Maria melalui devosi bukan berarti keluarga- keluarga mengutamakan Bunda Maria sebagai sumber kekuatan iman, melainkan berarti Bunda Maria menjadi perantara bagi seluruh umat untuk selalu berdialog dengan Tuhan supaya hidup umat terarah kepada iman Katolik sejati yang dihidupi oleh Sabda Allah dalam mewujudkan dan mengembangkan imannya itu. BABBIIIB IMANBKATOLIKB B Dalam bab III, penulis akan membahas tentang iman Katolik dan cara mengembangkan iman Katolik. Pembahasan dalam bab ini terbagi menjadi tiga bagian pokok yang diawali dengan pembahasan yang berisi tentang iman, pembahasan yang berisi tentang Katolik dan diakhiri dengan pembahasan yang berisi tentang cara mengembangkan iman Katolik. B AM ImanB 1M PengertianBImanB Iman dalam arti yang lebih luas dan sesungguhnya berarti suatu penyerahan diri secara totalitas dan sepenuhnya baik dari hati, pikiran, maupun perbuatan kepada Tuhan, sehingga iman tersebut akan sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Iman tanpa pengakuan dan tanpa perbuatan tidak akan membuahkan keselamatan bahkan hanya sesuatu yang kosong Pidyarto, 2012: 271. Iman adalah kepercayaan manusia terhadap Allah dan bentuk penyerahan diri kepada-Nya serta sebagai jawaban dan tanggapan manusia akan panggilan Allah. Maka, umat akan semakin beriman dengan adanya motivasi diri untuk lebih dekat dengan Tuhan Pidyarto, 2012: 273. Iman adalah kekuatan yang berasal dari kepercayaan umat, mengakui dan berpasrah diri kepada Tuhan. Youcat 307 mengungkapkan bahwa iman adalah kekuatan yang dengannya manusia mempercayai Allah, mengakui kuasa-Nya, dan berserah diri secara pribadi kepada-Nya. Oleh sebab itu, sebagai umat Katolik perlu 56 mempunyai iman yang teguh dari Tuhan, sehingga perlu adanya kerjasama antara umat dengan Tuhan. Hal itu terjadi supaya umat tidak bekerja dengan kekuatannya sendiri tetapi bekerja sama dengan Tuhan. Iman merupakan suatu anugerah cuma-cuma yang berasal dari Allah bagi umat yang mencari-Nya dengan rendah hati. Maka, umat perlu menjalin hubungan timbal balik dengan Tuhan, agar umat menerima anugerah tersebut dengan melakukan perintah-Nya. Iman merupakan suatu tindakan gerejawi yang mengungkapkan dirinya dalam pengakuan “Kami Percaya” Kompendium 28. Iman merupakan suatu hubungan khusus seseorang terhadap Allah supaya imannya berkembang, karena manusia bukan makhluk ciptaan-Nya saja, melainkan juga sebagai manusia yang berdosa dan diperbolehkan untuk memperoleh belas kasih dari Tuhan. Maka Jacobs 2002: 242 mengungkapkan bahwa Iman adalah relasi pribadi dengan Allah yang khususnya di luar bidang sakral, tidak terikat pada ekspresi tertentu. Yang pokok adalah subyek insani sendiri. Tentu saja, khususnya berkat wahyu dan tradisi penerusan wahyu itu, manusia memahami diri bukan hanya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tetapi juga sebagai pendosa yang boleh mengharapkan belas kasihan Tuhan. Oleh karenanya, berdasarkan kekuatan iman yang berasal dari Tuhan umat semakin diteguhkan untuk semakin berani dalam mencapai suatu kepenuhan hidupnya sehari- hari sesuai kehendak-Nya. Iman merupakan pengetahuan dan bisa disebut mengenal, namun perlu untuk dimengerti. Pengetahuan tidak mungkin tanpa iman, maka iman sebagai pengetahuan mengarah pada unsur kesadaran diri terhadap keselamatan yang diwartakan melalui wahyu, sehingga iman berarti bahwa adanya sikap keterbukaan untuk berjumpa dengan Allah demi persatuan. Hal tersebut sebagai pemersatu antara pengetahuan dan pengalaman hidup sehari-hari Jacobs, 2002: 114. 57 Iman selalu berhubungan dengan wahyu, karena wahyu sebagai hubungan pribadi bukan sebagai informasi tentang kebenaran-kebenaran ilahi. Menurut Konstitusi Dogmatis Dei Verbum yang membahas mengenai wahyu ilahi menyatakan bahwa iman sebagai penyerahan diri seutuhnya kepada Allah DV 5. Iman dan wahyu saling berhubungan yaitu sebagai hubungan antara Allah dan manusia, pihak Allah disebut dengan wahyu dan pihak manusia disebut iman. Namun yang berkarya tetap Allah sendiri. Oleh sebab itu, wahyu lebih utama dari iman, sehingga iman merupakan jawaban dari manusia atas wahyu. Wahyu dan iman sungguh-sungguh nyata dalam hidup, karena iman berarti sebagai hubungan timbal balik antara Allah dan manusia Jacobs, 2002: 106. Tuhan telah mewahyukan diri di hadapan umat, berarti Tuhan mengungkapkan suatu rahasia sesuai dengan kehendak-Nya tentang manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, supaya menjadi keluarga serta mampu menciptakan relasi yang baru dengan Tuhan. Oleh sebab itu, hubungan umat dengan Sang Pencipta merupakan hubungan timbal balik, yang berarti bahwa berhubungan dengan Sang Pencipta sekaligus Penyelamat, maka umat memperoleh kesempatan untuk menjawab dan menanggapi-Nya secara positif dengan menerima segala anugerah dari Tuhan bagi umat. Tanggapan dan jawaban itulah yang dimaksud dengan iman Dister, 2004: 146.

2. Makna Iman

Efesus 2:8-9 mengatakan bahwa “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri”. Surat Paulus kepada 58 umat di Efesus mengajak seluruh umat untuk memahami tentang makna iman, karena umat hanya manusia biasa dan sangat rendah dan kecil di hadapan Tuhan. Seseorang akan memperoleh keselamatan tidak hanya melalui perbuatan baik dan taat hukum, melainkan juga dikarenakan iman yang ada dalam dirinya dan iman itu pemberian yang tulus dari Tuhan. Iman membutuhkan usaha dan perjuangan, ketika seseorang telah percaya kepada-Nya dan memperoleh keselamatan berarti ia sungguh-sungguh mewujudkan imannya melalui perbuatan-perbuatan yang nyata Pidyarto, 2012: 267. Iman mempunyai keistimewaan dalam peristiwa keselamatan, sebagai anugerah Tuhan bagi umat-Nya. Tindakan manusia yang dilandasi oleh perintah dan sabda Tuhan, berarti iman bekerja sama dengan kasih sekaligus berkembang secara berkelanjutan melalui doa dan mendengarkan firman-Nya. Dengan iman manusia akan memperoleh kegembiraan ilahi di dalam Allah Kompendium 28. Iman sebagai rahmat yang diterima seseorang ketika iman dimohon dengan sungguh-sungguh dan mendalam, sebagai kekuatan mutlak yang diperlukan untuk mencapai keselamatan, membutuhkan kehendak bebas dan pemahaman yang jelas dari seseorang ketika memperoleh panggilan Ilahi. Hal itu sebagai kepastian mutlak yang menjadikan Yesus sebagai jaminan hidupnya. Iman tidak sempurna kecuali apabila mengarah pada cinta kasih. Iman umat akan semakin bertumbuh melalui ketekunannya berdoa, mendalami dan mendengarkan sabda-Nya. Ia diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan surgawi Youcat 21. Iman sebagai karya Allah yang dianugerahkan kepada umat. Iman tersebut sebagai syarat bagi seluruh umat dalam memperoleh keselamatan. Iman umat berasal berdasarkan bimbingan Roh Allah sendiri. Jadi, iman sebagai anugerah murni yang 59 dipercayakan Allah bagi umat-Nya yang taat dan percaya akan karya-Nya. Umat perlu memperjuangkan imannya sendiri dalam memperoleh keselamatan melalui perbuatan konkret selama hidupnya. Dengan demikian, karya keselamatan merupakan suatu karya Allah yang membutuhkan kerja sama dari umat melalui tindakannya di dalam masyarakat Pidyarto, 2012:272-273.

3. Sikap dan Perbuatan dalam Iman

Sikap merupakan hal pokok dari iman yang berhubungan dengan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya. Maka, yang ditekankan adalah pada kata kepatuhan, karena dengan patuh terhadap Allah, iman dapat memampukan umat untuk menjawab wahyu Allah yang diberikan padanya. Maka, iman sebagai bentuk penyerahan diri sepenuhnya terhadap Allah dengan sukarela KWI, 1996: 128. Keselamatan memerlukan iman dan perbuatan nyata sebagai konsekuensinya. Iman dan perbuatan nyata mempunyai hubungan yang sangat kuat, namun yang utama adalah iman. Hal tersebut berarti bahwa keselamatan seseorang berdasarkan pada iman itu sendiri, akan tetapi seseorang yang telah menerima keselamatan harus hidup lebih baik supaya semakin mampu memaknai perjalanan hidup sehari-harinya Pidyarto, 2012: 268. Iman tidak hanya berkaitan dengan sikap atau keyakinan terhadap sesuatu, tetapi juga mempunyai ikatan tetap yang dipercaya oleh Gereja Katolik dalam doa pengakuan iman dan seluruh umat yang akan beriman perlu mempercayai isi iman tersebut. Iman pun menjadi bagian dalam mengakui secara penuh kepada Tuhan berdasarkan hati, pikiran dan emosi. Iman akan terwujud dengan adanya cinta dan